Variabel Penelitian Metode Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

78 Keterangan: 1. Tahu knowledge 2. Memahami comperhenti 3. Aplikasi application 4. Analisis analysis 5. Sintesis synthesis 6. Evaluasi evaluation 2 I nstrumen Pengukuran Status Gizi Balita Tabel 12 menyajikan instrumen pengukuran gizi balita. Tabel 12. Metode Pengukuran Gizi Balita Nama balita Umur balita Berat badan balita Tinggi badan balita 3 I nstrumen Pengukuran Pola Makan Balita Tabel 13 menyajikan instrumen pengukuran pola makan balita. Tabel 13. Metode Pengukuran Food Recall 24 Jam Hari ke 1 Nama Makanan Bahan Makanan Ukuran URT gr Makan pagi Selingan 1 Makan siang Selingan siang Makan malam

G. Pengujian I nstrumen 1. Pengujian Validitas I nstrumen

Menurut Sugiyono 2003: 109, hasil penelitian yang valid bila terdapat kesalahan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. I nstrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data mengukur itu valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini terdapat uji validitas. Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen Suharsimi 79 Arikunto, 2002: 144. Pengukuran validitas yang digunakan adalah validitas konstruksi. Pengujian validasi konstruksi ini menggunakan pendapat expert. Expert atau para ahlli diminta pendapatnya terhadap instrument yang telah disusun. Berdasarkan pendapat tersebut, jika diperlukan akan dilakukan perbaikan atau perombakan instrumen yang telah disusun sebelumnya Sugiyono, 2012: 352. Untuk memperoleh instrumen yang valid, peneliti mengikuti langkah- langkah penyusunan instrumen dengan cara memecah variabel menjadi subvariable dan indikator kemudian membuat butir pertanyaan. Dengan demikian dapat diharapkan memperoleh instrumen yang memiliki valiitas logis konsep validitas logis bertitik tolak pada konstruksi teoretik mengenai faktor- faktor yang akan diukur sehingga dari konstruksi ini dilahirkan definisi yang digunakan sebagai pangkal kerja dan sebagai ukuran valid tindakan alat ukur yang dibuat. Untuk mengukur besarnya korelasi, penelitian ini menggunakan rumus korelasi Product Mement dari Pearson Suharsimi Arikunto, 2002: 145. Sebagai berikut : 80 = Total Dari Kuadrat Jumlah Skor Yang Diperoleh Tiap Responden = Jumlah Hasil Perkalian Antara Skor Butir Angket Dengan Jumlah Skor Yang Diperoleh Tiap Responden Suharsimi Arikunto, 2002: 170 2. Pengujian Reliabilitas I nstrumen Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha yaitu : Keterangan : = Reliabilitas instrumen = Jumlah varians butir = Varians total k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal Suharsimi Arikunto, 2002: 196 Kemudian hasil perhitungan yang diperoleh diinterpretasikan dengan tingkat keandalan koefisiensi korelasi menurut Suharsimi Arikunto 2002: 276: Tabel 14. I nterpretasi Nilai Reliabilitas Besarnya nilai r I nterpretasi 0,800 sampai dengan 1,000 Tinggi 0,600 sampai dengan 0,799 Cukup 0,400 sampai dengan 0,599 Agak rendah 0,200 sampai dengan 0,399 Rendah 0,000 sampai dengan 0,199 Sangat rendah I nstrumen dikatakan reliabel jika, nilai reliabilitasnya lebih besar atau sama dengan 0,6 dan sebaliknya jika nilai reliabilitasnya lebih kecil dari 0,6 maka instrumen dalam penelitian ini dikatakan tidak reliabel. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan program SPSS 13.0, maka diperoleh nilai reliabilitas 81 sebesar 0,962. artinya koefisien reliabilitas sebesar 0,962 ≥ 0,6 maka instrumen dalam penelitian ini dinyatakan reliabel.

3. Analisis Butir Soal

Analisis butir soal secara klasik adalah proses penelaahan butir soal melalui informasi dari jawaban peserta didik guna meningkatkan mutu butir soal yang bersangkutan dengan menggunakan teori tes klasik. Kelebihan analisis butir soal secara klasik adalah murah, dapat dilaksanakan sehari-hari dengan cepat menggunakan komputer, murah, sederhana, familier dan dapat menggunakan data dari beberapa peserta didik atau sampel kecil Millman dan Greene, 1993: 358. Aspek yang perlu diperhatikan dalam analisis butir soal secara klasik adalah setiap butir soal ditelaah dari segi tingkat kesukaran butir, daya pembeda butir, dan penyebaran pilihan jawaban untuk soal bentuk obyektif atau frekuensi jawaban pada setiap pilihan jawaban. a. Tingkat Kesukaran TK Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. I ndeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00 - 1,00 Aiken 1994: 66. Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu. Suatu soal memiliki TK= 0,00 artinya bahwa tidak ada siswa yang menjawab benar dan bila memiliki TK= 1,00 artinya bahwa siswa menjawab benar. Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor soal. Pada prinsipnya, skor rata-rata yang diperoleh peserta didik pada butir soal yang bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran butir soal itu. 82 Rumus ini dipergunakan untuk soal obyektif. Rumusnya adalah seperti berikut ini Nitko, 1996: 310. Tes Mengikuti Yang Siswa Jumlah TK Kesukaran Tingkat = Soal Butir Benar Menjawab Yang Siswa Jumah Fungsi tingkat kesukaran butir soal biasanya dikaitkan dengan tujuan tes. Misalnya untuk keperluan ujian semester digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang, untuk keperluan seleksi digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran tinggi sukar, dan untuk keperluan diagnostik biasanya digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran rendah mudah. Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal bentuk uraian digunakan rumus berikut ini. Tes Mengikuti Yang Didik Peserta Jumlah Mean = Soal Suatu Pada Tes Peserta Siswa Skor Jumah Mean Tingkat Kesulitan = Skor maksimum yang ditetapkan Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas menggambarkan tingkat kesukaran soal itu. Klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat dicontohkan seperti berikut ini. 0,00 - 0,30 soal tergolong sukar 0,31 - 0,70 soal tergolong sedang 0,71 - 1,00 soal tergolong mudah b. Daya Pembeda DP Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara warga belajar siswa yang telah menguasai materi yang

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK BALITA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI DESA GANDON KECAMATAN KALORAN KABUPATEN TEMANGGUNG.

0 3 11

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DAN TINGKAT KEHADIRAN ANAK BALITA DI POSYANDU DENGAN STATUS GIZI Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dan Tingkat Kehadiran Anak Balita di Posyandu Dengan Status Gizi Anak Balita di Desa Gedongan Kecamatan Colomadu

0 3 17

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DAN TINGKAT Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dan Tingkat Kehadiran Anak Balita di Posyandu Dengan Status Gizi Anak Balita di Desa Gedongan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar.

1 4 17

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA, ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Balita, Asupan Energi Dan Protein Balita Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Banyudono I Ka

0 4 11

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA, ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN BALITA DENGAN STATUS Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Balita, Asupan Energi Dan Protein Balita Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Banyudono I Kabupaten Boyolal

0 2 17

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG MAKANAN BALITA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA MALANGJIWAN, KECAMATAN COLOMADU, KABUPATEN Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Makanan Balita Terhadap Status Gizi Balita Di Desa Malangjiwan, Kecamatan

0 2 11

HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN KELUARGA DAN PENGETAHUAN GIZI IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA SELODOKO Hubungan Antara Pendapatan Keluarga Dan Pengetahuan Gizi Ibu Dengan Status Gizi Balita Di Desa Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.

0 3 17

HUBUNGAN LAMA PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KMS DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA Hubungan Lama Pendidikan Dan Pengetahuan Ibu Tentang Kms Dengan Status Gizi Balita Di Desa Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.

0 1 17

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN.

0 0 12

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLERET, BANTUL, YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Balita dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesm

0 0 15