Rancangan Penelitian UJI EKSTRAK DAUN MARA TUNGGAL (Clausena excavata Burm F.) SEBAGAI BIOINSEKTISIDA HAMA Spodoptera litura PADA TANAMAN SAWI (Brassica juncea (L.)).

36 polybag berisi satu tanaman sawi. Sementara untuk penyiraman air dilakukan 1 kali sehari. Penyiangan dari gulma hama dilakukan secara manual. 4. Pengumpulan Hama Spodoptera litura Larva Spodoptera litura diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat Malang. Hama Spodoptera litura yang diperoleh adalah hama instar I yang menetas kemudian diaklimatisasi dan dipelihara selama 5 hari agar menjadi larva instar III yang memiliki ciri warna hijau kehitaman pada bagian abdomen, pada abdomen terdapat garis hitam melintang. Hama tersebut diberi makan caisim segar dan daun cabai segar dan ditutup dengan kasa. 5. Pelepasan Hama Spodoptera litura Pelepasan hama dilakukan pada saat sawi berumur 21 HST. Setiap tanaman sawi diinfeksikan 5 ekor hama Spodoptera litura. Penginfeksian hama dilakukan pada sore hari. 6. Pembuatan Ekstrak Daun Mara Tunggal Clausena excavate Burm F. Daun mara tunggal segar ditimbang sebanyak 100 gram kemudian dihaluskandiblender dengan 100 ml air kran ditambah 1 ml alcohol 90 . Campuran tersebut kemudian didiamkan selama 24 jam untuk menghasilkan produk ekstrak, lalu disaring dengan saringan yang dilapisi dengan kain kasa berlapis. Campuran tersebut dijadikan sebagai starter ekstrak daun mara tunggal. 37 Untuk mendapatkan ekstraksi yang menyeluruh dan mendapatkan senyawa-senyawa yang mempunyai aktivitas farmakologi maka pemilihan pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi merupakan faktor yang penting. Pelarut ideal yang sering digunakan adalah alkohol atau campurannya dengan air karena merupakan pelarut pengekstraksi yang terbaik untuk hampir semua senyawa dengan berat molekul rendah seperti saponin dan flavonoid Wijesekera, 1991; Arifianti, 2014. Daun mara tunggal yang sudah diblender kemudian direndam selama 24 jam. Pada perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut. Pelarut yang mengalir ke dalam sel dapat menyebabkan protoplasma membengkak dan bahan kandungan sel akan larut sesuai dengan kelarutannya. Lamanya waktu ekstraksi menyebabkan terjadinya kontak antara sampel dan pelarut lebih intensif sehingga hasilnya juga bertambah sampai titik jenuh larutan. Kontak antara sampel dan pelarut dapat ditingkatkan apabila didukung dengan adanya pengocokan agar kontak antara sampel dan pelarut semakin sering terjadi, sehingga proses ekstraksi lebih sempurna Kristiani, 2014. Perhitungan pembuatan dosis ekstrak insektisida nabati menggunakan rumus: � � = � � keterangan: V1 = Volume ekstrak daun mara tunggal konsentrasi 100 38 V2 = Volume air M1= Konsentrasi ekstrak daun mara tunggal yang akan dibuat M2 = Konsentrasi ekstrak daun mara tunggal 100 Pembuatan ekstrak 20 , maka: � � = � � VI = 100 20 100 V1 = 100 x 20 100 V1 = 20 ml Pembuatan dosis ekstrak daun mara tunggal konsentrasi 20 adalah campuran 20 ml ekstrak + 80 ml air. Pembuatan variasi konsentrasi ekstrak Ekstrak daun mara tunggal Clausena excavata Burm F. dengan tiga dosis yaitu: a. Ekstrak daun mara tunggal Clausena excavata Burm F. 17,5 17,5 ml ekstrak starter daun mara tunggal dicampur dengan 87,5 ml air. b. Ekstrak daun mara tunggal Clausena excavata Burm F. 20 20 ml ekstrak starter daun mara tunggal dicampur dengan 80 ml air. c. Ekstrak daun mara tunggal Clausena excavata Burm F. 22,5 22,5 ml ekstrak starter daun mara tunggal dicampur dengan 77,5 ml air.