23
dibudidayakan di tempat kering. Bila sudah desawa, sawi ini memiliki daun yang lebar dan berwarna hijau tua. Tangkainya
panjang, tetapi lemas dan halus, batangnya pendek tetapi tegap dan bersayap. Beberapa varietas sawi putih diantaranya rugosa rob dan
prain Haryanto, 2003:10. d.
Caisim alias sawi bakso Menurut Haryanto 2003:10, caisim, merupakan jenis sawi
yang paling banyak dipasarkan dan dikonsumsi. Tangkai daunnnya panjang, langsing, dan berwarna putih kahijauan. Daunnya lebar
memanjang, tipis, dan berwarna hijau. e.
Sawi keriting Seperti namanya, ciri khas sawi ini adalah daunnya keriting.
Bagian daun yang hijau sudah mulai tumbuh dari pangkal tangkai daun. Tangkai daunnya berwarna putih. Selain daunnya yang
keriting, jenis sawi ini amat mirip dengan sawi hijau biasa Haryanto, 2003:12.
f. Sawi Monumen
Sawi monumen memiliki ciri khas tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi ini sekilas mirip dengan petsai.
Tangkai daun berwarna putih, berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Jenis sawi ini tergolong terbesar
dan terberat diantara jenis sawi lainnya Haryanto, 2003:12.
24
5. Syarat tumbuh
Sawi dikenal sebagai tanaman sayuran daerah iklim sedang sub- tropis, tetapi saat ini berkembang pesat di daerah tropis. Kondisi iklim
yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah daerah yang mempunyai suhu malam hari 15,6° C dan siang hari 21,1° C serta
penyinaran matahari antara 10-13 jam per hari. Di Indonesia, tanaman sawi pada umumnya banyak di tanam di
dataran rendah. Tanaman ini selain tahan terhadap suhu panas tinggi, juga mudah berbunga dan menghasilkan biji secara alami pada kondisi
iklim tropis Indonesia, sehingga tidak harus mengandalkan benih impor. Sawi dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, namun paling
baik adalah jenis tanah lempung berpasir; seperti tanah andosol. Pada tanah-tanah yang mengandung liat perlu pengelolaan lahan secara
sempurna, antara lain pengolahan tanah yang cukup dalam, penambahan pasir dan pupuk organik dalam jumlah dosis tinggi. Syarat
tanah yang ideal untuk tanaman sawi adalah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik humus, tidak menggenang becek, tata
udara dalam tanah berjalan dengan baik, dan pH tanah antara 6-7. Penelitian dan pengembangan tanaman sawi di dataran rendah,
umumnya ditanam pada jenis tanah Latosol dengan pH 6 serta dosis pupuk kandang minimum 20 tonhektar. Dari berbagai literatur
ditemukan, sawi toleran terhadap kisaran pH 6-7 Haryanto, 2003:24- 25.
25
G. Spodoptera litura
1. Morfologi dan biologi
Menurut Kalshoven 1981, klasifikasi ulat grayak Spodoptera litura
adalah: Kingdom
: Animalia Filum
: Arthropoda Kela
: Insecta Ordo
: Lepidoptera Famili
: Noctuidae Genus
: Spodoptera Spesies
: Spodoptera litura Ulat grayak mengalami metamorphosis sempurna yang terdiri dari
empat stadium hidup yaitu telur, larva, pupa, dan imago. Larva Spodoptera litura
mempunyai warna yang bervariasi, mempunyai warna kulit corak berbentuk bulan sabit berwarna hitam pada segmen abdomen keempat dan
kesepuluh. Pada sisi lateral dan dorsal terdapat garis kuning. Larva yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat atau
hitam kecoklat-coklatan dan hidup berkelompok. Beberapa hari kemudian, larva menyebar dengan menggunakan benang sutera dari mulutnya.
Biasanya larva berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar Setiani, 2012:5. Berikut adalah gambar hama Spodoptera litura.
26
Gambar 3. Larva Instar III Hama Spodoptera litura Sumber: Dokumentasi pribadi
2. Siklus Hidup Hama Spodoptera litura
a Telur
Imago betina meletakkan telur pada malam hari, telur berbentuk bulat. Telur diletakkan berkelompok di atas permukaan daun. Dalam satu
kelompok, jumlah telur antara 30-100 butir. Telur-telur tersebut menetas antara 2-4 hari. Kelompok telur ditutupi oleh rambut-rambut halus yang
berwarna putih, kemudian telur berubah menjadi kehitam-hitaman pada saat akan menetas Setiani, 2012:5.
b Larva
Larva instar satu S. litura yang baru menetas biasanya hidup berkelompok, tetapi menyebar sendiri-sendiri setelah besar. Larva
memakan ujung daun muda dan mengalami perubahan warna sesuai dengan perubahan instar yang dialaminya. Larva instar satu berwarna
hijau, kemudian berubah menjadi hijau tua saat memasuki instar dua. Pada instar tiga dan empat warnanya menjadi hijau kehitaman pada
bagian abdomen, pada abdomen terdapat garis hitam yang melintang.
27
Pada saat larva memasuki instar lima warnanya berubah menjadi coklat muda. Stadium larva S. litura berkisar antara 9
– 14 hari. Larva instar akhir bergerak dan menjatuhkan diri ke tanah. Setelah berada di dalam
tanah, larva akan memasuki pra pupa dan kemudian berubah menjadi pupa Setiani, 2012:5.
c Pupa
Pupa S. litura berwarna cokelat muda dan pada saat akan menjadi imago berubah menjadi cokelat kehitaman. Pupa memiliki
panjang 9-12 mm, pupa berada di dalam kedalaman tanah dengan kedalama kurang lebih 1 cm Setiani, 2012:6.
d Imago
Imago memiliki panjang yang berkisar 10-14 mm dengan rentang sayap 24-30 mm, sayap depan berwarna putih keabu-abuan,
pada bagian tengah sayap depan terdapat tiga pasang bintik-bintik yang berwarva perak. Sayap belakang putih pada bagian tepi berwarna
cokelat gelap Kalshoven, 1981. 3.
Daerah Sebar dan Ekologi Ulat grayak merupakan hama yang menyerang sayuran muda. S. litura
menyerang tanaman pada malam hari dan biasanya serangan dilakukan bersama-sama. Pada siang hari biasanya ulat grayak bersembunyi di balik
daun. Serangan S. litura menyebabkan kerusakan lebih dari 20 pada tanaman umur lebih dari 20 HST Adisarwanto et al 1999; Setiani, 2012:7.
28
4. Tanaman Inang dan Gejala Kerusakan
Kebanyakan larva kupu-kupu dan ngengat makan tumbuh-tumbuhan tetapi jenis yang berbeda makan dengan cara-cara yang berbeda. Larva yang
lebih besar biasanya makan di pinggiran daun dan makan semuanya kecuali rangka-rangka daun yang lebih besar, larva yang kecil makan daging daun
yang menyebabkan daun tinggal rangkanya atau membuat lubang-lubang yang kecil di dalam daun Borror, et all, 1992. Kerusakan daun yang
diakibatkan larva yang masih kecil merusak daun dengan meninggalkan sisa- sisa epidermis bagian atas, transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja.
Larva instar lanjut merusak tulang daun. Pada serangan berat menyebabkan gundulnya tanaman Sudarmo, 1992.
H. Kerangka Berfikir
Daun tanaman mara tunggal terdapat kandungan flavonoid, tannin, alkaloid, kumarin, limonoid yang merupakan racun bagi serangga. Tannin dapat
menyebabkan pencernaan hama Spodoptera litura terganggu karena memiliki daya ikat dengan protein, karbohidrat, dan mineral, dan juga menimbulkan rasa