Hasil Uji Tabulasi Silang 1. Hasil Uji Tabulasi Silang Antara Tingkat Pengetahuan I bu Dengan

127 kategori sangat tinggi sebesar 58,335; memahami berada pada kategori tinggi sebesar 50,00 ; mengaplikasi berada pada kategori sangat tinggi sebesar 68,06 ; menganalisis berada pada kategori sangat tinggi sebesar 63,89 ; mensintesis berada pada kategori sangat tinggi sebesar 54,17 ; dan mengevaluasi berada pada kategori sangat tinggi sebesar 54,17 . Artinya, ibu balita di Desa Kemiri, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung dinilai tahu dan paham tentang bagaimana cara menyusun menu yang baik dan benar untuk balitanya. Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa mayoritas ibu balita di Desa Kemiri, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung berusia antara 20-30 tahun sebesar 65,28 atau memiliki usia reproduktif. Artinya, Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan mengambil keputusan. Dengan bertambahnya umur seseorang maka kematangan dalam berpikir semakin baik sehingga akan termotivasi dalam memberikan asupan yang baik bagi balitanya. I bu balita di Desa Kemiri, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung berpendidikan SMA sebesar 34,72 . Artinya, Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh pada umumnya, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya. Selain itu, ibu balita di Desa Kemiri, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung bekerja sebagai ibu rumah tangga sebesar 91,67 . Artinya, pekerjaan seseorang dapat mempengarui cara berfikir orang tersebut karena aktivitas, pengalaman, cara berpikir, cara bersikap, dan 128 pengambilan keputusan biasanya cenderung didasarkan lingkungan Pergaulannya. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan I bu yaitu pendidikan, persepsi, motivasi, dan pengalaman. Penginderaan manusia dilakukan dengan panca indra yaitu indra pengelihatan indra pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga sebagai indera penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang Notoadmodjo, 2008. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuris Zuralda Rakhmawati 2013 yang berjudul hubungan tingkat pengetahuan tentang gizi, pola makan, dan tingkat konsumsi energi dengan status gizi anak balita di wilayah kerja Puskesmas Selogiri Kabupaten Wonogiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan tentang gizi, pola makan, dan tingkat konsumsi energi dengan status gizi anak balita di wilayah kerja Puskesmas Selogiri Kabupaten Wonogiri p= 0,035. Selain itu, penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho Priyo Handono 2013 yang berjudul hubungan tingkat pengetahuan tentang gizi, pola makan, dan tingkat konsumsi energi dengan status gizi anak balita di wilayah kerja Puskesmas Selogiri Kabupaten Wonogiri. Hasil uji statistik ada 129 hubungan bermakna antara asupan gizi dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas I I I Pakuan Baru Kota Jambi Tahun 2013 p= 0,035. Diharapkan adanya kerjasama lintas sektoral antara instansi terkait dengan upaya penyuluhan terkait terutama dalam hal gizi masyarakat khususnya gizi balita supaya angka kejadian gizi buruk semakin berkurang setiap tahunnya. 2 Pembahasan Status Gizi Balita Di Desa Kemiri, Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung Berdasarkan Tabel 31, 33, dan 35 diketahui bahwa frekuensi status gizi balita diukur berdasarkan umur U, berat badan BB dan tinggi badan TB. Hasil analisis data menunjukkan bahwa mayoritas status gizi balita di Desa Kemiri, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung diukur dari BB U berada pada klasifikasi gizi baik sebesar 95,83 ; artinya balita mengalami kenaikan berat badan yang seimbang dan sesuai dengan umurnya, serta balita diindikasikan tidak memiliki masalah gizi secara umum seperti batuk, diare, panas, rewel, dan atau masalah penyakit infeksi lainnya. Diukur dari TB U berada pada klasifikasi sangat pendek sebesar 73,61 . Balita bertubuh pendek stunting merupakan indikasi buruknya status gizi, hal ini bersifat kronis dan berlangsung lama. Kondisi tersebut sekaligus mengindikasikan otak tidak mendapat asupan makanan yang cukup. Balita berbadan pendek atau dikenal dengan sebutan stunting memiliki nilai kecerdasan yang jauh di bawah rata-rata balita normal. Kondisi ini disebabkan oleh kualitas asupan gizi yang buruk saat balita masih berada dalam masa kehamilan dan awal masa pertumbuhan. Berdasarkan pengamatan dilapangan hal ini dikarenakan penghasilan yang didapatkan perbulan rata-rata sebesar Rp 1.000.000 - Rp 2.000.000 yang digunakan untuk memenuhi segala kebutuhan rumah tangganya, sehingga 130 sangat dimungkinkan apabila pemberian asupan gizi balitanya hanya sekedarnya saja. Diukur dari BB TB berada pada klasifikasi normal yaitu sebesar 68,06 artinya, balita diindikasikan tidak ada mempunyai kelainan dikarenakan faktor genetika dari lingkungan keluarganya. Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Status gizi balita yang baik mempunyai peranan dalam pertahanan tubuh yaitu pembentukan antibodi. Pada balita yang gizinya baik pembentukan antibodi akan normal, sehingga tubuh dapat melawan kuman yang menginfeksi tubuh yang dapat menyebabkan daya tahan tubuh menurun. Akan tetapi sebaliknya, jika balita yang gizinya buruk pembentukan antibodi akan tidak normal, sehingga tubuh tidak dapat melawan kuman yang menginfeksi tubuh yang dapat menyebabkan daya tahan tubuh menurun. Status gizi pada balita dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung berupa asupan makanan itu sendiri dan kondisi kesehatan anak misalnya infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung adalah pengetahuan ibu tentang gizi, pendapatan keluarga, pelayanan kesehatan dan sosial budaya. Makanan dan minuman dapat memelihara kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang dan status gizi bahkan mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku seseorang terhadap makanan tersebut Notoadmojo, 2008. I bu merupakan orang yang paling dekat dengan anak memegang peranan penting dalam menciptakan

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK BALITA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI DESA GANDON KECAMATAN KALORAN KABUPATEN TEMANGGUNG.

0 3 11

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DAN TINGKAT KEHADIRAN ANAK BALITA DI POSYANDU DENGAN STATUS GIZI Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dan Tingkat Kehadiran Anak Balita di Posyandu Dengan Status Gizi Anak Balita di Desa Gedongan Kecamatan Colomadu

0 3 17

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DAN TINGKAT Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dan Tingkat Kehadiran Anak Balita di Posyandu Dengan Status Gizi Anak Balita di Desa Gedongan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar.

1 4 17

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA, ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Balita, Asupan Energi Dan Protein Balita Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Banyudono I Ka

0 4 11

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA, ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN BALITA DENGAN STATUS Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Balita, Asupan Energi Dan Protein Balita Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Banyudono I Kabupaten Boyolal

0 2 17

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG MAKANAN BALITA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA MALANGJIWAN, KECAMATAN COLOMADU, KABUPATEN Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Makanan Balita Terhadap Status Gizi Balita Di Desa Malangjiwan, Kecamatan

0 2 11

HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN KELUARGA DAN PENGETAHUAN GIZI IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA SELODOKO Hubungan Antara Pendapatan Keluarga Dan Pengetahuan Gizi Ibu Dengan Status Gizi Balita Di Desa Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.

0 3 17

HUBUNGAN LAMA PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KMS DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA Hubungan Lama Pendidikan Dan Pengetahuan Ibu Tentang Kms Dengan Status Gizi Balita Di Desa Selodoko Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.

0 1 17

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN.

0 0 12

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLERET, BANTUL, YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Balita dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesm

0 0 15