Pembahasan Hasil Analisis Data

51 NO Nama Siswa Nilai Kondisi Awal Akhir Siklus 1 Akhir Siklus 2 20 AT 68 73 73 21 AU 50 50 80 22 AV 56 60 70 23 AW 65 65 85 24 AX 50 60 70 25 AY 50 60 70 Jumlah 1395 1532 1810 Rata-rata 56,6 61,28 72,4 Prosentase siswa yang mencapai KKM 32 48 88

C. Pembahasan Hasil Analisis Data

Dari tabel perbandingan nilai akhir individu siswa di atas dapat dilihat nilai setiap siswa dibandingkan dengan nilai KKM yang harus diperoleh siswa mengalami peningkatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dari data kondisi awal sebanyak 32 siswa yang mencapai KKM. Pada siklus 1 naik menjadi 48 siswa yang mencapai KKM dan pada siklus 2 meningkat drastis menjadi 88 yang mencapai KKM. Nilai siswa dapat meningkat dikarenakan guru menggunakan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik yang mempunyai karakteristik sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Gravemeijer Daitin Tarigan, 2006:6, yaitu: 1. Penggunaan konteks: Proses pembelajaran diawali dengan keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah kontekstual. 52 2. Instrumen vertikal: Konsep atau ide matematika direkontruksikan oleh siswa melalui model-model instrumen vertikal, yang bergerak dari prosedur informal ke bentuk formal. 3. Kontribusi siswa: Siswa aktif mengkontruksi sendiri bahan matematika berdasarkan fasilitas dengan lingkungan belajar yang disediakan guru, secara aktif menyelesaikan soal dengan cara masing-masing. 4. Kegiatan interaktif: Kegiatan belajar bersifat interaktif, yang memungkinkan terjadinya komunikasi dan negosiasi antar siswa. 5. Keterkaitan topik: Pembelajaran matematika terkait dengan berbagai topik matematika secara integrasi. Dari karakteristik PMRI yang disampaikan Gravemeijer di atas, pelaksanaan penelitian untuk siklus 1 lebih mengutamakan karakteristik mengenai penerapan penggunaan konteks dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat pada pelaksanaan pembelajaran yang diawali dengan pemecahan masalah kontekstual dan sering dijumpai siswa, yaitu: siswa diminta untuk menganalisis perbedaan bentuk penyusun, dan ukuran sisi dari kotak bekas bungkus sabun, pasta gigi, balsem. Selain itu, masalah yang diangkat oleh guru akan diselesaikan oleh siswa dengan caranya sendiri. Setelah itu, guru bersama siswa akan menyimpulkan hasil pemecahan masalah tersebut. Pelaksanaan pembelajaran ini sangat membantu dalam proses pemahaman siswa, dikarenakan siswa mempelajari materi diawali dengan masalah yang sering dijumpai siswa itu sendiri. Guru hanya mengaitkan masalah dengan materi yang akan disampaikan. Untuk siklus 2, peneliti lebih mengutamakan pada karakteristik mengenai kegiatan interaktif, yang menuntut siswa untuk saling bekerjasama dengan temannya, bertanya jawab dengan guru, serta aktif untuk mengkontruksikan pengetahuan yang 53 dimilikinya. Hal ini tampak pada kegiatan yang mengutamakan siswa untuk aktif dalam membongkar kotak bekas bungkus sabun, pasta gigi, dan balsem untuk mengetahui bentuk penyusun kotak-kotak tersebut. Dalam kegiatan ini, siswa tampak antusias dan senang karena melakukan hal yang baru serta belum pernah dilakukan, sehingga ingin mengetahui serta mengikuti jalannya pembelajaran dengan serius. Dari penerapan 2 karakteristik Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik seperti yang diungkapkan Gravemeijer diatas dalam pelaksanaan pembelajaran matematika materi bangun ruang kubus dan balok di kelas IV A, didapatkan peningkatan prestasi belajar sebanyak 56 dari 32 menjadi 88. Dengan demikian, hasil penelitian ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan prestasi belajar matematika dalam materi geometri kubus dan balok pada siswa kelas IV A SD 2 Wijirejo semester genap tahun pelajaran 20112012. 54

BAB V PENUTUP