yang berlebihan dibandingakan dengan tingkat kebutuhan atau aktiva lancarnya yang rendah likuiditasnya.
Melihat begitu berpengaruhnya modal kerja terhadap kemampuan memperoleh laba suatu perusahaan, maka penulis tertarik untuk lebih mendalami
bahasan mengenai pengaruh rasio kebijakan modal kerja terhadap kemampuan memperoleh laba perusahaan ROI. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis
tertarik untuk mengambil judul “ Pengaruh Rasio Kebijakan Modal Kerja Terhadap Kemampuan Memperoleh Laba ROI Pada PT. Primarindo
Asia, Tbk ”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah variabel rasio cara pembelanjaan modal kerja, rasio lancar, tingkat
perputaran modal kerja, rasio jumlah aktiva lancar terhadap jumlah aktiva mempunyai pengaruh terhadap kemampuan memperoleh laba PT.
Primarindo Asia, Tbk ? 2.
Variabel manakah diantara rasio cara pembelanjaan modal kerja, rasio
lancar, tingkat perputaran modal kerja, rasio jumlah aktiva lancar terhadap
jumlah aktiva mempunyai pengaruh dominan terhadap kemampuan memperoleh laba PT. Primarindo Asia, Tbk ?
C. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan sintesa atau kesimpulan sementara tentang hubungan antara variabel yang diteliti, yang disusun dari berbagai teori
yang telah dideskripsikan. Menurut Van Horne 2005 : 127 menyatakan bahwa pembahasan
mengenai berbagai kebijakan modal kerja menggambarkan dua prinsip dasar utama dalam keuangan, yaitu :
1. Kemampuan memperoleh laba profitabilitas berbanding terbalik dengan
likuiditas. Likuiditas yang meningkat merupakan biaya dari kemampuan memperoleh laba yang menurun.
2. Kemampuan memperoleh laba profitabilitas bergerak searah dengan resiko
dan untuk memperoleh tingkat profitabilitas yang lebih tinggi harus berani mengambil resiko yang lebih besar.
Menurut Syamsuddin 2002 : 209 menyatakan bahwa bilamana rasio aktiva lancar atas total aktiva meningkat, maka baik profitabilitas maupun resiko
yang dihadapi akan menurun. Profitabilitas yang menurun disebabkan karena aktiva lancar menghasilkan lebih sedikit dibandingkan dengan aktiva tetap.
Resiko ketidakmampuan membayar kewajiban-kewajiban pada saat jatuh tempo technical insolvency menurun karena peningkatan jumlah aktiva lancar akan
semakin memperbesar modal kerja bersih selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Pengaruh peningkatan rasio aktiva lancar atas total aktiva
berbanding terbalik dengan pengaruh dari penurunan rasio aktiva lancar atas total aktiva perusahaan.
Menurut Alwi 2000 : 5 menyatakan bahwa laba perusahaan dapat ditingkatkan dengan meningkatkan pendapatan dari penjualan dan menurunkan
ongkos-ongkos. Ongkos dapat dikurangi dengan meningkatkan efisiensi pengeluaran pada pos-pos tertentu sedangkan profit dapat dinaikkan dengan
meningkatkan investasi dalam asset yang profitable, yang mampu menghasilkan tingkat pendapatan yang lebih tinggi.
Menurut Sutrisno 2002 : 49 menyatakan bahwa masa perputaran modal kerja yakni sejak kas ditanamkan pada elemen-elemen modal hingga menjadi kas
lagi adalah kurang dari satu tahun atau berjangka pendek. Masa perputaran modal kerja ini menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan modal kerja tersebut.
Semakin cepat masa perputaran modal kerja akan semakin efisiensi penggunaan modal kerja dan tentunya investasi pada modal kerja semakin kecil.
Gambar model kerangka konseptual yang mengkaji pengaruh antara variabel-variabel : rasio cara pembelanjaan modal kerja, rasio lancar, tingkat