Universitas Sumatera Utara
Dari kajian Tyner 2010, disebutkan bahwa literasi seringkali dikaitkan dengan agenda politik, budaya dan agenda pendidikan. Artinya sebagai suatu agenda publik, kegiatan literasi
media idealnya haruslah bersifat terintegrasi dalam berbagai agenda kebijakan dan kegiatnan lainnya diluar kebijakan komunikasi, seperti kebijakan politik, budaya dan pendidikan. Tyner
mengatakan bahwa terdapat beberapa pola kegiatan literasi media yang dijalankan di berbagai negara, yaitu:
1. Literasi media yang dijalankan melalui jalur pendidkan formal. Di level universitas,
dibawah program studi komunikasi atau jurnalisme, pendidkan literasi media yang dikembangkan bertujuan untuk membangun critical thinking siswa dalam
menganalisa media, memaknai, dan memproduksi media 2.
Literasi media yang dijalankan sebagai bagian dari program media berbasis komunitas.
3. Literasi media yang dijalankan sebagai bagian daria kegiatan di lingkungan sekolah.
Kegiatan literasi media, baik secara formal maupun non formal, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan daya kritis masyarakat atas media. Tujuan akhirnya adalah
menjadikan perubahan dalam masyarakat Pemakalah konferensi nasional literasi media, 2011: 236 .
2.2.4 Teori Kultivasi
Menurut McQuail, teori ini menyatakan bahwa televisi telah mendapat tempat yang penting didalam kehidupan sehari-hari, sehingga mendominasi lingkungan simbolik,
menggantikan pesan yang terdistorsi mengenai realitas untuk pengalaman pribadi dan alat lain untuk mengetahui mengenai dunia. Hipotesis utama dari penelitian ini adalah bahwa
menonton televisi secara berangsur-angsur mengarahkan pada adopsi keyakinan mengenai sifat dasar dari dunia sosial yang mengikuti pandangan akan realitas yang memiliki stereotip,
terdistorsi, dan sangat selektif sebagaimana yang digambarkan dengan cara yang sistematis di fiksi dan berita televisi. Teori ini melibatkan pembelajaran dan pembentukan pandangan akan
realitas sosial tergantung pada keadaan dan pengalaman pribadi. Dalam teori ini, televisi menyediakan lingkungan yang konsisten dan simbolisme yang
hampir total bagi banyak orang yang memasok norma-norma untuk tindakan dan keyakinan mengenai serangkainan situasi pada kehidupan nyata. Menurut Mcquail, penelitian mengenai
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
teori ini menghasilkan dua poin utama yaitu: satu diarahkan untuk menguji asumsi mengenai konsistensi dan distorsi dari sistem pesan di televisi, dan satunya lagi dirancang untuk
menguji, melalui analisis survei, beragam keyakinan publik mengenai realitas sosial, terutama yang dapat diuji dengan indikator empiris McQuail,2007:256-257.
Temuan penelitian awal dari Gerbner dan Gross 1976 mengenai kultivasi menyebutkan bahwa semakin banyak televisi yang ditonton orang, semakin mungkin mereka
akan melebih-lebihkan insiden kekerasan di dunia nyata dan resiko pribadi yang mereka hadapi. Dalam pembahasan yang mendalam akan sejumlah studi mengenai pembentukan
realitas oleh televisi, Hawkins dan Pingree 1983 menemukan banyak indikasi yang tersebar mengenai hubungan yang telah diperkirakan, tetapi tidak ada bukti kuat yang menyimpulkan
arah dari hubungan antara menonton televisi dengan gagasan mengenai realitas sosial. Mereka mengatakan bahwa televisi dapat mengajari realitas sosial dan bahwa hubungan
antara menonton dan realitas sosial dapat timbal-balik: menonton televisi dapat menyebabkan realitas sosial dibentuk dalam cara tertentu, tetapi konstruksi realitas ini juga membentuk
perilaku menonton McQuail, 2007: 257-258.
2.2.5 Sikap dan Perilaku