75 Koefisien korelasi tersebut tersebut merupakan deskripsi korelasi
yang telah dihasilkan dari data populasi, selanjutnya yang menjadi persoalan adalah memutuskan hipotesis Ho berhasil diterima atau tidak.
Perlu pengujian hipotesis untuk menjawab persoalan tersebut, sesuai dengan hipotesis yang telah dirumuskan. Mengingat telah menggunakan
data populasinya, maka dalam pengujian hipotesis tidak memerlukan statistik uji, melainkan cukup melihat korelasi populasi, lebih besar, lebih
kecil, atau sama dengan 0 nol. Telah disebutkan bahwa koefisien korelasi populasi r
x2y
= 0.598, sehingga keputusannya adalah Ho tidak dapat diterima, sehingga dapat menerima Ha. Simpulan dari pengujian hipotesis
tersebut adalah terdapat hubungan positif antara motivasi kerja dengan kesiapan kerja siswa pada tingkat hubungan yang sedang.
c. Hipotesis III Tujuan ketiga penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara
praktik kerja industri dan motivasi kerja dengan kesiapan kerja siswa. Sesuai dengan tujuan tersebut, dirumuskan hipotesis nihil dan hipotesis
alternatifnya dengan rumusan berikut. Ho: R
y12
= 0 : Tidak terdapat hubungan positif antara praktik kerja industri dan motivasi kerja dengan kesiapan kerja siswa.
Ha: R
y12
0 : terdapat hubungan positif antara praktik kerja industri dan motivasi kerja dengan kesiapan kerja siswa.
76 Sebelum menguji hipotesis, dideskripsikan terlebih dahulu mengenai
koefisien korelasi R
y12
dan determinasi R
2 y12
. Tabel ringkasan hasil analisis regresi linier berganda adalah sebagai berikut.
Tabel 21. Hasil Analisis Korelasi Linier Berganda Hubungan Variabel
R
y12
R
2 y12
Keterangan Praktik Industri dan
Motivasi Kerja Kesiapan Kerja
0.653 0.426 Korelasinya
positif Koefisien korelasi R
y12
= 0.653, menunjukkan korelasi antara variabel bebas dengan terikat bersifat positif dan tingkat hubungannya
kuat. Koefisien determinasi R
2 y12
= 0.426, berarti varian variabel terikat mampu dijelaskan variabel bebas sebesar 42.6, selebihnya 57.4
dijelaskan oleh variabel lain. Koefisien korelasi tersebut tersebut merupakan deskripsi korelasi
yang telah dihasilkan dari data populasi, selanjutnya yang menjadi persoalan adalah memutuskan hipotesis Ho berhasil diterima atau tidak.
Perlu pengujian hipotesis untuk menjawab persoalan tersebut, sesuai dengan hipotesis yang telah dirumuskan. Mengingat telah menggunakan
data populasinya, maka dalam pengujian hipotesis tidak memerlukan statistik uji, melinkan cukup melihat korelasi populasi, lebih besar, lebih
kecil, atau sama dengan 0 nol. Telah disebutkan bahwa koefisien korelasi populasi R
y12
= 0.653, sehingga keputusannya adalah Ho tidak dapat diterima, sehingga dapat menerima Ha. Simpulan dari pengujian hipotesis
tersebut adalah terdapat hubungan positif antara motivasi kerja dengan kesiapan kerja siswa dengan tingkat hubungan yang kuat.
77 Sementara itu, sumbangan secara efektif maupun relatif masing-
masing variabel bebas terhadap variabel terikat perlu diketahui agar perkiraan persentase hubungan secara efektif dapat dijelaskan. Berikut ini
hasil penghitungan sumbangan relatif dan efektif. Tabel 22. Bobot Sumbangan Relatif dan Efektif
No Variabel Bebas
Sumbangan Relatif SR
Sumbngan Efektif SE
1 Praktik Kerja Industri
39.30 16.74
2 Motivasi Kerja
60.70 25.86
Jumlah 100
42.60 Variabel Terikat Kesiapan Kerja
Hasil menunjukkan bahwa motivasi kerja lebih dominan memiliki keeratan hubungan dengan kesiapan kerja siswa program studi TKPI dari
pada variabel praktik kerja industri. Hal ini disebabkan kesiapan dari faktor internal lebih menentukan dari pada eksternal.
D. Pembahasan
Analisis data dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara praktik kerja industri dengan kesiapan kerja, motivasi kerja dengan
kesiapan kerja, dan praktik kerja industri dan motivasi kerja secara bersama-sama dengan kesiapan kerja. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian telah
dilakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan pada penelitian ini. 1. Hubungan Praktik Kerja Industri dengan Kesiapan Kerja
Variabel praktik kerja industri di SMK Negeri 4 Purworejo dikatakan baik berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 10, hal ini dapat terjadi karena
siswa mendapatkan kompetensi yang tidak mereka dapatkan di sekolah
78 melainkan mereka dapat dari dunia kerja pada saat Prakerin. Sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh Wakhinuddin 2009: 2 tentang manfaat pelaksanaan Prakerin bagi siswa SMK yang salah satunya adalah siswa
mendapatkan kompetensi yang tidak didapatkan di sekolah. Di sisi lain, mereka menilai dirinya sendiri bahwa mereka secara umum siap menghadapai
dunia kerja. Tingkat hubungan kedua variabel tersebut termasuk sedang r
x1y
= 0.541. Hasil pengujian hipotesis pertama mendapatkan simpulan bahwa
praktik kerja industri berhubungan positif dengan kesiapan kerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Pintamtyas Sujud 2008 dan Nevi Indaryati 2007, di mana penyelenggaraan praktik kerja industri berpengaruh terhadap kesiapan kerja
siswa. Hal ini sesuai tujuan Prakerin yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik 2005: 16, yakni secara umum pelatihan bertujuan untuk mempersiapkan dan
membina tenaga kerja baik struktural maupun fungsional, yang memiliki kemampuan melaksanakan loyalitas, kemampuan melaksanakan dedikasi dan
kemampuan berdisiplin yang baik. Berdasarkan tujuan Prakerin tersebut, secara umum praktik kerja industri diselenggarakan guna menyiapkan siswa-
siswinya siap kerja dengan belajar dari dunia industri secara nyata untuk mendapatkan pengalaman kerja.
SMK Negeri 4 Purworejo sebagai salah satu satuan pendidikan yang memiliki fungsi utama menghasilkan lulusan siap kerja dapat dikatakan
berhasil. Meskipun demikian sekolah tersebut juga harus meningkatkan keberhasilannya, mengingat belum seluruhnya siswa siap kerja. Tantangan
79 bagi sekolah agar dalam penyelenggaraan praktik kerja industri dapat
mengurangi hal-hal yang dinilai siswa masih dianggap kurang 19.0. Hal tersebut terkait dengan keraguan akan pekerjaan yang nantinya ditekuni siswa
dan pemantapan kerjasama sekolah dengan dunia kerja tujuan praktik industri. Keraguan siswa lebih kepada apakah mereka nantinya bekerja seperti
saat ia mengikuti praktik industri atau tidak. Apabila kenyataanya berbeda, maka siswa dituntut beradaptasi kembali sesuai latar belakang dunia usaha di
mana mereka bekerja. Kerjasama antara dunia usaha dengan sekolah yang kurang mantap terkadang menjadi masalah juga bagi siswa. Permasalahan
terkait hal tersebut di antaranya mengenai komunikasi siswa dengan pihak dunia usaha mengenai apa yang seharusnya dikerjakan dan adanya pihak
dunia usaha tempat praktik industri tidak memberikan informasi yang sejelas- jelasnya kepada siswa. Solusi atas permasalahan ini ada di pihak sekolah yang
harus memantapkan kerjasama yang dilakukan agar praktik kerja industri lebih menyiapkan siswa ke dunia kerja.
Penelitian ini mengungkap pula bahwa praktik kerja industri secara lugas menjelaskan kesiapan kerja siswa sebesar 29.3 dan secara efektif parsial
sebesar 16.74. Secara lugas menjelaskan hubungan sederhana antara variabel praktik kerja industri dengan kesiapan kerja, yang artinya masih ada
70.7 variabel selain praktik kerja industri yang dapat memengaruhi kesiapan kerja. Secara efektif, menjelaskan hubungan parsial antara variabel praktik
kerja industri dengan kesiapan kerja melibatkan motivasi kerja sebagai variabel kendali. Hal ini perlu dijelaskan mengingat praktik kerja industri
80 bukan variabel bebas satu-satunya dalam penelitian ini. Mengendalikan
variabel bebas lainya berarti berupaya menjelaskan hubungan murni antara praktik kerja industri dengan kesiapan kerja.
2. Hubungan Motivasi Kerja dengan Kesiapan Kerja Variabel motivasi kerja di SMK Negeri 4 Purworejo dikatakan tinggi
berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 13, hal ini dapat terjadi karena adanya faktor-faktor yang memengaruhi motivasi kerja sebagaimana
dikemukakan oleh Kenneth A Konvac sebagaimana dikutip dan diterjemahkan oleh R. Wayne Pace 2005: 118, yang mengemukakan faktor-faktor yang
memengaruhi motivasi kerja seseorang, beberapa diantaranya yaitu apresiasi penuh terhadap pekerjaan, cocok dengan pekerjaan, keamanan pekerjaan,
pekerjaan yang menarik, kondisi kerja yang baik, dan disiplin yang bijaksana. Di sisi lain, mereka menilai kesiapan kerja dirinya sendiri bahwa mereka
secara umum siap menghadapai dunia kerja. Tingkat hubungan kedua variabel tersebut termasuk sedang r
x2y
= 0.598. Hasil pengujian hipotesis kedua mendapatkan simpulan bahwa motivasi kerja berhubungan positif dengan
kesiapan kerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Pintamtyas Sujud 2008 dan Ana Fitri Yaningsih 2005, di mana motivasi kerja penting artinya dalam mendukung kesiapan kerja siswa.
Pendapat Oemar Hamalik 2005: 175 menuturkan bahwa motivasi kerja merupakan pendorong timbulnmya suatu perbuatan, pengarah perbuatan untuk