Universitas Sumatera Utara
Sekarang, HS menuturkan bahwa pendampingan yang ia berikan beserta istrinya kepada anak-anaknya memberikan dampak positif. RS sudah lebih memahami menegnai isi
acara dimana dia tidak menyukai lagi sinetron atau film yang ber-genre action sebagaimana yang diungkapkan RS. Anak yang khas dengan kacamata hitamnya ini sudah lebih
mengetahui acara apa yang boleh ia saksikan dan tidak beserta alasannya. HS dan TS berharap agar hal positif baik sikap maupun perilaku anak-anaknya ini dapat terus berlanjut
dan berkembang hingga mereka dewasa.
4.1.4.5 Tabel Pendampingan Orangtua dengan Aktivitas Anak Menonton Televisi Tabel 2
NO Keterangan
A, TH dan R anak
BS, SP dan S anak
JP, NT dan A anak
HS, TS dan RS anak
1
Pengetahuan orangtua
mengenai isi media
Isi media berupa acara
hiburan dan berita yang
berisi informasi
Isi media berupa acara
yang berisi informasi dan
hiburan Acara di media
berisi berita dan informasi
Isi media berupa acara
yang berisi acara yang
menghibur dan memberi
informasi
2 Pengetahuan
Dampak Media Memberikan
dampak positif dan negatif
Dapat menimbulkan
dampak positif dan
negatif Memberikan
dampak positif dan negatif
Memberikan dampak
positif dan negatif
3 Alasan
Mengizinkan anak Menonton
Memberikan pengetahuan
dan informasi sekaligus
sebagai hiburan untuk
menyegarkan Memberikan
pengetahuan dan informasi
baru serta hiburan
Memperoleh pengetahuan
serta menjadi sarana hiburan.
Selain itu juga Televisi yang
tergolong murah Berharap
anak-anaknya dapat mnyerap
hal-hal positif yang disiarkan
di televisi, seperti
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
pikiran sesuai dengan
kondisi ekonomi JP dan NT.
informasi dan hiburan.
4 Fokus
Tontonan Kartun dan
Musik sebagai sarana
mendidik dan menambah
wawasan serta hiburan. Berita
yang mendidik.
Berita dan Kartun.
Namun lebih dominan
kepada berita yang memberi
pengetahuan yaitu tanpa
ada unsur kekerasan.
Berita dan film anak-anak yang
tidak memiliki unsur kekerasan
atau konten negatif
Berita dan film kartun.
Namun orangtua
mulai memfokuskan
kepada berita yang
bermanfaat bagi anak.
5
Durasi menonton
televisi Rata-rata 3
jam perharinya mulai pukul
15.00 hingga pukul 18.00
WIB dengan alasan apabila
terlalu lama bisa membawa
dampak buruk yaitu
terpengaruh Maksimal 2
jam dimulai pada pukul
19.00 -21.00 WIB pada hari
sabtu, mulai pukul 16.00
WIB - 18.00 WIB pada hari
minggu dan kegiatan
tersebut diizinkan
hanya pada hari sabtu dan
minggu Rata-rata selama
3 jam perharinya , yaitu mulai
pukul 17.00 - 20.00 WIB.
Rata-rata dua jam
perharinya, mulai pukul
18.00 - 20.00 WIB hingga
paling lama pada pukul
20.30 WIB.
6 Proses
Mendampingi Anak
Pendampingan dimulau sejak
anak mengenal televisi, yaitu
Pendampingan dimulai sejak
S duduk dibangku
Pendampingan dimulai sejak A
mengenal televisi yaitu
HS dan TS mulai
mendampingi RS sejak RS
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
sejak Balita. A dan TH
didominasi oleh TH
mendampingi anak
semaksimal mungkin
selama menonton
televisi. Selama proses
pendampingan, orangtua
sekaligus mengajarkan
dan mengontrol
konten dari acara yang
disiarkan. Komunikasi
yang terjadi adalah
komunikasi dua arah.
Sekolah Dasar.
Merupakan ibu yang
protektif sehingga
cukup ketat merawat anak.
Dibantu oleh putri sulung
dalam mendampingi
S menonton. Melakukan
tindakan preventif
dengan menjelaskan
terlebih dahulu konten
suatu acara agar anak
memahami. S juga sering
bertanya hak- hal yang dia
tidak ketahui kepada
orangtuanya Balita. NT
selaku ibu mendominasi
dalam mendampingi
anaknya. JP dan NT
memperbolehkan menonton berita
dimana itulah saat dimana
mereka mengrahkan
anaknya dalam menilai berita
yang ada sehingga
anaknya memahami.
Anaknya juga memberi respon
dengan bertanya. Mereka tidak
mengizinkan menonton film
yang memiliki konten
kekerasan meskipun itu
film kartun. Untuk lebih
aman disaat tidak bisa
mengenal televisi yaitu
sejak masuk Sekolah
Dasar. Pendampingan
dimulai pada pukul 18.00
WIB setelah HS dan TS
sampai dirumah.
Kecuali hari minggu, HS
membiasakan anaknya untuk
menonton berita untuk
menambah wawasan
anaknya. Selain berita
dan hiburan berupa film
kartun atau kuis, HS
menyarankan anaknya untuk
tidak menonton
acara lain. Selama
menonton, HS
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
mendampingi, NT lebih
memilih untuk mematikan
televisi dan melarang
anaknya mnonton.
yang dominan mendampingi
kecuali hari minggu,
biasanya akan menjelaskan
dan mengarahkan
anaknya mengenai
berita yang ada, sementara
anaknya juga secara aktif
bertanya kepada
orangtuanya mengenai hal
yang dia tidak mengerti.
7 Alasan
mendampingi Disamping
dampak positif, banyak
siaran yang memberi
pengaruh negatif bagi
ank. Terlebih anak pada
dengan usia kategori anak-
anak masih rawan dalam
Semata-mata hanya untuk
membimbing mendapatkan
informasi yang baru dan
sebagai hiburan di
akhir minggu. Agar anak dapat
lebih terkontrol dalam menerima
informasi dari acara di televisi
yang mereka tonton. Karena
menjadi tanggung jawab
orangtua dalam mendidik dan
membimbing anak.
Agar anak tidak
menyerap hal negatif yang
disiarkan di televisi, Anak
menjadi lebih terkontrol.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
menerima informasi
karena itu perlu
bimbingan untuk
mengarahkan
8
Hubungan Orangtua-Anak
Keluarga ini menjalin
hubungan antarpribadi
yang terbuka dan aktif antar
anggota keluarga.
Tidak menutup-
nutupi permasalahan
menjadi kebiasaan
dalam keluarga ini. R sebagai
putri tertua lebih dekat
dengan TH yang memiliki
waktu berinterkasi
lebih banyak dibanding A.
Komunikasi antarpribadi
yang terjalin cukup baik.
Status sebagai orangtua
tunggal membuat Ibu
ini sangat dekat dengan
anaknya. Kseharian S
yang lebih banyak
bersama ibunya saat
ibunya berjualan
membuat S sangat dekat
dan terbuka dengan
ibunya. Karena
kedekatan itu, Hubungan yang
terjalin antara JP, NT dan A
tergolong baik meskipun A
adalah anak dengan tipe yang
keras. Komunikasi
dengan cara persuasif
dianggap sebagai cara yang paling
efektif untuk mengahadpi A.
Komunikasi dengan
menjelaskan secara baik-baik
dianggap lebih efektif dari pada
cara koersif atau menghukum.
Penjelasan secara baik akan
Keluarga ini menjalankan
kebiasaan yaitu bersikap
terbuka satu dengan yang
lain didasari rasa percaya
sabagai akibat kedekatan
sejak lama. Waktu
berkualitas atau quality
time saat mereka
bersama digunakan
untuk saling mengutarakan
apa kejadian yang mereka
alami. Orangtua
rumahan sejak
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
S sangat menuruti dan
percaya akan kata-kata
ibunya. S sangat
mempercayai perkataan
ibunuya. membuat anak
lebih mengerti dan menuruti
perkataan orangtuanya.
lama membuat HS dan TS
sangat dekat denga anak-
anaknya. Komunikasi
secara persuasif
tanpa menunjukkan
kekerasan menjadi ciri
khas HS selaku kepala
rumah tangga.
9 Perasaan
Selama Mendampingi
A dan TH merasa
nyaman selama proses
mendampingi anak dan
merasa menjadi
tanggung jawab mereka
dalam mendidik dan
membimbing anak.
SP sangat nyaman
selama mendampingi
SP karena kedekatannya
dengan S serta dia merasa
semua yang dia perbuat
adalah demi kepentingan
dan kebaikan S
Merasa bahwa selama
mendampingi adalah tanggung
jawab yang harus dilakukan
orangtua demi mendidik anak
untuk mengetahui
mana yang baik dan buruk. NT
merasa tidak terbebani selama
mendampingi anaknya.
Sangat menikmati dan
nyaman selama
mendampingi anak-anaknya.
Perasaan letih tidak menjadi
halangan bagi HS dan TS
menemani anaknya
menonton televisi.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
10 Hambatan
selama mendampingi
Kesibukan yang menyita
waktu menghalangi
pendampingan oleh orangtua
sehingga tidak setiap saat bisa
mendampingi Seharian
bekerja yang tentu akan
mebuat SP letih membuat
dia terhambat dalam
mendampingi S menonton
televisi karena dia harus
istrahat untuk pekerjaan
esok hari. Waktu
dikarenakan pekerjaan
menjadi hambatan
terbesar pasangan ini
yaitu dari pukul 14-17.00 WIB.
Keterbatasan pengetahuan NT
juga terkadang menjadi
hambatan NT Waktu
terbatas dikarenakan
pekerjaan dan keterlambatan
mendampingi anak dianggap
sebagai suatu hambatan bagi
HS.
11 Cara mengatasi
hambatan TV disediakan
satu agar pengawasan
lebih mudak dilakukan
selama TH melakukan
pekerjaan rumah. Saat
tidak bisa mendampingi
sepenuhnya, acara yang
diizinkan untuk ditonton
adalah film anak-anak di
channel khusus anaka-
Memberikan arahan
terlebih dahulu
sebelum diiznkan
menonton. Putri sulung
menggantikan peran SP
dalam mendampingi
anaknya dan hanya
diperbolehkan menonton
film yang seusai umur S
Diwaktu dimana JP dan NT
benar-benar tidak bisa
mendampingi A, mereka akan
melarang A menonton di jam
tersebut. Keterbatasan NT
dalam pengetahuan
disiasati dengan menjelaskan
secara perlahan dan perlu untuk
belajar lagi untuk menjelaskan
kedepannya. Melakukan
kontrol dijam anaknya
menonton dengan
menelepon untuk
mengatahui aktivitas yang
dilakukan anaknya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
anak dan diberikan
arahan sebelumnya
mengenai acara tersebut
12 Sikap dan
Perilaku Anak R merupakan
tipe anak yang penurut dan
berjiwa besar sebgai anak
yang sulung. R menjadi lebih
paham mengenai
acara dan kritis. Tidak
menyukai acara yang di
tahu itu tidak sesuai dengan
kenyataan dan memilih untuk
menonton acara yang
lain. Contohnya
sinetron. S memiliki
sikap menuruti
orangtuanya. Perilaku dia
hingga sekarang juga
tidak pernah menyimpang
malah termasuk anak
yang baik. S akan
menyerap hal positif dari
siaran yang sudah
dibimbing dan dianjurkan
oleh orangtuanya.
S sudah lebih memahami
hal yang buruk dan
tidak buruk. Ini terlihat
A memiliki sifat keras. Meskipun
pernah meniru hal buruk, A
bukanlah tipe yang mudah
dipengaruhi. A adalah anak yang
memiliki sikap penurut dan
positif terhadap bimbingan
orangtuanya. Setelah
mendapat bimbingan
orangtuanya, A tidak lagi meniru
dan menonton acara yang tidak
baik tersebut karena sudah
paham bahwa yang dia tiru
adalah tindakan yang tidak baik.
RS adalah anak yanng
penurut dan baik dalam
kesehariannya. merupakan
anak yang unggul dalam
pendidikan dan bersikap
rela berkorban. RS
bukanlah anak yang mudah
dipengaruhi media karena
sudah dibimbing
sejak kecil. RS
memberikan respon positif
atas bimbingan
dari orangtuanya
dan merasa
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
dengan memilih acara
yang dia tahu baik
untuknya. nyaman
dengan adanya orangtua saat
menonton. RS hanya
menyukai berita dan
kartun dimana kartun
menjadi favoritnya.
Dia tidak menonton
acara yang dia tahu tidak
baik.
Sumber : Hasil Wawancara 4.2 Pembahasan
Menurut Agge 2001, dari semua media komunikasi yang tersedia, televisi merupakan media yang paling berpengaruh bagi kehidupan manusia. Dikarenakan perkembangan televisi
yang sangat cepat dari waktu ke waktu, membuat televisi memiliki dampak bagi kehidupan manusia Ardianto, 2004:125. Televisi sebagai salah satu media komunikasi memilki fungsi
sebagai pengawasan, korelasi, penyampaian warisan sosial serta hiburan. Dibalik fungsi televisi yang merujuk kepada dampak positif, banyak juga terdapat dampak negatif yang
ditimbulkannya. Konten yang tidak sesuai umur memberi banyak pengaruh negatif kepada manusia terkhusus bagi anak-anak.
Senada dengan itu, menurut McQuail 2007:256 didalam teori kultivasi yang menyatakan bahwa televisi telah mendapat tempat yang penting didalam kehidupan sehari-
hari, sehingga mendominasi lingkungan simbolik, menggantikan pesan yang terdistorsi mengenai realitas untuk pengalaman pribadi dan alat lain untuk mengetahui mengenai dunia.
Teori ini melibatkan pembelajaran dan pembentukan pandangan akan realitas sosial
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
tergantung pada keadaan dan pengalaman pribadi. Menurut teori kultivasi, televisi menjadi media utama dimana para penonton televisi belajar tentang masyarakat dan kultur
dilingkungannya. Dengan kata lain, persepsi yang terbangun dalam diri individu tentang lingkungannya salah satunya disebabkan oleh siaran televisi.
Anak-anak merupakan penonton yang sangat rentan dan mudah menerima informasi dari acara yang disiarkan di televisi. Pengetahuan dan pengalaman yang minim membuat
anak sulit membedakan mana hal yang terjadi pada media dan dunia nyata. Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya didepan televisi disaat senggang. Hal ini dibuktikan dimana
rata-rata anak menghabiskan waktu menonton televisi sekitar 4-6 jam perhari Pemakalah konferensi nasional literasi media, 2011:50. Semakin lama mereka menonton, peluang anak-
anak menyerap hal negatif semakin besar terlebih tidak adanya kontrol terhadap anak yeng menonton televisi tersebut.
Dari kasus tersebut, peran orangtua dalam keluarga sangatlah penting dalam mendidik anak termasuk mengontrol dan membimbing anak dalam menonton televisi. Keluarga
merupakan kelompok primer pertama yang ditemui anak dimana komunikasi antarpribadi yang terjadi pertama sekali berada pada keluarga. Menurut Prof. Dr. J. Verkuyl Ahmadi,
2007:228, orangtua dalam keluarga memiliki tugas penting yaitu mengurus keperluan materi anak, menciptakan home dan mendidik anak. Dalam hal ini, mengontrol dan membimbing
anak menonton televisi termasuk kedalam tugas mendidik oleh orangtua. Namun, untuk mengontrol dan membimbing anak menonton televisi. terlebih dahulu orangtua memahami,
memaknai dan mengkritisi media atau yang lebih dikenal dengan nama literasi media. Dalam kumpulan makalah literasi media di Indonesia 2011: 32, literasi media menurut
Aufderheide adalalah kemampuan untuk membuat, mengakses, menganalisa, dan melakukan evaluasi terhadap media dalam semua bentuknya. Pada penelitian studi komparatif
pengetahuan dan keterampilan media literasi oleh Mazdalifah dalam kumpulan makalah literasi media di Indonesia 2011:117:118 , Mazdalifah menyoroti mengenai pengetahuan isi
media dan keterampilan media literasi. Adapun pengetahuan isi media meliputi acara apa saja yang ada di televisi, seperti : acara hiburan, berita dan iklan. Informasi ini berguna membantu
orang dalam mengakses pesan media. Selanjutnya Mazdalifah mengartikan bahwa keterampilan media literasi adalah kecakapan keluarga orangtua dalam mendampingi anak,
menjelaskan kepada anak, memilih tayangan yang baik, menjadwalkan waktu menonton. Orangtua harus mengetahui acara yang ditonton anak, muatannya, dan kemungkinan dampak
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
yang timbul, serta pola waktu anak menonton. Apabila orangtua yang melek media menerapkan kepada anak-anaknya, maka anak juga akan melek media yaitu memiliki daya
kritis terhadap isi tayangan, tidak mudah terpengaruh, dan ada proses seleksi. Melalui pendampingan yang dilakukan kepada anak, orangtua dapat mengubah sikap
dan perilaku anak. MenurutWalgito 1980, pembentukan sikap dan perubahan sikap serta tingkah laku ditentukan oleh faktor internal diri individu sendiri dan eksternal Tri
Dayaksini, 2003: 96. Adapun hubungan erat antara sikap dan perilaku didukung oleh pengertian sikap yang mengatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak
terhadap sesuatu. Tentunya, dalam proses membentuk serta mengubah sikap dan perilaku anak, terjadi komunikasi antarpribadi antara orangtua dan anak. Komunikasi antarpribadi
pertama sekali dilakukan dalam ruang lingkup keluarga, yaitu mencakup komunikasi orangtua-anak, anak dengan anak, suami dengan istri. Komunikasi antarpribadi dilakukan
dengan tujuan untuk mengenal diri sendiri dan orang lain, mengetahui dunia luar, menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna, mengubah sikap dan perilaku,
bermain dan mencari hiburan, serta membantu Marhaeni fajar, 2009:78-80. Dalam proses pendampingan anak menonton televisi ini, komunikasi antarpribadi yang terjalin antara
orangtua dengan anak lebih menekankan kepada tujuan untuk mengubah sikap dan perilaku serta mengenal dunia luar. Didalam penelitian ini, keempat informan melakukan
pendampingan kepada anak-anaknya disaat menonton tayangan televisi dengan alasan utama mengontrol dan membimbing anak selama menonton televisi agar anak tidak menerima
dampak negatif melainkan dampak positif dari televisi. Seluruh keluarga yang diteliti memahami mengenai isi media, menganalisis dan mengkritisinya, atau dapat disebut melek
media. Dalam hal pengetahuan isi media, seluruh informan mengetahui cukup baik mengenai muatan acara yanng ditampilkan dalam televisi serta dampaknya. Mereka mengetahui isi
media yaitu informasi dan hiburan serta iklan disertai dampak positif dan negatif yang ditimbulkannya. Mereka mengatakan bahwa dampak positifnya dapat berupa hiburan untuk
menyegarkan pikiran, serta menambah pengetahuan baik dalam bidang pilitik, sosial maupun lingkungan. Dikarenakan mengetahui dampak negatifnya, orangtua perlu untuk mendampingi
anaknya. Seperti pada keluarga A dan TH, mereka mengetahu bahwa banyak acara yang memberi pengaruh buruk bagi anaknya bahkan dalam acara kartun sekalipun. TH merasa
bahwa anak-anak di usia 7-12 adalah anak yang rawan dalam menerima informasi dikarenakan mereka masih polos yang menerima informasi tanpa disaring lagi. Untuk itulah
TH merasa perlu untuk mendampingi agar anak menjadi terarah dan menjadi lebih mengerti
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
dan memahami isi acara yang disiarkan. Pada keluarga BS dan SP serta HS dan TS, alasan mereka mendampingi adalah agar anak memperoleh dampak positif yang ditimbulkan dari
menonton televisi yaitu informasi dan hiburan dan tidak menyerap hal negatif sehingga anak menjadi lebih terkontrol. Hal ini dikuatkan oleh keluarga JP dan NT yang mengatakan selain
anak menjadi terkontrol dalam menyerap informasi dari televisi, mereka menilai bahwa sudah menjadi tanggung jawab orangtua mendidik dan membimbing anaknya termasuk dalam
mendampingi anak menonton televisi. Keterampilan informan mengenai media literasi akan terlihat selama proses mereka
mendampingi anaknya menonton televisi. Dimana selama proses itu pulalah komunikasi antarpribadi antara orangtua dengan anak terjadi untuk mengontrol dan membimbing anak
dengan tujuan terbentuknya sikap dan tingkah laku yang positif dari anak dalam kehidupan sehari-hari. Mengenai keterampilan media literasi, keempat informan medampingi dengan
cara dan tujuan yang hampir sama secara garis besar. Dimulai dari pendampingan awal, keempat informan melakukan pendampingan disaat anak sudah mulai mengenai televisi,
yaitu sejak balita hingga memasuki bangku Sekolah Dasar. Pasangan HS dan TS hanya memperbolehkan anak menonton televisi rata-rata dua jam perharinya. Pasangan JP dan NT
serta A dan TH memperbolehkan anaknya menonton televisi rata-rata 3 jam perharinya dengan maksimal enpat jam seperti yang dilakukan A dan TH kepada anak-anaknya.
Sedangkan pada BS dan SP, anak hanya boleh menonton 2 kali selama seminggu dengan durasi rata-rata 2 jam.
Alasan keempat informan ini memberikan durasi menonton bagi anak rata-rata dua jam dan tiga jam adalah agar anak tidak mudah terpengaruh oleh dampak negatif yang
ditimbulkan media apabila menonton terlalu lama. Keempat informan ini pun memiliki waktu tersendiri bagi anaknya menonton televisi. Pada keluarga A dan TH, R hanya diizinkan
nonton dimulai dari pukul 15.00 hingga pukul 18.00 WIB sebelum magrib dikarenakan pada jam itulah R telah selesai melakukan aktivitasnya bersekolah. Pada keluarga BS dan SP, S
hanya boleh menonton pada hari sabtu sore dan minggu sepulang gereja dikarenakan agar anak tidak terpengaruh dampak negatif, serta kegiatan S sepulang sekolah adalah menemani
ibunya berjualan membuat waktu S menonton hanya ada ketika pukul 19.00 hingga 21.00 WIB malam. Pada keluarga JP dan NT, anak hanya diperbolehkan menonton pada pukul
17.00 hingga 20.00 WIB dikarenakan kesibukan JP dan NT yang bekerja sehingga membuat mereka tidak bisa mendampingi anak menonton pada siang hingga sore hari. Lalu pada
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
keluarga HS dan TS, RS diperbolehkan menonton dimulai pukul 18.00 hingga 20.00 WIB dikarenakan kesibukan anak yang setelah pulang sekolah mengikuti les tambahan atau
menemani orangtua berjualan di pasar. Berdasarkan waktu menonton, terlihat bahwa hampir seluruh anak diperbolehkan menonton mulai sore hari hingga menjelang magrib bahkan ada
yang sampai malam hari. Padahal dari konten yang disiarkan, pada malam hari banyak menyiarkan acara berita dan acara untuk orang dewasa. Di sore hari memang banyak acara
anak-anak yang disirakan yang cocok bagi anak-anak, namun berbeda di malam hari. Dari seluruh informan yang mengizinkan menonton hingga malam hari, mereka mengizinkan
anaknya menonton berita yang berisi informasi positif yang berguna bagi wawasan anak. Adapun alasan lain mereka mengizinkan anak menonton malam hari adalah karena pada saat
itulah mereka bisa mendampingi anak setelah mereka menyelesaikan aktivitasnya, begitu juga beberapa anak yang baru menyelesaikan aktivitasnya seperti les dan membantu
orangtuta bekerja pada sore hari.
Mengenai acara yang ditonton, seluruh informan mengizinkan anak-anaknya menonton berita dan hiburan berupa kartun, musik dan kuis dengan tujuan agar bertambahnya
pengetahuan anak serta menjadi hiburan untuk menyegarkan pikiran. Hal ini masuk kedalam fungsi televisi itu sebagai penyampaian warisan sosial dan hiburan Werner,2005:388.
Mengenai acara yang ditonton, berita termasuk acara yang berada dalam kategori bimbingan orangtua dimana terdapat juga hal-hal yang belum pantas disaksikan oleh anak-anak yang
berada pada usia 7 sampai dengan 12 tahun. Menanggapi hal tersebut, seluruh informan mengaku bahwa dalam menonton berita, berita yang tertentu yang bermanfaat lah yang
diberikan kepada anak, dalam hal ini berita yang sesuai dengan umur anak. Disinilah peran orangtua mendampingi anak sangat diperlukan. Tidak hanya berita, ada juga kartun yang
termasuk dalam kategori anak-anak yang memilki konten negatif yang belum sesuai umur anak-anak, yaitu kekerasan dan pembunuhan. Sebagaimana hal ini terjadi pada A, anak dari
JP dan NT yang sempat meniru adegan kekerasan padan film kartun Naruto dikarenakan orangtuanya tidak dapat mendampingi disaat anaknya menonton acara kartun tersebut. Dari
penelitian yang dilakukan, peneliti melihat bahwa walaupun orangtua sudah memahami isi media serta dampaknya, keterampilan mereka dalam mengatur acara yang ditonton belum
sesuai dengan kategori tontonan yang dianjurkan kepada anak-anak. Hal ini jelas dimana orangtua mengizinkan anaknya menonton berita yang tentu memilki banyak konten yang
belum sesuai umur anak. Seluruh orangtua yang menjadi informan memang mengetahui bahwa berita belum sesuai untuk disaksikan oleh anaknya, maka dari itu informan dalam
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
mendampingi anaknya menonton berita, melakukan penyaringan terhadap berita-berita tertentu. Berita yang dinilai sudah melewati batas dan tidak pantas dintonton anaknya tidak
akan diperlihatkan kepada anaknya, seperti pembunuhan. Orangtua sendiri memilki alasan sendiri kenapa mereka mengizinkan anaknya menonton berita yang mana berita tidak
termasuk kategori anak-anak dikarenakan bahwa dalam berita banyak informasi yang menambah pengetahuan anaknya, seperti mengenai kondisi alam. Alasan lainnya adalah,
mereka menilai bahwa di umur anaknya yang menginjak 12 tahun seperti yang terjadi pada S,A,dan RS, anak mereka sudah mulai bisa diajarkan menonton berita itulah kenapa mereka
mulai memfokuskan anaknya menonton berita. Sedangkan pada R yang masih berumur 10 tahun masih memfokuskan tontonan kartun dan musik sebagai hiburan.
Selama proses pendampingan, hampir seluruh informan tidak dapat mendampingi anak dengan kondisi suami istri bersama mendampingi, namun seluruh informan sebisa mungkin
untuk tetap berada disamping anaknya untuk membimbing anaknya menonton televisi. Seperti pada keluarga A dan TH, yang dominan mendampingi anaknya menonton televisi
adalah TH selaku ibu rumah tangga. Ini dikarenakan A sebagai pekerja yang pulang sore hanya memiliki waktu sekitar satu jam mendampingi anaknya menonton televisi. Keluarga
ini mendampingi anaknya menonton dimulai sejak anaknya Balita mulai mengenal televisi. Selama menonton, TH sekaligus mengajarkan dan membimbing anaknnya menonton televisi.
Komunikasi yang terjadi pun adalah komunikasi dua arah dimana TH terkadang bertanya mengenai acara yang berbahasa inggris, begitu juga anaknya bertanya mengenai hal yang
tidak mereka mengerti. Pada keluarga BS dan SP, proses mendampingi anak hanya dilakukan oleh SP ditemani putri sulungnya. Hal ini dikarenakan BS selaku suami tidak lagi tinggal
bersama dengan SP sejak beberapa tahun lalu. Dengan status sebagai single parent membuat SP menadi protektif terhadap anaknya. SP mendampingi anaknya menonton dimalam hari
dengan komunikasi dua arah yang lancar dikarenakan hubungan S dan SP yang dekat. Apabila tidak bisa mendampingi, SP akan dibantu oleh putri sulungnya dimana sebelum
anaknya menonton, SP akan menjelaskan terlebih dahulu acara yang akan dintonton agar sia anak sudah lebih dulu memahami. Disaat tidak bisa mendampingi, SP hanya mengizinkan
anaknya menonton film kartun yang tidak memilki konten negatif. Pendampingan ini sendiri dimulai sejak S mengenal televisi yaitu sejak duduk dibangku Sekolah Dasar. Pada pasangan
JP dan NT, pendampingan terhadap anak didominasi oleh NT yang bekerja sebagai penjahit bertempat dirumahnya. Sedangkan suaminya bekerja sebagai pegawai swasta yang setiap
harinya pulang pada sore hari sehingga hanya memiliki sedikit waktu mendampingi anaknya
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
menonton. Mereka mulai mendampingi anaknya sejak balita mulai mengenal televisi. Mereka mendampingi anak dengan mengarahkan anaknya dalam menilai berita yang ada di televisi
agar anaknya memahami da memberi respon dengan bertanya kepada orangtuanya mengenai hal yang tidak dipahami. Apabila sia anak bersikeras menonton film kartun yang memiliki
konten kekerasan, NT akan mematikan televis sebagai upaya terakhir. Hal ini dikarenakan A pernah meniru adegan dalam film kartun yang berisi mengenai kekerasan. Pada informan
keempat, yaitu pasangan HS dan TS, pendampingan terhadap RS dimulai sejak anaknya memasuki bangku Sekolah Dasar. Pendampingan dimulai sejak pukul 18.00 sepulang HS dan
TS bekerja. Kecuali di hari minggu, HS membiasakan anaknya menonton berita untuk menambah pengetahuan dengan didampingi oleh HS dan TS dimana HS yang mendominasi.
Komunikasi yang terjadi antara HS dan anaknya adalah komunikasi dua arah. Dimana HS mengaku anaknya adalah tipe anak yang komunikatif dimana dia dengan mudahnya bergaul
dan tanpa segan bertanya untuk hal yang dia tidak pahami. HS akan mengarahkan anaknya mengenai informasi pada berita yang disiarkan di televisi. Sementara di lain kesempatan, RS
yang bertanya kepada orangtuanya mengenai hal yang dia tidak mengeerti. Selama proses pendampingan, tentunya terjalin komunikasi antarpribadi antara anak
dengan orangtua. Dilihat dari tujuannya, komunikasi antarpribadi yang dilakukan selama proses pendampingan adalah untuk mengetahui dunia luar, mengubah sikap dan perilaku
anak agar tetap mengarah kepada hal-hal positif. Agar komunikasi antarpribadi dapat terjadi secara efektif, menurut Devito, ada dua perspektif sebagai karakteristik efektivitas
komunikasi antarpribadi, yaitu, Humanitis dan Pragmatis. Menurut penelitian yang dilakukan, keempat informan telah menunjukkan efektivitas dari komunikasi antarpribadi
antara orangtua dengan anaknya. Dari perspektif humanitis, seluruh informan telah menunjukkan sikap terbuka, perilaku suportif, positif dan empatis, serta kesamaan. Begitu
pula dari perspektif pragmatis, yaitu bersikap yakin, kebersamaan, manajemen interaksi, perilaku ekspresif, dan orientasi pada orang lain. Seluruh pasangan menjalin hubungan yang
terbuka tanpa ada yang ditutup-tutupi dengan anaknya, orangtua maupun anak yang mau mendengar pendapat berbeda suportif, adanya pandangan positif dari orangtua dan anak
sehingga komunikasi dapat terus berlangsung sebagaimana dengan yang dituturkan HS.
Para informan juga menunjukkan sikap yakin dalam berkomunikasi yang ditunjukkan orangtua dengan merasa nyaman selama proses mendampingi. Manajemen interaksi yang
dilakukan orangtua dengan cara menggunakan cara yang sesuai dengan sifat anak. Dari
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
pengamatan yang dilakukan, orangtua memilih untuk berkomunikasi dengan cara persuasif kepada anaknya karena menurut mereka, cara tersebut jauh lebih baik dibanding dengan cara
keras. Seperti pada keluarga HS-TS yang memilih berbicara baik-baik dengan anaknya tanpa melakukan pemaksaan. Namun, apabila tindakan persuasif tidak dapat berjalan baik, maka
orangtua melakukan tindakan tegas yaitu mematikan televisi dengan tujuan agar anak jera sehingga mau menuruti perkataan orangtuanya. Sebagaimana dengan hal yang dilakukan NT
yang menghadapi anaknya yang memiliki sifat keras. NT memilih menggunakan cara baik- baik, yaitu menjelaskan kepada anaknya. Namun, apabila anaknya menghiraukan, maka
tindakan tegas yang diambil oleh NT adalah mematikan televisi.
Dalam mendampingi, orangtua berusaha semaksimal mungkin berada di samping anak dikarenakan anak pada usia 7 sampai dengan 12 tahun masih sangat rawan dalam menerima
dan menyaring informasi, sehingga melalui pendampingan anak dapat lebih terkontrol serta mendidik anak dalam menerima informasi sebagaimana fungsi orangtua didalam keluarga
yaitu fungsi pendidikan dan perlindungan. Dikatakan fungsi mendidik adalah dimana selama menonton, orangtua mengajari anak mengenai suatu berita sehingga anak yang awalnya tidak
tahu menjadi tahu, sehingga pengetahuan anak semakin bertambah. Seperti pada keempat informan yang mengajari anaknya untuk tidak boleh menonton tayangan kekerasan
dikarenakan hal itu tidak baik dilakukan. Pada keluarga BS-SP misalnya, SP yang mengajarkan S bahwa bermain judi itu adalah perbuatan yang tidak diperbolehkan, serta
memberi pengetahuan baru kepada S mengenai gempa maupun banjir. Begitu pula pada keluarga A-TH, melalui tayangan kartun yang terdapat adegan memukul dan mencuri, TH
mengajarkan anaknya bahwa hal tersebut tidak baik dilakukan, dan apabila dilakukan akan menerima hukuman
Selama mendampingi, seluruh informan merasa nyaman mendampingi anak dikarenakan mereka merasa itu waktu mereka bersama anaknya, serta menjadi tugas dan
tanggung jawab mereka dalam merawat anak. Hal ini menunjukkan sikap suportif, ekspresif, orientasi kepada anak-anaknya. Seperti pada keluarga HS-TS yang merasa sangat bahagia
dan nyaman selama mereka mendampingi anak mereka menonton televisi. Namun, tidak dipungkiri, seluruh informan memiliki hambatan selama mendampingi anak mereka
menonton televisi. Adapun hambatan utama orangtua disaat mendampingi anak adalah keterbatasan waktu yang disebabkan kesibukan orangtua yang bekerja mencari nafkah yang
juga termasuk sebagai fungsi orangtua dalam keluarga. Untuk itu, seluruh informan berusaha
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
menyeimbangkan fungsi ekonomi dan mendidik dalam keluarga. Akibatnya, hampir seluruh orangtua mendampingi anaknya pada waktu sore hingga malam hari karena pada saat itulah
mereka telah berada dirumah. Padahal pada jam tersebut, acara yang banyak disiarkan adalah berita namun tetap ada acara anak-anak. Pada pukul 17.00 hingga 18.30, disalah satu stasiun
berita memang menampilkan acara kartun, namun setelah adzan magrib hingga malam lebih banyak menampilkan berita yang termasuk kategori hati-hati bagi orangtua dalam
mendampingi. Namun, pada keluarga A-TH, mereka menggunakan televisi berbayar dengan channel khusus anak-anak yang memudahkan anaknya dalam menonton acara yang termasuk
dalam kategori anak-anak. Dari hambatan utama yang dialami orangtua tersebut, beragam cara mereka lakukan untuk menghindari dampak buruk penggunaan televisi. Pada keluarga
A-TH, selain membeli televisi berbayar, mereka juga hanya menempatkan satu televisi diruang keluarga agar memudahkan TH mengawasi kegiatan anaknya. Pada keluarga BS-SP,
SP dibantu oleh putri sulungnya dalam mendampingi S menonton televisi. Pada keluarga JP- NT, mereka mengizinkan anak menonton di jam yang NT benar-benar bisa berada
disampingnya dikarenakan belajar dari kejadian A yang sempat meniru kegiatan yang tidak baik dari televisi. Sedangkan pada keluarga HS-TS, mereka akan mengawasi anaknya melalui
telepon disaat HS-TS tidak berada dirumah. Dari cara beragam yang dilakukan informan tersebut, seluruh informan juga menggunakan cara lain mengatasi hambatan, yaitu dengan
melakukan tindakan preventif, dimana sebelum anaknya menonton terlebih dahulu diajarkan mengenai konten yang tidak baik agar anak memahami ketika menonton dan hanya diizinkan
meonton acara kartun yang sesuai kategori umur anak-anak. Hambatan berbeda dialami oleh NT, dimana dia merasa bahwa keterbatasan pengetahuan menjadi hambatan dalam
mendamingi. NT menyikapinya dengan berusaha belajar lagi agar dapat mendampingi kedepannya. Dari pendampingan yang telah dilakukan oleh seluruh orangtua tersebut,
komunikasi antarpribadi terjadi dengan efektif, hal ini ditunjukkan dengan sikap dan perilaku positif yang ditunjukkan anak sesuai dengan tujuan komunikasi antarpribadi yaitu
mengetahui dunia luar serta mengubah sikap dan perilaku. Menurut HS, hal ini dikarenakan pendampingan yang dilakukan orangtua serta kedekatan hubungan antara orangtua dengan
anak sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik yang mengahasilkan anak yang penurut dan berperilaku positif.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, sikap anak informan terbentuk dan berubah dikarenakan mereka belajar yang sama seperti membentuk kebiasaan. Dalam buku Shlley E.
Taylor 2009:167-169, dikatakan bahwa teori yang membantu bagaimana sikap dibentuk
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
adalah teori belajar yang dikembangkan oleh Hovland dan teori konsistensi kognitif. Menurut teori belajar, orang belajar memperlajari informasi dan fakta tentang objek sikap yang
berbeda. Belajar juga dapat dilakukan melalui penguatan dan hukuman. Hal ini jelas terlihat dari informan yang menggunakan penguatan dan hukuman kepada anaknya dalam
membentuk sikap. Pada keluarga TH misalnya, ibu ini melarang anaknya menonton sinetron karena dinilai tidak baik. Arahan yang berulang membentuk kebiasaan dan penguatan sikap
anak yang merasa sintetron itu tidak baik. Begitu juga bentuk hukuman dalam membentuk sikap yang dilakukan NT terhadap A, dia akan mematikan televisi apabila A tidak menuruti
perkataan orangtuanya. Sikap juga terbentuk melalui imitasi atau meniru orang terlebih sosok yang penting. Dikarenakan hal ini pulalah orangtua mendampingi anaknya agar anak tidak
mengikuti hal negatif di televisi, melainkan hal positif. Kedekatan hubungan antara orangtua dengan anak seperti yang dikatakan informan juga merupakan faktor terbentuk dan
berubahnya sikap. Personal-societal significance, merupakan salah satu ciri-ciri sikap yaitu melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain. Lalu approach-avoidance
directionally yaitu ciri sikap yang mengatakan bahwa bila seseorang memiliki ketertarikan akan suatu objek, maka ia akan mendekatinya, sebaaliknya bila ia tidak memilki ketertarikan,
maka akan dijauhi.
Adapun perilaku merupakan bentuk keluaran dari sikap yang dimilki seseorang. Sebagaimana fungsi dari sikap adalah sebagai alat pengatur tingkah laku. Dari pengamatan
yang dilakukan, seluruh informan memiliki hubungan yang dekat dan positif sehingga membentuk sikap yang positif terhadap anak. Pada keluarga NT , A yang sempat meniru
adegan tidak baik yaitu memukul dari siaran kartun, akhirnya tidak lagi melakukannya karena telah diingatkan orangtua bahwa hal itu tidak baik dilakukan. Pada keluarga SP, S tahu bahwa
judi itu tidak baik, maka dari itu ia tidak akan melakukan perbuatan tersebut. Lalu, hampir seluruh anak yang diwawancari memiliki sikap positif terhadap orangtuanya, hal ini
ditunjukkan dengan komunikasi yang baik terjadi antara orangtua dengan anak.
Mengenai sikap dan perilaku anak terhadap media, melalui pengamatan peneliti, informan menunjukkan sikap positif dalam arti cukup kritis terhadap isi tayangan televisi,
tidak gampang terpengaruh, dan selektif dalam memilih acara televisi. Nilai-nilai yang diajarkan oleh orangtua, kedekatan yang menghasilkan sikap penurut membuat anak lebih
memahami dan kritis terhadap isi media. Pada keluarga A-TH, anaknya yang paling besar yaitu R, saat ini lebih kritis dalam menilai sebuah tayangan. Ini terlihat dimana R menyikapi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
bahwa sinetron adalah tontonan yang tidak baik karena tidak sesuai dengan apa yang dia temui dan peroleh dikehidupan nyata. Sikap nya tersebut membuat R tidak mau menonton
acara sinetron yang disiarkan di televisi. Pada S, yang merupakan anak dari BS dan PS, sudah mengetahui informasi seperti keadaan alam. S sudah mengetahui bahwa bermain judi dan
mencuri adalah tindakan tidak baik, maka dari itu dia tidak mau melakukan perbuatan itu. Pada A, meskipun sempat meniru kegiatan yang tidak baik, nmun setelah mendapat
pendampingan, pemahaman dan tindakan tegas dari orangtuanya, maka sekarang A sudah tahu bahwa tindakan yang pernah dia lakukan adalah tindakan yang tidak baik sehingga dia
tidak lagi pernah melakukannya. A tidak lagi menonton tayangan yang berisi kekerasan , bahkan film kartun sekalipun. Lalu pada keluarga HS-TS, RS anak terkecil mereka memilki
sikap yang hampir sama dimiliki oleh tiga orang informan lainnya, yaitu sikap kritis dan tidak mudah terpengaruh. RS memahami tindakan kekerasan itu hal tidak baik dan tidak layak
ditiru. RS saat ini sudah lebih memahami hal yang buruk dan baik serta lebih paham mengenai acara apa yang boleh dia tonton beserta alasannya.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa keempat pasangan informan mendampingi anaknya menonton televisi dengan alasan untuk memperoleh
informasi dan hiburan meskipun mengetahui dampak buruk yang dialami. Seluruh informan menggunakan keterampilan berbeda selama mendampingi anak sesuai dengan kondisi
masing-masing keluarga. Seluruh pasangan merasa penting dan menjadi tanggung jawab mereka mendampingi anak sebagaimana fungsi mereka mendidik anak. Pendampingan
dilakukan untuk membentuk sikap dan perilaku anak menjadi lebih baik dan mengetahui dunia luar. Dimana sikap dan perilaku dapat terbentuk dengan baik apabila adanya kedekatan
hubungan antara orangtua dengan anak. Memilki sikap Keterbukaan, sikap suportif, positif, yakin, manajemen interkasi, ekspresif serta oreintasi pada orang lain membuat komunikasi
antarpribadi yang dilakukan orangtua dengan anak menjadi efektif. Anak mengikuti bimbingan orangtua, anak percaya dengan arahan orangtua mengarahkan anak pada sikap dan
perilaku yang baik di tengah lingkungannya. Pengetahuan dan keterampilan literasi media disertai dengan komunikasi antarpribadi yang efektif antara orangtua dengan anak akan
menghasilkan anak yang juga melek akan media, kritis terhadap tayangan, tidak mudah terpengaruh, serta selektif dalam menonton.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB V SIMPULAN DAN SARAN