14
mustahil siswa akan mengembangkan model sendiri untuk mempermudah pemahamannya. Paradigma baru pendidikan sekarang ini juga lebih menekankan
pada peserta didik sebagai manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang. Dalam PMRI, siswa dipandang sebagai seseorang yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya sehingga siswa dapat mengembangkan pengetahuan tersebut apabila diberikan
kesempatan untuk mengembangkannya. Dengan demikian, siswa harus aktif dalam pencarian dan pengembangan pengetahuan.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas kita dapat menarik suatu pengertian bahwa pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik adalah suatu pendekatan
pengajaran dalam pembelajaran matematika yang berdasarkan pada ide bahwa matematika adalah aktivitas manusia dan matematika harus dihubungkan secara nyata
terhadap konteks kehidupan sehari-hari siswa sebagai suatu sumber pengembangan dan sebagai area aplikasi dalam proses pendidikan. Dengan kata lain, Pendekatan
Matematika Realistik adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran. Dengan demikian seharusnya
proses pembelajaran matematika dilaksanakan secara realistik yang memungkinkan siswa untuk belajar lebih bermakna sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga dapat
meningkatkan prestasi siswa.
D. Karakteristik Pembelajaran Matematika Realistik
Untuk lebih memahami pengertian Pendekatan Pembelajaran Matematik Realistik, maka kita perlu juga memahami karakteristik pembelajaran matematika
realistik tersebut agar kita dapat mengaplikasikan pendekatan tersebut dalam proses
15
pembelajaran. Adapun beberapa karakateristik Pembelajaran Matematika Realistik adalah sebagai berikut:
Menurut De Lange Kemendiknas, 2010:11, karakteristik PMRI secara umum adalah sebagai berikut:
a. Penggunaan konteks dalam aksplorasi fenomenologis
Titik awal pembelajaran sebaiknya nyata, sesuai dengan pengalaman siswa. Sehingga nantinya siswa dapat melibatkan dirinya dalam kegiatan belajar tersebut
dan dunia nyata dapat menjadi alat untuk pembentukan konsep. b.
Penggunaan model untuk mengkonstruksi konsep Dikarenakan dimulai dengan suatu hal yang nyata dan dekat dengan siswa, maka
siswa dapat menggembangkan sendiri model matematika. Dengan konstruksi model-model yang mereka kembangkan dapat menambah pemahaman mereka
terhadap matematika. c.
Penggunaan kreasi dan kontribusi siswa Pembelajaran dilaksanakan dengan melibatkan siswa dalam berbagai aktivitas yang
diharapkan memberikan kesempatan, atau membantu siswa, untuk menciptakan dan menjelaskan model simbolik dari kegiatan matematis informalnya.
d. Sifat aktif dan interaktif dalam peroses pembelajaran
Dalam pelaksanaan ketiga perinsip tersebut, siswa harus terlibat secara interaktif, manjelaskan, dan memberikan alasan pekerjaannya memecahkan masalah
kontekstual solusi yang diperoleh, memahami pekerjaan solusi temannya, menjelaskan dalam diskusi kelas sikapnya setuju atau tidak setuju dengan solusi
temannya, menanyakan alternatif pemecahan masalah, dan merefleksikan solusi- solusi itu. Interaksi antara siswa, antara siswa-guru serta campur tangan, diskusi,
16
kerjasama, evaluasi dan negosiasi eksplisit adalah elemen-elemen esensial dalam peroses pembelajaran.
e. Kesalingterkaitan intertwinement antara aspek-aspek atau unit-unit matematika
Struktur dan konsep-konsep matematis yang muncul dari pemecahan maalah realistik itu mengarah ke interwining pengaitan antara bagian-bagian materi.
Integrasi antar unit atau bagian matematika yang menggabungkan aplikasi menyatakan bahwa keseluruhan saling berkaitan dan dapat dipergunakan untuk
memecahkan masalah dikehidupan nyata. Menurut Marpaung dikutip Kemendiknas, 2010:12, selain lima karakteristik
dasar diatas, untuk memberikan ciri khas Indonesia, maka ditambahkan karakteristik keenam yaitu mencirikan khas alam dan budaya Indonesia dengan semakin dekat
konteks-konteks yang diberikan diharapkan akan menambah pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diberikan.
Selain pendapat di atas Gravemeijer Daitin Tarigan, 2006:6 menyatakan bahwa pembelajaran Matematika Realistik memiliki 5 karakteristik diantaranya:
1 Penggunaan Konteks: proses pemebelajaran diawali dengan keterlibatan siswa
dalam pemecahan masalah kontekstual, 2
Instrumen vertikal: Konsep atau ide matematika direkonstruksikan oleh siswa melalui model-model intrumen vertikal, yang bergerak dari prosedur infomal ke
bentuk formal, 3
Kontribusi siswa: Siswa aktif mengkonstruksi sendiri bahan matematika berdarkan fasilitas dengan lingkungan belajar yang disediakan guru, secara aktif
menyelesaikan soal dengan cara masing-masing, 4
Kegiatan interaktif: Kegiatan belajar bersifat interaktif, yang memungkinkan terjadinya komonikasi dan negosiasi antar siswa,
5 Keterkaitan topik: Pembelajaran matematika terkait dengan berbagai topik
metematika secara integrasi. Dari pendapat para ahli di atas, dapat kita analisis bahwa kedua ahli
memberikan gambaran yang relatif sama dalam menggambarkan karakteristik pendekatan pembelajaran matematika realistik, namun keduanya hanya berbeda dalam
17
hal mendefinisikan karakteristik pembelajaran matematika realistik, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika sedikitnya memiliki 5 karaktersitik yaitu
sebagai berikut: 1
Menggunakan masalah yang kontekstual yang realistik realistic contextual probems digunakan untuk memperkenalkan ide dan konsep matematika kepada
siswa, 2
Siswa menemukan kembali ide, konsep, dan prinsip atau model matematika melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik,
3 Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang mereka
temukan yang biasanya ada yang berbeda, baik cara menemuakannya maupun hasilnya,
4 Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran matematika.
5 Keterkaitan topik antara suatu topik dengan topik yang lainnya maupun keterkaitan
topik dengan masalah yang realistik.
E. Konsep Pembelajaran Matematika dalam Pendekatan Pembelajaran