59
guru menanyakan kepada siswa bagian mana yang masih mengalami kesulitan dalam menulis karangan berdasarkan pengalaman.
3.1.1.3 Observasi
Pengamatan atau pemantauan dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran berlangsung. Melalui lembar observasi, peneliti mengamati perilaku
siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Kriteria atau aspek-aspek yang dinilai adalah hasil tulisan siswa dan perilaku siswa selama mengikuti proses
pembelajaran. Selain itu, peneliti melakukan pengambilan gambar dengan bantuan satu teman sejawat selama proses pembelajaran berlangsung. Pengambilan
gambar atau foto sebagai dokumentasi. Pemotretan gambar berupa aktivitas- aktivitas yang dilakukan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Setelah kegiatan pembelajaran selesai, peneliti mengisi jurnal guru yang berisi mengenai keaktifan, kesiapan siswa, respon siswa, dan kejadian-kejadian
yang sering muncul saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, jurnal guru berisi harapan guru pada proses pembelajaran selanjutnya untuk lebih diperbaiki.
Di samping itu, guru menunjuk tiga siswa sebagai perwakilan yang memperoleh nilai tinggi, sedang, dan rendah. Kemudian diadakan wawancara dan
guru membagikan lembar wawancara kepada siswa. Kegiatan wawancara tersebut dilakukan saat proses pembelajaran selesai atau di luar proses pembelajaran.
Dengan tujuan mengetahui tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran menulis.
60
3.1.1.4 Refleksi
Berdasarkan hasil tes dan nontes di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada siklus I ini belum memuaskan. Pada hasil tes terlihat bahwa
nilai rata-rata menulis karangan berdasarkan pengalaman pada siklus I hanya 68,36 dan termasuk kategori cukup. Hasil tersebut belum mencapai target yang
telah ditentukan, yaitu nilai 70. Siswa yang sudah mencapai target hanya ada 24 siswa dengan mencapai persentase sebesar 63,15 dari jumlah keseluruhan
siswa. Dengan demikian, perlu diadakan siklus II agar seluruh siswa mencapai target yang telah ditentukan.
Dalam Indikator mengidentifikasi karakteristik dan langkah-langkah menulis karangan dengan baik, masing-masing siswa sudah cukup baik mampu
memahami karakteristik karangan. Hal ini terlihat ketika proses pembelajaran berlangsung, siswa merespon penjelasan guru dengan mencatat pokok-pokok
informasi. Selain itu, ketika diadakannya diskusi untuk menemukan karakteristik karangan dalam teks cerita sudah cukup baik. Namun, ada beberapa siswa yang
masih belum paham tentang karakteristik karangan. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan untuk siklus berikutnya.
Selanjutnya, indikator menyusun karangan sudah cukup baik, siswa mampu menuliskan kerangka karangan sebagai bahan dalam penyusunan
karangan. Siswa menulis rancangan judul dan pokok-pokok terpenting untuk penyusunan sebuah karangan tersebut. Kerapkali siswa mengalami kesulitan
dalam menulis karangan secara lengkap atau utuh. Hal ini terlihat hasil nilai rata- rata siswa pada aspek kelengkapan isi cerita 68,41 dan termasuk kategori cukup.
61
Padahal siswa dalam mengembangkan gagasan sudah sangat baik. Meskipun demikian, penyusunan tulisan atau karangan hendaknya memperhatikan
kelengkapan isi dan kesesuaian dari kerangka karangan yang telah dibuat. Indikator mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan yang
sesuai dengan pilihan kata dan ejaan secara tepat, siswa masih belum mampu menyusun karangan secara tepat dan benar. Hal ini terbukti dengan pemerolehan
nilai rata-rata terendah khususnya aspek penilaian ejaan dan tanda baca sebesar 53,28 dan termasuk dalam kategori kurang. Mereka juga tidak memperhatikan
aspek keefektifan kalimat, kohesi, dan koherensi. Mereka hanya mampu mengembangkan gagasannya secara baik yang dituangkan dalam tulisan. Oleh
karena itu, perlu adanya perbaikan dalam siklus II. Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis karangan
berdasarkan pengalaman melalui teknik kumon dengan media lukisan yang diajarkan dalam pembelajaran kooperatif pada siklus I cukup memuaskan. Dengan
demikian, pembelajaran dengan teknik kumon yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif ini memberikan dampak positif terhadap tingkah laku
siswa dalam menerima pembelajaran khususnya menulis karangan berdasarkan pengalaman. Meskipun demikian, pelaksanaan dari teknik kumon yang dilakukan
oleh guru perlu diefektifkan. Dengan adanya, pendekatan intensif lagi antara guru dengan siswa, guru lebih terbuka untuk menanyakan kemauan siswa dalam
menentukan gambar atau bentuk lukisan, dan menanyakan kesulitan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis karangan berdasarkan pengalaman yang
mengesankan. Pada siklus I ini masih ditemukan beberapa perilaku negatif dalam
62
menerima pelajaran, konsentrasi siswa dalam memperhatikan penjelasan guru belum terfokus, mereka cenderung masih mengobrol dengan teman lain. Hal ini
terbukti hasil data observasi, yaitu aktivitas siswa ketika memperhatikan dan merespon secara positif dalam mengikuti pembelajaran dapat diperoleh data
sebanyak 27 siswa atau 71,05. Selain itu, ada beberapa perilaku negatif yang muncul, yaitu masih ada siswa yang tidak berpartisipasi secara aktif bertanya
kepada guru ketika mengalami kesulitan selama proses pembelajaran berlangsung, diperoleh data observasi menunjukkan bahwa sebanyak 5 siswa atau 13,15.
Kemudian sikap siswa yang negatif dalam mengikuti proses pembelajaran berlangsung, seperti menyontek hasil tulisan teman, melihat judul karangan teman
lainnya, dan beberapa siswa yang menggangu teman lainnya yang sedang mengerjakan lembar kerja. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan pada siklus
selanjutnya. Berhubungan dengan itu, guru perlu mendesain pembelajaran agar lebih menarik lagi, sehingga siswa akan memperhatikan guru secara seksama.
Guru diharapkan lebih tegas lagi dalam memberi teguran kepada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan siklus
berikutnya agar hasil pembelajaran menulis memuaskan dan meningkat.
3.1.2 Prosedur Tindakan Pada Siklus II 3.1.2.1 Perencanaan