Tanaman Mara Tunggal UJI EKSTRAK DAUN MARA TUNGGAL (Clausena excavata Burm F.) SEBAGAI BIOINSEKTISIDA HAMA Spodoptera litura PADA TANAMAN SAWI (Brassica juncea (L.)).

18 mematikan 92 larva, pada konsentrasi 100 sehingga larva gagal terbentuk pupa. Dalam ekstrak daun mara tunggal terdapat tannin, yaitu senyawa polifenol yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan protein. Tannin tidak dapat dicerna lambung dan mempunyai daya ikat dengan protein, karbohidrat, vitamin dan mineral Ridwan, 2010; Permana, 2016:6. Menurut Yunita dkk 2009 tanin dapat mengganggu serangga dalam mencerna makanan karena tannin akan mengikat protein dalam sistem pencernaan yang diperlukan serangga untuk pertumbuhan sehingga diperkirakan proses pencernaan larva menjadi terganggu akibat zat tanin tersebut. Selain itu tannin memilik rasa yang pahit sehingga dapat menghambat aktivitas makan serangga. Menurut Sinaga 2009:17, bioinsektisida memiliki beberapa fungsi, antara lain : repelan, yaitu menolak kehadiran serangga. Misal : dengan bau yang menyengat. Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot, merusak perkembangan telur, larva dan pupa, menghambat reproduksi serangga betina, racun syaraf, mengacaukan system hormon di dalam tubuh serangga Lu 1994; Permana, 2016:6, mengatakan bahwa, senyawa yang bersifat racun yang masuk ke tubuh akan mengalami biotransformasi. Proses metabolisme tersebut membutuhkan energi, semakin banyak senyawa racun yang masuk ke tubuh serangga menyebabkan energi yang dibutuhkan untuk proses netralisir semakin besar. Banyaknya 19 energi yang digunakan untuk menetralisir senyawa racun tersebut menyebabkan penghambatan terhadap metabolisme yang lain sehingga serangga akan kekurangan energi dan akhirnya mati. Selain itu, senyawa saponin dapat bersifat sebagai insektisida, yaitu dengan merubah perilaku makan serangga dengan cara menghambat uptake makanan pada saluran pencernaan. Saponin juga dapat menghambat pertumbuhan stadium larva dengan menganggu tahap moulting larva Chaieb, 2010; Permana,2016:6. Seperti penelitian Sinaga 2009 yang menyatakan bahwa kandungan metabolit sekunder dalam tanaman seperti glikosida flavonoid bersifat racun perut stomach poisoning, yang bekerja apabila senyawa tersebut masuk dalam tubuh serangga maka akan mengganggu organ pencernaannya. Selain meracuni perut, senyawa golongan flavonoid juga dapat mengiritasi kulit dan menghambat transportasi asam amino leusin. Diduga senyawa flavonoid menghambat leusin yang berperan dalam proses pembentukan asetil koA pada Siklus Kreb. Pada saat proses ini terhambat, asetil koA tidak dapat menambahkan fragmen nya pada oksaloasetat dan akibatnya siklus kreb terganggu dan tidak dapat menghasilkan ATP Sinaga, 2009. Senyawa flavonoid yang terkandung dalam ekstrak daun mara tunggal adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan di alam. Menurut Hollingworth 2001; Utami, 2010:99 20 bahwa flavonoid mempunyai efek toksik, antimikrobia, antifeedant. Salah satu senyawa golongan flavonoid yakni rotenone memiliki efek mematikan serangga sebagai racun respirasi sel.

F. Tanaman Sawi

1. Klasifikasi Menurut Haryanto 2003:9, tanaman sawi memiliki klasifikasi sebagai berikut. Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub kelas : Dilleniidae Ordo : Capparales Famili : Brassicaceae Genus : Brassica Spesies : Brassica juncea L. 2. Deskripsi Tanaman Sawi hijau Brassica rapa convar. parachinensis; suku sawi- sawian atau Brassicaceae merupakan jenis sayuran yang cukup populer. Dikenal pula sebagai caisim, caisin, atau sawi bakso, sayuran ini mudah dibudidayakan dan dapat dimakan segar biasanya dilayukan dengan air panas atau diolah menjadi asinan kurang umum. Jenis 21 sayuran ini mudah tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi. Bila ditanam pada suhu sejuk tumbuhan ini akan cepat berbunga. Karena biasanya dipanen seluruh bagian tubuhnya kecuali akarnya Haryanto, 2003:11. Tanaman semusim yang mudah tumbuh. Perkecambahannya epigeal muncul dipermukaan tanah. Sewaktu muda tumbuh lemah, tetapi setelah daun ketiga dan seterusnya akan membentuk setengah roset dengan batang yang cukup tebal, namun tidak berkayu. Daun elips, dengan bagian ujung biasanya tumpul. Warnanya hijau segar, biasanya tidak berbulu. Menjelang berbunga sifat rosetnya agak menghilang, menampakkan batangnya. Bunganya kecil, tersusun majemuk berkarang. Mahkota bunganya berwarna kuning, berjumlah 4 khas Brassicaceae. Benang sarinya 6, mengelilingi satu putik. Buahnya menyerupai polong tetapi memiliki dua daun buah dan disebut siliqua Haryanto, 2003:12. 3. Manfaat Tanaman sawi, baik setelah diolah maupun sebagai lalapan, mengandung beragam zat makanan yang esensial bagi kesehatan tubuh. Menurut data yang tertera dalam daftar komposisi makanan yang diterbitkan oleh Direktorat Gizi Departemen Kesehatan, komposisi zat- zat makanan yang terkandung dalam setiap 100 g berat basah sawi adalah : 2,3 g protein, 0,3 g lemak, 4,0 g karbohidrat, 220,0 mg kalsium, 38 mg phospor, 2,9 mg Fe, vitamin A 1.940 mg, vitamin B 0,09 mg, 22 vitamin C 102 mg. Selain memiliki kandungan vitamin dan gizi yang penting untuk kesehatan, sawi dipercaya dapat menghilangkan rasa gatal di tenggorokan akibat batuk, penderita penyakit ginjal dianjurkan untuk banyak-banyak mengkonsumsi sawi karena dapat membatu memperbaiki fungsi kerja ginjal Haryanto, 2003:5-7. 4. Jenis-Jenis Tanaman Sawi a. Sawi Hijau atau Sawi Asin Sawi hijau atau sawi asin kurang banyak dikonsumsi sebagai bahan sayuran segar karena rasanya agak pahit. Sawi hijau berukuran lebih kecil dibanding sawi jabung atau sawi putih, tetapi warnanya lebih hijau tua. Batangnya sangat pendek, tetapi tegap. Daunnya lebar, tangkai daunnya agak pipih, sedikit berliku tetapi kuat Haryanto, 2003:10. b. Sawi Huma Disebut sawi huma, karena sawi ini tumbuh baik ditanam di tempat-tempat kering, seperti tegalan dan huma. Sawi huma daunnya sempit, panjang, dan berwarna hijau keputih-putihan. Tidak seperti sawi putih dan sawi hijau, sawi huma berbatang kecil, tetapi panjang. Tangkainya berukuran sedang seperti bersayap Haryanto, 2003:11. c. Sawi Putih atau Sawi Jabung Sawi putih atau sawi jabung merupakan jenis sawi yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Tanaman ini dapat 23 dibudidayakan di tempat kering. Bila sudah desawa, sawi ini memiliki daun yang lebar dan berwarna hijau tua. Tangkainya panjang, tetapi lemas dan halus, batangnya pendek tetapi tegap dan bersayap. Beberapa varietas sawi putih diantaranya rugosa rob dan prain Haryanto, 2003:10. d. Caisim alias sawi bakso Menurut Haryanto 2003:10, caisim, merupakan jenis sawi yang paling banyak dipasarkan dan dikonsumsi. Tangkai daunnnya panjang, langsing, dan berwarna putih kahijauan. Daunnya lebar memanjang, tipis, dan berwarna hijau. e. Sawi keriting Seperti namanya, ciri khas sawi ini adalah daunnya keriting. Bagian daun yang hijau sudah mulai tumbuh dari pangkal tangkai daun. Tangkai daunnya berwarna putih. Selain daunnya yang keriting, jenis sawi ini amat mirip dengan sawi hijau biasa Haryanto, 2003:12. f. Sawi Monumen Sawi monumen memiliki ciri khas tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih, berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Jenis sawi ini tergolong terbesar dan terberat diantara jenis sawi lainnya Haryanto, 2003:12.