Universitas Sumatera Utara
4.1.3.5 Tabel Profil Informan Tabel 1
NO Keterangan
A , TH dan R
BS , SP dan S
JP, NT dan A
HS, TS dan RS
1 Umur
A: 39 tahun TH: 36 tahun
R : 10 tahun BS: 48 tahun
SP: 53 tahun S: 12 tahun
JP: 43 tahun NT: 42 tahun
A: 12 tahun HS: 49 tahun
TS: 49 tahun RS: 12 tahun
2 Agama Islam
Kristen Protestan
Kristen Protestan
Kristen Protestan
3 Suku Bangsa
Jawa Batak Toba
Batak Simalungun
Batak Toba
4 Pekerjaan A:
Pegawai swasta
TH: Ibu rumah tangga
BS: Wiraswasta
SP: Wiraswasta
JP: Pegawai swasta
NT: Wiraswasta
HS: Wiraswasta
TS: Wiraswasta
5 Pendidikan A:
S1 TH: S1
R: pelajar kelas 4 SD
BS: SD SP: SMA
S: pelajar kelas 5 SD
JP: SMA NT: SMA
A: pelajar kelas 6 SD
HS: S1 TS: S1
RS: pelajar kelas 6 SD
Sumber: Hasil Wawancara 4.1.4 Pendampingan Orangtua dengan Aktivitas Anak Menonton Televisi
4.1.4.1 Pendampingan Pasangan A dan TH dengan Aktivitas R Menonton Televisi
Pasangan A dan TH merupakan keluarga muda yang dikaruniai tiga orang putri. Tulang punggung dari keluarga yang bersuku Jawa ini adalah A, seorang sarjana lulusan Universitas
Swasta di Purwokerto. A bekerja sebagai seorang pegawai di sebuah perusahaan swasta di Kota Pematangsiantar. Pekerjaan ini membuat A hanya dapat bertemu keluarganya di sore
hari sepulang ia bekerja, yaitu sekitar pukul 5 atau 6 sore setiap harinya kecuali di hari minggu. Sedangkan istrinya, TH yang merupakan sarjana lulusan dari Universitas swasta di
Malang bekerja sebagai ibu rumah tangga, menyiapkan keperluan sehari-hari keluarganya
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
dirumah. Kegiatannya sebagai ibu rumah tangga membuat ibu ini dapat lebih banyak berinteraksi dengan anak-anaknya dibandingkan suaminya. Menjemput anaknya pulang
sekolah, merawat setelah pulang sekolah merupakan rutinitas ibu yang berusia 36 tahun tersebut.
Kegiatan mendampingi anak menonton televisi ini dimulai pasangan A dan TH sejak anak-anak mereka mulai mengenal televisi yaitu sekitar sejak umur 5 tahun. Pendampingan
ini didominasi oleh TH selaku ibu rumah tangga dikarenakan A yang bekerja baru pulang kerumah pada pukul 5 atau 6 sore. Biasanya TH mulai mendampingi sejak pukul 3 hingga
pukul 6 sore, dikarenakan pasangan ini hanya memperbolehkan anaknya menonton televisi sejak pukul tiga hingga pukul 6 sore yaitu sebelum magrib. Alasan mereka membuat aturan
ini karena mereka mengetahui bahwa menonton terlalu lama dapat membawa dampak tidak baik yaitu dapat membuat anak mudah dipengaruhi oleh acara televisi. Pasangan muda ini
juga membatasi acara yang boleh ditonton oleh anak-anaknya, yaitu siaran kartun, berita dan musik karena mereka tahu bahwa banyak siaran televisi yang membawa dampak negatif
terutama kepada anak-anak yang mudah menerima informasi tanpa menyaringnya. TH memperbolehkan menonton acara kartun, berita dan musik hanya untuk menambah informasi
dan pengetahuan anak selain sebagai hiburan untuk menyegarkan pikiran setelah seharian belajar di sekolah. Selama 3 jam anak menonton televisi, TH yang dominan mendampingi
berusaha semampunya dalam mendampingi anak-anaknya dikarenakan agar anak-anaknya dapat memperoleh informasi yang sesuai dan positif dan mengontrol agar hal-hal yang tidak
baik dari televisi dapat dijadikan pelajaran agar tidak dilakukan di kehidupan sehari-hari karena pasangan ini tahu bahwa banyak dampak negatif dari televisi.
Kayak kekerasan kan berdampak pada psikologis anak kan, sikap dan tingkah laku anak. Kalo kayak yang mendidikkan pasti juga berpengaruh positif kepada
bertambahnya pengetahuan si anak. Saya izinkan tapi pada posisi saya ada disamping mereka untuk mengarahkan dek.
Untuk mendapatkan dampak positifnya aja dek, terutama hiburan dek, karena untuk menghilangkan rasa jenuh di sekolah kan, tapi nggak lepas dari dampak untuk
mendidik dan menambah pengetahuan juga dek TH. 2014, 3 Mei. Wawancara pribadi.
A dan TH tidak memperbolehkan anak-anaknya menonton acara yang berisi kekerasan yang mereka pahami dapat memberi dampak negatif pada psikologi anak tersebut. Keluarga
ini memahami acara apa yang diperuntukkan bagi anak-anak sehingga mereka memilih siaran anak-anak pada TV berbayar yang memudahkan orangtua dalam mendampingi anak.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Kalaupun mereka mengizinkan anak-anaknya menonton film yang belum sesuai umur seperti Superman, itu dikarenakan agar anak tidak monoton dalam menonton televisi namun TH
mengakui butuh usaha ekstra mendampingi anak ketika mereka mengizinkan anak menonton film itu. Keluarga ini juga menginzinkan menonton berita yang butuh pendampingan karena
mereka merasa anak-anak juga perlu informasi yang dapat menambah wawasan mereka. TH menyebutkan, ketika dia tidak bisa mendampingi sepenuhnya saat dia mengerjakan pekerjaan
rumah, dia tidak memperbolehkan anaknya menonton televisi yang tidak sesuai umur atau hanya mengizinkan menonton DVD kartun yang TH tahu tidak ada konten negatif
didalamnya. TH menyebutkan bahwa dia tahu kalau di film kartun juga terdapat kekerasan padahal dia tidak memperbolehkan anaknya menonton film dewasa yang berisi kekerasan.
Untuk itu dia jadikan pelajaran dan bimbingan kepada anak-anaknya agar anaknya tahu dan menjadi pelajaran. Contohnya Tom and Jerry, TH mengatakan bahwa ada beberapa DVD
kartunnya adalah Tom and Jerry dimana dalam film itu ada peristiwa dimana dipukul dan dihukum.
Oh iya, mereka suka juga kan Tom and Jerry , nah saya pakai logika, contohnya gini, saya tau ada kekerasan di tom and jerry, jadi saya dampingi dulu awal mereka nonton
itu, saya bilang “lihat nak kenapa si jerry nya di tangkap, dihukum? Itu karena mencuri kan, makanya jangan mencuri, jadi kalian tidak boleh mencuri ya kalau tidak
mau dihukum. Kalo kalian tahu ada yang mencuri, adek atau kakak, nggak boleh main pukul, lebih baik kalian beritahu mama,papa atau guru dulu. Karena mencuri dan
pukul itu tidak baik”. Begitu saja ajarkan, berulang-ulang, jadi sekarang kalo pun tidak saya dampingi ketika nonton kartun kayak tom and jerry, mereka sudah ngerti
mana yang boleh dan tidak boleh dibuat. TH. 2014, 3 Mei. Wawancara pribadi.
Dari peristiwa itu, TH mengajarkan kepada anaknya bahwa tidak boleh mencuri seperti Jerry karena itu tidak baik dan akan dihukum, namun tidak boleh main pukul kalo ada yang
salah. Lebih baik jika ada yang salah segera diberitahu mama papa atau ibu guru agar yang salah dihukum, karena mencuri dan memukul itu tidak baik. Begitu cara TH mengajari
anaknya jika melihat konten negatif yang ada pada acara anak-anak maupun acara lainnya, dan hal itu dia lakukan berulang-ulang agar anaknya memahami perkataan TH sehingga
sekarang TH tidak lagi mendampingi secara intens anaknya saat menonton acara yang sama dengan konten yang sama karena anaknya sudah mengetahui mana yang buruk dan baik.
Selama proses pendampingan, komunikasi antarpribadi yang dilakukan TH dengan anaknya R dilakukan secara aktif dan terbuka, artinya tidak ada hal yang ditutup-tutupi.
Komunikasi juga terjadi secara aktif, dimana TH dan R bergantian saling memberi pesan dan feedback. TH mencontohkan saat mereka menonton acara anak-anak yang berbahasa Inggris
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
dan berhitung di salah satu televisi swasta, R terkadang bertanya kenapa 5 ditambah 5 itu bisa sepuluh begitu juga TH yang bertanya bahasa inggris kursi apa. TH melanjutkan bahwa
mereka tergolong aktif dan komunikatif. TH meneruskan bahwa R adalah tipe anak penurut yang mau mendengarkan dan percaya apa kata orangtuanya namun dalam setiap arahan
biasanya disertai alasan untuk mempermudah R dalam menerima masukan dan arah dari orangtuanya. Contohnya ketika TH mengatakan jangan mencuri, TH harus mnejelaskan
kenapa mencuri itu tidak boleh dan tidak baik hingga R dapat menerima dan mengetahuinya. TH menanggapi bahwa baik dia maupun suaminya merasa nyaman selama
mendampingi anaknya menonton televisi karena TH menganggap saat itu juga merupakan momen bersama dengan anak-anaknya. TH merasa itu merupakan tanggung jawab orangtua
dalam membimbing anak untuk menghasilkan perilaku yang positif. Untuk itu, TH menyiasati cara mendampingi anaknya dengan hanya meletakkan satu televisi dirumahnya
yaitu dilantai dasar agar semua aktivitas anaknya menonton lebih mudah untuk diperhatikan. TH menambahkan, terlepas dari dampak positif televisi, dampak negatif yang sangat besar
membuat A dan TH merasa sangat penting untuk mendampingi anaknya yang masih rawan dalam hal menerima informasi.
Meskipun sangat penting dalam mendampingi anak menonton televisi, TH tidak menampik bahwa kesibukan A dan TH membuat mereka tidak sepenuhnya bisa
mendampingi anaknya menonton televisi. Seperti A yang pulang kerja dijam 5 sore atau 6 sore tentu hanya dapat sebentar mendampingi anaknya menonton televisi. Lain halnya TH,
meskipun ibu rumah tangga, ibu ini tidak sepenuhnya bisa terus mendampingi anaknya menonton televisi dikarenakan dia juga harus membersihkan rumah dan menyiapkan
keperluan rumah seperti memasak. Namun TH menampik masalah keinginan dan rasa malas atau jenuh menjadi hambatan bagi dia dan suaminya dalam mendampingi anak menonton
televisi karena pasangan ini justru merasa nyaman dan bahagia selama mereka mendampingi anak-anaknya menonton televisi.
Mengenai perilaku R yang saat ini berumur 10 tahun sedang duduk dibangku kelas 4 SD, TH menyebutkan bahwa R bukanlah tipe anak yang tidak mudah dipengaruhi oleh media
karena dia sudah memahami dan memperoleh bimbingan namun dia menyebutkan jika menonton terlalu sering dan tanpa bimbingan tentu anak akan dapat dipengaruhi oleh konten
acara di media. R adalah seorang putri yang penurut dan mengalah dikarenakan dia adalah anak tertua didalam keluargnya sehingga ia lebih sering mengalah kepada anak-anaknya. TH
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
menyebutkan putrinya ini menyukai acara kartun seperti Spongebob dan channel musik di tv berbayar. TH juga menambahkan bahwa anaknya tidak menyukai sinetron-sinetron di televisi
karena R menganggap hal itu tidak sesuai. Contohnya, R pernah protes kepada ibunya saat ibunya pernah memilih sebuah siaran yang menyiarkan sinetron. R mengatakan bahwa
sinetron itu tidak baik, dia mempertanyakan kenapa anak sekolahan boleh memakai rok pendek dan lipstik ke sekolah. Ini bisa dikarenakan kedua orangtuanya sejak kecil tidak
membiasakan anaknya menonton acara yang tidak sesuai umur yang tidak sesuai realita dikehidupan anak. TH melanjutkan bahwa selama proses pendampingan, R menunjukkan
respon positif kepada kedua orangtuanya dimana arahan dan bimbingan yang diberikan orangtuanya sampai saat ini masih dituruti oleh R dalam kehidupan sehari-hari.
Saya rasa sih respon positif dari Roro, ketika aku bilang nonton sinteron ga boleh, dia tanya alasan dan aku jelaskan, dia terima dan tidak akan dilakukannya itu. Gitu dek.
iya dek, dia tanya boleh apa nggak, kami beritau dan kami kasih alasannya sampai dia terima, dia ikuti pasti. Dia tipe penurut sama orangtua dek. TH. 2014, 3 Mei.
Wawancara pribadi.
Perilaku R hingga saat ini masih positif karena TH merasa hal ini dikarenakan A dan TH mendampingi anaknya sejak kecil, hubungan kedua orangtua dengan R juga sangat dekat
sehingga R maupun TH lebih terbuka satu sama lain dalam setiap hal. Komunikasi yang baik dan dekat dalam membimbing anaknya menjadi faktor yang membuat R memberi respon
positif dan lebih terkontrol. Mengenai media, TH mengatakan bahwa sejak dia mendampingi TH menonton televisi,
R tidak mudah dipengaruhi media karena dia menjadi lebih tahu dan memahami acara di televisi, mana yang baik dan tidak baik, mana yang boleh dan tidak boleh ditonton olehnya. R
juga lebih kritis dalam menanggapi acara di televisi, contohnya sinetron dan gosip yang ada di televisi. Dia tidak akan suka acara itu karena banyak hal yang dia tahu sebenarnya tidak
boleh dilakukan. Namun meskipun sudah menunjukkan hal positif, TH mengatakan bahwa bimbingan terhadap anak itu tetap perlu dilakukan hingga anaknya benar-benar telah dewasa.
Saat memdapatkan info tambahan sambil mengamati TH dan R menonton televisi, tepatnya acara kartun di salah satu televisi swasta pada pukul 17.00 WIB, terlihat bahwa TH
dan R sangat komunikatif dan responsif terhadap acara yang ada di televisi tersebut. Saat itu, R sempat bertanya arti konyol itu apa kepada ibunya, dengan santai TH menjawab bahwa
konyol itu adalah melakukan hal yang tidak berarti atau melakukan hal bodoh. Lalu R mengangguk sembari menonton kembali. Lalu TH mengatakan kepada R bahwa Squidward,
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
seorang tokoh dalam film kartun itu merasa iri kepada tetangganya yang bisa bahagia setiap hari. Karena irinya, Squidward mencoba berbuat jahat, namun malah kena getahnya, ia
terkena sial dan terjatuh. Lalu TH menasehati anaknya agar jangan iri kepada oranglain, tidak boleh jahat karena pasti akan dihukum Tuhan, jadinya sial sendiri. Tampak R memperhatikan
dan mendengarkan apa yang telah disampaikan ibunya kepadanya.
4.1.4.2 Pendampingan Pasangan BS dan SP dengan Aktivitas S Menonton Televisi