Universitas Sumatera Utara
teori ini menghasilkan dua poin utama yaitu: satu diarahkan untuk menguji asumsi mengenai konsistensi dan distorsi dari sistem pesan di televisi, dan satunya lagi dirancang untuk
menguji, melalui analisis survei, beragam keyakinan publik mengenai realitas sosial, terutama yang dapat diuji dengan indikator empiris McQuail,2007:256-257.
Temuan penelitian awal dari Gerbner dan Gross 1976 mengenai kultivasi menyebutkan bahwa semakin banyak televisi yang ditonton orang, semakin mungkin mereka
akan melebih-lebihkan insiden kekerasan di dunia nyata dan resiko pribadi yang mereka hadapi. Dalam pembahasan yang mendalam akan sejumlah studi mengenai pembentukan
realitas oleh televisi, Hawkins dan Pingree 1983 menemukan banyak indikasi yang tersebar mengenai hubungan yang telah diperkirakan, tetapi tidak ada bukti kuat yang menyimpulkan
arah dari hubungan antara menonton televisi dengan gagasan mengenai realitas sosial. Mereka mengatakan bahwa televisi dapat mengajari realitas sosial dan bahwa hubungan
antara menonton dan realitas sosial dapat timbal-balik: menonton televisi dapat menyebabkan realitas sosial dibentuk dalam cara tertentu, tetapi konstruksi realitas ini juga membentuk
perilaku menonton McQuail, 2007: 257-258.
2.2.5 Sikap dan Perilaku
Sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak untuk bereaksi terhadap rangsang. Oleh karena itu wujud sikap tidak dapat langsung dilihat, akan tetapi harus ditafsirkan
terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang masih tertutup.
Menurut Bimo Walgito 1980 bahwa pembentukan sikap dan perubahan sikap akan ditentukan oleh dua faktor, yaitu :
Faktor Internal individu itu sendiri, yaitu cara individu dalam menanggapi dunia luarnya dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau ditolak
Faktor Eksternal, yaitu keadaan-keadaan yang ada diluar individu yang merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap.
Sementara itu Mednick, Higgins dan Kirschenbaum 1975 menyebutkan bahwa pembentukan sikap dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu :
Pengaruh sosial, seperti norma dan kebudayaan Karakter kepribadian individu
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Informasi yang selama ini diterima individu Ketiga faktor ini akan berinteraksi dalam pembentukan sikap.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembentukan dan perubahan sikap pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam diri individu dan faktor di luar diri individu
yang keduanya saling berinteraksi. Proses ini akan berlangsung selama perkembangan individu Tri Dayakisni, 2003, 96;98-99.
Sikap mempunyai 3 aspek, yaitu: 1.
Aspek kognitif, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan gejala mengenal pikiran. Ini berbentuk pengolahan, pengalaman, dan keyakinan serta harapan-harapan individu
tentang objek atau kelompok objek tertentu. 2.
Aspek Afektif, berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu seperti rasa takut, dengki, simpati, antipati, dan sebagainya yang ditujukan pada objek
tertentu. 3.
Aspek Konatif, berupa proses tendensikecenderungan untuk berbuat kepada suatu objek Ahmadi, 2007:149.
Sikap timbul karena dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan. Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan yang besar dalam membentuk sikap anak-
anaknya. Sikap seseorang tidak selamanya tetap. Sikap dapat berkembang manakala mendapat pengaruh, baik dari dalam maupun dari luar yang bersifat positif dan mengesankan.
Antara perbuatan dan sikap ada hubungan yang timbal balik. Tetapi sikap tidak selalu menjelma dalam bentuk perbuatan atau tingkah laku Ahmadi, 2007: 156.
Ada beberapa teori yang membantu kita untuk memahami bagaimana sikap dibentuk dan bagaimana sikap dapat berubah:
1. Teori Belajar
Teori belajar pertama kali dikembangkan oleh Carl Hovland dan rekannya di Yale University. Asumsi di balik teori ini adalah bahwa proses pembentukan sikap adalah
sama seperti pembentukan kebiasaan. Orang mempelajari informasi dan fakta tentang objek sikap yang berbeda-beda, dan mereka juga mempelajari perasaan dan nilai yang
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
diasosiasikan dengan fakta itu. Belajar juga dapat dilakukan melalui reinforcement penguatan dan punishment hukuman. Sikap juga bisa dipelajari melalui imitation
peniruan,imitasi. Orang menirukan orang lain, khususnya jika orang itu adalah orang kuat dan penting. Message Learning belajar pesan dianggap penting bagi perubahan
sikap. Apabila seseorang mempelajari suatu pesan, ada kemungkinan terjadi perubahan. Teori belajar juga menunjukkan bahwa orang terbujuk ketika mereka mentransfer afek
dari satu objek ke objek lain yang diasosiasikan dengan objek itu. 2.
Teori Konsistensi Kognitif Pendekatan konsistensi kognitif menegaskan bahwa seseorang selalu berusaha
mendapatkan koherensi dan makna dalam kognisinya, Jika kognisi mereka sudah konsisten dan mereka berhadapan dengan kognisi baru yang mungkin menimbulkan
inkonsistensi, maka mereka akan berjuang untuk meminimalkan inkonsistensi itu Shelley E. Taylor, 2009: 167-169.
Adapun sikap memiliki ciri-ciri sebagai berikut. 1.
Sikap itu dipelajari learnability, sikap merupakan hasil belajar ini perlu dibedakan dari motif psikologi lainnya. Contoh: lapar, haus, adalah motif psikologi yang tidak
dipelajari, sedangkan pilihan kepada makanan Eropa adalah sikap. Beberapa sikap dipelajari tanpa disengaja dan tanpa kesadaran dari individu.
2. Memiliki kestabilan stability, Sikap yang bermula dari dipelajari, selanjutnya
menjadi lebih kuat, tetap, dan stabil, melalui pengalaman. 3.
Personal-societal significance, sikap melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain dan juga antara orang dan barang atau situasi. Bila sesesorang merasa
bahwa orang lain menyenangkan, terbuka dan hangat akan sangat berarti abgi dirinya, ia merasa bebas.
4. Berisi kognisi dan afeksi, berisi informasi yang faktual, misalnya: suatu objek
dirasa menyenangkan atau tidak. 5.
Approach – avoidance directionally, bila seseorang memiliki sikap ketertarikan akan suatu objek, maka dia akan mendekatinya, sebaliknya bila tidak memiliki
ketertarikan, maka orang tersebut akan menjahuinya. Fungsi dari sikap itu sendiri dibagi kedalam empat 4 golongan, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
1. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Sikap itu bersifat
communicable, artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah menjadi milik bersama. Justru karena itu suatu golongan yang didasarkan atas kepentingan
dan pengalaman bersama biasanya ditandai dengan adanya sikap anggotanya yang sama terhadap suatu objek. Dengan demikian sikap menjadi rantai penghubung
antara orang dengan kelompoknya atau dengan anggota kelompok lainya. 2.
Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku. Seperti tingkah laku anak kecil yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi tidak ada
pertimbangan, tetapi pada anak dewasa dan yang sudah lanjut usianya perangsang itu pada umumnya tidak diberi reaksi secara spontan, akan tetapi terdapat adanya
proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu. Jadi antara perangsang dan reaksi terdapat sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang
berwujud pertimbanganpenilaian terhadap perangsang itu sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri, tetapi merupakan sesuatu yang erat hubungannya dengan cita-
cita orang, peraturan-peraturan kesusilaan yang ada dalam masyarakat, keinginan- keinginan pada orang itu dan sebagainya
3. Sikap berfungsi sebagai alat atur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu
dikemukakan bahwa manusia dalam menerima pengalaman-pengalaman dilakukan secara aktif, artinya semua pengalaman yang berasal dari dunia luar tidak semuanya
dilayani manusia, tetapi manusia memilah man yang perlu dan yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman itu diberi nilai, lalu dipilih. Pemilihan itu pun
dilakukan atas tinjauan apakh pengalaman-pengalaman itu mempunyai arti atau tidak baginya. Tanpa pengalaman tidak ada keputusan dan tidak dapat melakukan
perbuatan. 4.
Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan kepribadian seseorang. Ini dikarenakan sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang
mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut Ahmadi, 2007: 164-
167. Adapun hubungan erat antara sikap dan perilaku didukung oleh pengertian sikap yang
mengatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak terhadap sesuatu.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Warner dan De Fleur 1969 diidentifikasi adanya 3 postulat hubungan antara sikap dan perilaku.
1. Postulat keajegan consistency: sikap verbal merupakan alasan masuk akal untuk
meprediksi apa yang akan dilakukan seseorang bila ia berhadapan dengan objek sikapnya. Dengan kata lain ada hubungan langsung antara sikap dan perilaku.
2. Postulat ketidakajegan inconsistency: Postulat ini membantah adanya hubungan
yang konsisten antar sikap dan perilaku. Sikap dan perilaku adalah dimensi individual yang berbeda dan terpisah.Postulat ini berdasarkan penelitian La Pierre
1934 namun memperoleh kritikan dari Kiesler, COllins dan Miller 1960, dan Campbell. Raab dan Lipset mengemukakan defenisi sikap yang mencerminkan
hubungan kondisional dengan perilaku yaitu bahwa sikap bukanlah suatu benda melainkan sebuah proses, suatu interaksi yang melibatkan tidak saja orang dan
objek, tetapi semua faktor lain yang hadir dalam setiap situasi. Mereka menyarankan agar sikap dapat dipakai untuk meramalkan perilaku perlu dicari akal
menemukan beberapa ukuran variabel dari semua situasi. 3.
Postulat Konsistensi Kontingen Postulat keajegan yang tidak tentu: Postulat ini mengusulkan bahwa hubungan antara sikap dan perilaku tergantung pada faktor-
faktor situasi tertentu pada variabel antara. Pada situasi tertentu dapat diharapkan adanya hubungan antara sikap dan perilaku; dalam situasi lain hubungan itu tidak
ada. Postulat ini kelihatannya lebih dapat menerangkan hubungan antara sikap dan perilaku. Norma, peranan, keanggotaan kelompok, kelompok referen dan unsur
kebudayaan menempati kondisi yang tidak tetap yang dapat tercermin dalam hubungan antara sikap dan tingkah laku.
Ketiga postulat tersebut yang mencoba menerangkan hubungan antara sikap dan perilaku semuanya bersummber pada pada satu asumsi dasar bahwa tingkah laku adalah
fungsi daripada sikap Ahmadi, 2007: 159-163. Berdasarkan teori tindakan beralasan yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen
1975; Ajzen dan Fishbein, 1980 yang berusaha menunjukkan faktor-faktor yang menentukan konsistensi sikap-perilaku, perilaku kita terjadi sesuai dengan niat sadar kita,
yang didasarkan pada kalkulasi rasional tentang efek potensial dari perilaku kita dan tentang bagaimana orang lain akan memandang perilaku kita. Poin utama dari teori ini adalah
perilaku seseorang dapat diprediksikan dari behavioral intention niat sadar untuk
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
menjalankan suatu tindakan. Niat sadar ini dapat diprediksikan melalui dua variabel utama yaitu sikap seseorang terhadap perilaku apakah aborsi aman dan baik dilakukan dan norma
sosial subjektif persepsi mengenai apa yang dipikirkan orang lain terhadap tindakan yang dilakukan: apakah ibu setuju dilakukan aborsi?. Sikap seseorang terhadap perilakunya
sendiri diprediksikan oleh kerangka ekspektasi nilai: keinginan untuk mencapai suatu hasil akan dipertimbangkan berdasarkan kemungkinan terwjudnya hasil itu. Norma sosial subjektif
diprediksikan melalui ekpektasi terhadap pertimbangan orang lain ddengan motivasi untuk menyesuaikan diri dengan ekspektasi itu. .Shelley E. Taylor, 2009: 203-204.
2.2.6 Keluarga