2.1.3. Pertumbuhan Populasi dan PerusahaanUsaha Ternak Ayam
Populasi sebagian jenis ternak ayam di Sumatera Utara tumbuh positif Tabel 1. Laju pertumbuhan yang cepat dialami oleh ternak ayam ras pedaging broiler dan
ayam ras petelur. Cepatnya laju pertumbuhan ini menurut Hermanto,dkk 1992 antara lain disebabkan oleh semakin terfokusnya perhatian pemerintah pada
pengembangan kedua jenis ayam tersebut. Pertimbangannya antara lain bahwa protein hewani pada unggas jauh lebih murah dibandingkan dengan kelompok lain
dan secara operasional pengembangan ternak ayam lebih mudah dibandingkan dengan pengembangan ternak besar, ternak kecil, dan perikanan.
Tabel 1. Pertumbuhan populasi ternak ayam di Sumatera Utara ekor Jenis
Ternak 2000
2001 2002
2003 2004
2005
Ayam ras petelur
16.863.4 36
13 825 929
14.128. 403
14.436. 402
13.826.9 70
6 190 175
Ayam broiler
26.893.1 65
27.565. 494
38.809.1 73
49.218.1 25
38.045.26 35 568
236 Ayam buras
20.532.9 60
21.361. 054
22.222. 545
23.118. 780
23.128.1 48
21 280 380
Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara, 2007 Pada Tabel 1, dapat dilihat populasi ternak ayam mengalami fluktuasi. Pada tahun
2003 terjadi peningkatan yang drastis pada ayam broiler, yaitu sebesar 10.408.952 ekor. Akan tetapi pada tahun 2004 populasi ayam broiler mangalami penurunan
yang drastis pula, yaitu sebesar 11.172.865 ekor. Proyeksi trend pertumbuhan populasi ternak ayam di Kabupaten Deli Serdang
akan dianalisis dengan analisis regresi linier sederhana. Beberapa model regresi
linier sederhana yang dapat dibentuk untuk dapat mengetahui proyeksi trend pertumbuhan ternak ayam di Kabupaten Deli Sedang adalah sebagai berikut:
a. Ayam Ras Petelur
Y = a + bX Keterangan:
Y = Jumlah populasi ayam petelur ekor a = Intercept
b = Koefisien regresi X = waktu yang dinotasikan dalam angka
b. Ayam Broiler
Y = a + bX Keterangan:
Y = Jumlah populasi ayam broiler ekor a = Intercept
b = Koefisien regresi X = waktu yang dinotasikan dalam angka
c. Ayam Buras
Y = a + bX Keterangan:
Y = Jumlah populasi ayam broiler ekor a = Intercept
b = Koefisien regresi X = waktu yang dinotasikan dalam angka
Pada saat krisis terjadi sekitar tahun 1998, populasi semua jenis ternak menurun. Penurunan paling drastis dialami oleh ayam broiler dan ayam ras petelur hingga
hampir mencapai 45 karena banyak perusahaan yang bangkrut yang disebabkan oleh naiknya harga pakan dan doc yang terlalu tinggi. Hal ini membuktikan bahwa
usaha peternakan ayam ras adalah yang paling rentan terhadap gejolak perekonomian nasional, seperti melambungnya nilai tukar dolar terhadap rupiah.
Pada tahun 2000, populasi unggas sudah tumbuh positif, terutama ayam broiler dan ayam petelur yang tumbuh luar biasa, yaitu masing-masing diatas 60 dan
diatas 50. Ini juga menunjukkan usaha ternak ayam ras mempunyai daya pulih recovery yang sangat cepat.Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian untuk
menganalisis trend pertumbuhan populasi ayam petelur, ayam broiler, dan ayam buras secara regresi linier sederhana.
Produksi ternak ayam broiler menurun tajam dengan persentase minus 11,07 persen jika dilihat produksi tahun 2004 sebesar 38.045.260 dibanding produksi
tahun 2005 sebesar 35.568.236. Anjloknya produksi ternak akibat flu burung ini menyebabkan kinerja peternakan Sumut minus sepanjang tahun 2005. Kinerja
seperti ini menggangu perekonomian Sumut baik dari pengusaha maupun peternak sendiri. Dikatakan, dampak wabah flu burung juga menurunkan
konsumsi produk peternakan Dinas Peternakan Sumatera Utara, 2005.
Hal ini juga dialami di Pulau Jawa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suseno 2007, dapat dilihat bahwa perkembangan ayam broiler di Pulau Jawa
selama periode 2001 sampai dengan 2006 sangat berfluktuasi, seiring dengan merebaknya kasus flu burung di tanah air. Pada tahun 2004, populasi ayam broiler
sempat mengalami kenaikan yang sangat tinggi, yaitu naik sebesar 119,75. Memasuki tahun 2005 populasinya mengalami penurunan sebesar 47,59,
kondisi ini disebabkan oleh merebaknya kasus flu burung di berbagai wilayah di Indonesia. Namun dengan adanya berbagai upaya pemerintah memberantas
penyakit tersebut ternyata mampu mengembalikan keyakinan masyarakat untuk mengkonsumsi ayam broiler. Hal ini terlihat dari naiknya populasi ayam broiler
sebesar 13,30 pada tahun 2006. Untuk lebih meningkatkan konsumsi ayam broiler di masyarakat serta agar para
pengusaha ayam lebih bergairah dalam berusaha maka penanganan flu burung harus benar-benar tepat dan benar. Salah satu upaya adalah dengan memberikan
penjelasan bagaimana cara beternak ayam yang baik kepada masyarakat, agar terhindar dari penyakit.
Menurut Priyadi,dkk 2004, dalam jurnalnya mengatakan bahwa usaha peternakan ayam ditinjau dari aspek finansial merupakan salah satu usaha di
bidang agribisnis yang memberikan keuntungan. Dalam menjalankan usaha ayam terdapat 2 jenis pengelolaan, yakni dikelola secara mandiri peternak mandiri dan
dikelola dalam bentuk plasma-inti peternak plasma inti. Dalam pengelolaan sistem plasma-inti, pihak peternak sebagai plasma, sementara perusahaan pakan
dan perusahaan yang bergerak pada pemasaran doc dan pakan ayam umumnya
sebagai inti. Pada sisi lain para peternak mandiri dalam menjalankan usahanya segala aktivitasnya dibiayai dengan menggunakan modal sendiri.
2.2. Landasan Teori