14 dengan ukuran berat gram,
pound, kilogram, ukuran panjang cm, meter, umur tulang, dan keseimbangan metabolik.
b. Pengertian Gangguan Pertumbuhan
Gr o w t h Fal t er i n g Growth Faltering adalah ketidakmampuan anak untuk mencapai BB TB
sesuai dengan jalur pertumbuhan normalnya. Growth Faltering merupakan
kejadian yang sangat umum terjadi pada anak umur 0-6 bulan, dengan tanda goncangan pertumbuhan, baik dalam pertumbuhan massa tubuh maupun
pertumbuhan linier, yang kedua-duanya menjurus ke arah penurunan grafik bila dibandingkan dengan rujukan tertentu. Anak yang dua kali penimbangan
berturut-turut tidak bertambah berat badannya merupakan peringatan kepada ibu untuk segera mengambil tindakan pencegahan agar BB anak tidak berlanjut
menurun. Anak yang tidak sehat menurut kurva pertumbuhan pada KMS balita adalah jika berat badannya berada pada pita warna kuning, di bawah pita warna
hijau atau berat badan anak berkurang turun tetap dibandingkan dengan bulan lalu, ditandai dengan berpindah ke pita warna di bawahnya, juga jika berada di
bawah garis merah Narendra, 2002.
c. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Pertumbuhan
Menurut Ali Khomsan 2004 pertumbuhan fisik seseorang dipengaruhi oleh dua faktor dominan, yaitu lingkungan dan genetis. Kemampuan genetis dapat
muncul secara optimal jika didukung oleh faktor lingkungan yang kondusif, yang dimaksud dengan faktor lingkungan di sini adalah
intake gizi. Apabila terjadi tekanan terhadap dua faktor di atas, maka muncullah
growth faltering. Hal senada juga diungkapkan oleh Soetjiningsih 2001 bahwa faktor
genetik merupakan modal dasar mencapai hasil pertumbuhan. Faktor internal
15 seperti biologis, termasuk
genetic dan faktor eksternal seperti status gizi. Faktor internal
genetic antara lain termasuk berbagai faktor bawaan, jenis kelamin, obstetrik dan ras atau suku bangsa. Apabila potensi genetik ini berinteraksi
dengan lingkungan yang tidak baik maka akan menghasilkan gangguan pertumbuhan. Gangguan pertumbuhan di Negara maju lebih sering diakibatkan
oleh faktor genetik ini. Di negara berkembang, gangguan pertumbuhan selain disebabkan oleh faktor genetik juga dipengaruhi oleh lingkungan yang tidak
memungkinkan seseorang tumbuh secara optimal.
d. Pemantauan Pertumbuhan
Pemantauan pertumbuhan adalah suatu kegiatan pengukuran anak yang teratur, dicatat dan kemudian diinterprestasikan dengan maksud agar dapat
memberikan penyuluhan, berbuat sesuatu, serta melakukan follow-up
selanjutnya. Pemantauan pertumbuhan merupakan strategi operasional untuk membantu dalam memvisualkan pertumbuhan anaknya dan menerima petunjuk
yang khusus atau spesifik, relevan dan praktis sehingga ibu, keluarga, dan masyarakat dapat berbuat guna mempertahankan kesehatan serta pertumbuhan
anak dengan optimal Narendra, 2002.
e. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Balita
Perkembangan anak balita dapat dibagi kedalam dua kelompok yaitu faktor internal dan eksternal Narendra, 2002.
1 Faktor I nternal Faktor Dalam
Faktor internal meliputi:
16 a
Faktor pengaruh genetik Faktor pengaruh genetik meliputi pengaruh dari faktor genetik
seseorang yang berasal dari faktor keturunan. Genetik dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan, gizi, saraf dan kematangan tulang.
b Faktor pengaruh hormon.
Faktor pengaruh hormon terjadi pada saat janin berumur 4 bulan. Ketika janin berumur 4 bulan terjadi pertumbuhan yang cepat dan kelenjar
pituitary dan
tiroid mulai bekerja. 2
Faktor Eksternal Faktor Lingkungan a
Faktor Selama Kehamilan Faktor Pranatal Terdapat dua faktor selama Kehamilan yaitu faktor gizi dan faktor
toksin. Adapun uraiannya sebagai berikut. 1
Faktor Gizi Apabila pada saat sedang hamil gizi ibu kurang baik maka biasanya
akan melahirkan bayi dengan istilah BBLR atau berat badan lahir rendah. Akibat lainnya antara lain dapat juga menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi yang baru lahir, ataupun dapat menyebabkan bayi mudah terinfeksi dan lain-lain.
2 Faktor Toksin
Pada masa organogenesis yaitu masa yang peka terhadap obat kimia karena mengakibatkan kelainan bawaan.
b Faktor
Postnatal Faktor
Postnatal meliputi faktor pengetahuan dan faktor gizi. Faktor pengetahuan seorang ibu merupakan salah satu faktor yang dapat
17 mempengaruhi tingkah laku ibu dalam perkembangan anak. Seorang ibu yang
memiliki pengetahuan yang kurang maka tidak akan memberikan stimulasi pada perkembangan anak, berakibat pada perkembangan anaknya akan
menjadi terhambat. Ketika seorang anak akan berkembang maka membutuhkan asupan gizi seperti karbohidrat, protein, mineral, lemak, air,
dan vitamin. Apabila kebutuhan gizi seorang anak tidak tercukupi maka secara tidak langsung akan menghambat perkembangan dan pertumbuhannya.
2. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan I bu
Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indranya dan berbeda dengan kepercayaan, takhayul, dan
penerangan-penerangan yang keliru Soekanto, 2003: 8. Menurut Notoadmojo 2008, pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan manusia dilakukan dengan panca indra yaitu indra pengelihatan
indra pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebahagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga sebagai indera
penglihatan dan pendengaran. I bu adalah salah satu dari kedudukan sosial yang mempunyai banyak
peran, peran sebagai seorang istri dari suaminya, sebagai ibu dari anak-anaknya, dan sebagai seorang yang melahirkan menyusui dan merawat anak-anaknya. I bu
juga berfungsi sebagai benteng keluarga yang menguatkan anggota-anggota keluarganya. I bu sebagai seorang yang sangat penting dalam rumah tangga. I bu
yang merawat anak-anaknya, menyediakan makanan untuk anggota keluarganya
18 dan terkadang bekerja untuk menambah pendapatan keluarga. Peran ibu adalah
tingkah laku yang dilakukan seorang ibu terhadap keluarganya untuk merawat suami dan anak-anaknya Suhardjo, 2003. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengetahuan ibu adalah hasil dari tahu seorang ibu terhadap suatu objek tertentu.
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut taksonomi Bloom dalam Retno Utari 2010, pengetahuan yang tercangkup dalam domain koqnitif mempunyai enam tingkatan yaitu:
1 Tahu
Knowledge Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Dalam tingkat ini seseorang mengingat kembali suatu spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tingkat
pengetahuan ini merupakan tingkat yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dengan
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. 2
Memahami Comprehensive
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan
materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari.
3 Aplikasi
Application Aplikasi diartikan sebagai kemampuan yang menyimpulkan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi ini dapat