Universitas Sumatera Utara
4.1.4.3 Pendampingan Pasangan JP dan NT dengan Aktivitas A Menonton Televisi
JP dan NT adalah sepasang suami istri yang tinggal di jalan Meranti Burung Perumahan Meranti Permai kota Pematang siantar. JP yang mengecap pendidikan terkahir hingga tingkat
SMA sehari-harinya bekerja sebagai pegawai di perusahaan swasta di Kota Pematangsiantar. Pekerjaannya membuat JP hanya memilki sedikit waktu untuk dapat bertemu anakn-anaknya
kecuali hari minggu. Saat ini pun JP harus menyelesaikan pekerjaannya bahkan di hari minggu dikarenakan ada beberapa tugasnya yang belum terselesaikan. Sedangkan NT yang
juga memiliki pendidikan terakhir hingga tingkat SMA bekerja sebagai penjahit untuk menambah pemasukan keluarganya dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. NT
melakukan pekerjaannya ini dirumah sehingga dia tetap bisa mengurus rumah sembari mencari penghasilan tambahan untuk keluarganya. Keluarga yang bersuku Batak Simalungun
ini memilki 3 orang anak, yaitu dua orang putra dan seorang putri. Anak sulung mereka saat ini sedang duduk di bangku SMP, sedangkan anak kedua yaitu A yang berumur 12 tahun
sedang duduk di bangku kelas 6 SD, serta putri terakhir yang masih berusia 5 tahun. NT merupakan sosok dominan di keluarga yang merawat anak-anaknya dikarenakan JP
yang bekerja sehingga hanya sedikit memiliki waktu untuk bersama anak-anaknya. NT yang sebagian besar waktunya berada dirumah mengizinkan anaknya untuk menonton televisi
dikarenakan anak-anaknya mendapat pengetahuan dari menonton televisi seperti acara berita. Selain itu juga untuk hiburan bagi anak-anaknya seperti menonton film kartun. NT merasa A
sudah bisa mulai diajarkan mengenai hal-hal umum seperti kondisi alam dan negara di usia A yang sudah mencapai 12 tahun. Selain itu, NT mengizinkan menonton televisi sebagai
hiburan dikarenakan televisi tergolong murah untuk anak-anaknya dikarenakan keterbatasan mereka dalam hal ekonomi yang tergolong biasa saja sehingga NT merasa televisi adalah
hiburan yang tepat bagi keluarganya. Hal ini NT 2014, 4 Mei tegaskan saat wawancara dilakukan, yaitu:
Kalo itu tetap boleh lah dek, kayak kubilang tadi, ada aja pengetahuan tambahan dari tv ini contohnya mengenai berita gempa, politik kita, untuk hiburan juga kan kayak film
anak-anak. Bagaimanapun walau anakku masih kelas 6 SD aku rasa udah bisa mulai diajarkan ke dia untuk mengetahui hal-hal umum dek kayak kondisi alam lah, politik
gitu. Apalagi TV ini kan kategori murah dan mudah didapatkan kan. Kayak ekonomi kami yang biasa-biasa aja, yah TV ini lah cocok dek.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
NT memahami bahwa banyak dampak negatif dan positif yang dapat diambil dari televisi. Dampak positifnya NT mengatakan bahwa televisi dapat memberi informasi dan
pengetahuan mengenai banyak hal, dan juga sebagai hiburan untuk menyegarkan pikiran, sedangkan dampak negatifnya adalah banyak konten yang tidak sesuai dengan realita dan
memberi pengaruh buruk bagi yang menonton, contohnya kekerasan, gaya hidup mewah dan pornografi. Walaupun tahu memiliki dampak negatif, NT tetap mengizinkan anaknya
menonton televisi dengan harapan memeperoleh hal positif dari televisi. Walaupun saat ini komputer dan internet sudah bisa memberi hiburan dan pengetahuan tak terbatas, saat ini NT
tidak mau membeli dikarenakan kemampuan ekonomi yang biasa saja dan ketidakmampuan NT menggunakan komputer dapat menghambat dalam mengontrol anaknya ketika
menggunakan komputer. Dalam mengontrol dan mendampingi anak menonton televisi dipermudah dengan
adanya kategori acara yang dapat ditonton anaknya yang biasanya dimunculkan di sudut acara yang disiarkan. NT yang dominan dalam mendampingi anaknya menonton televisi
hanya mengizinkan anaknya menonton acara yang termasuk dalam kategori anak-anak dan berita yang memberi pengetahuan. Namun, tidak semua film kartun yang diperbolehkan
untuk ditonton oleh anaknya, yaitu Naruto. NT tidak mengizinkan anaknya menonton Naruto dikarenakan A sempat bermain pukul-pukulan karena melihat aksi Naruto di televisi.
Meskipun hanya main-main, NT melarang A untuk menonton Naruto dan melakukan permainan pukul-pukulan dikarenakan dia takut hal itu menjadi berkembang dan menjadi
serius. Pendampingan NT terhadap A sudah sejak lama dilakukan, tepatnya saat A sudah mulai
mengenal televisi yaitu sejak balita. A biasanya diperbolehkan menonton televisi mulai dari jam 5 sore hingga jam 8 malam. Biasanya, sepulang sekolah pukul 1 siang, A akan makan
siang lalu isitrahat hingga pukul 3 atau 4 sore, selanjutnya A biasanya akan bermain di sekitar komplek dengan teman-temannya. Pada jam itu, NT biasanya mendampingi anaknya
menonton televisi, begitu juga JP yang pulang kerja sekitaran pukul 7 malam akan mendampingi anaknya sepulang ia bekerja. NT tidak menampik bahwa ia tidak bisa selalu
berada disamping anak-anaknya untuk menonton televisi dikarenakan pekerjaan nya sebagai penjahit sekaligus ibu rumah tangga membuat dia sangat sibuk. Namun anaknya tetap
diperbolehkan hanya menonton yang sesuai umur. Berbeda pada hari senin hingga sabtu, hari minggu yang merupakan hari libur, JP memiliki waktu lebih banyak untuk mendampingi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
anak-anaknya menonton televisi. Namun walaupun hari libur, A biasanya menggunakan waktunya untuk bermain-main dengan temannya seperti bermain sepeda atau bola, dan
menonton televisi biasanya setelah dia bermain diluar, yaitu dari jam 5 hingga jam 8 malam. Biasanya saat JP sudah berada di rumah, acara yang mereka tonton adalah berita yang
menjadi favorit JP dan juga untuk memberi pengetahuan kepada anak-anaknya. Namun terkadang apabila sedang tidak ingin menonton berita, A lebih memilih untuk menggambar
dengan posisi disebelah orangtuanya. NT menyebutkan bahwa A tergolong cukup baik dalam menggambar dan mengimajinasikan sesuatu yang akan digambar.
Tapi kadang kalo lagi malas nonton berita, anakku ini suka menggambar pulak, yah menggambar aja dia disamping bapaknya, gak ikut nonton. Dia jago menggambar gitu
dek, diimajinasikannya aja, trus langsung digambarnya bisa dia. NT. 2014, 4 Mei. Wawancara Pribadi.
NT dan JP memang mengizinkan anaknya menonton berita untuk menambah ilmu, meskipun dalam berita banyak hal-hal yang perlu bimbingan ekstra, contohnya berita
kriminal. Dari hal itulah JP dan NT mendampingi dan mengarahkan anaknya untuk mengambil pelajaran dari berita yang disiarkan. Pasangan ini hanya mengizinkan anaknya
menonton film kartun dan berita yang mereka dampingi. NT 2014, 4 Mei saat diwawancarai mengatakan bahwa:
Oh justru pas kayak gitu lah kami ajari, abangmu itu pasti langsung bilang, “gitulah kalo mencuri, dihukum masuk penjara,nggak boleh mencuri. gabisa kemana-mana,
diruang gelap terus, makanya jangan mencuri”. Gitulah contohnya dek hahaha. Iya karena terkadang anakku ini juga mau nanya, kenapa mencuri itu pak, gitu dia. Tapi
kalo sampai kayak pembunuhan nggak kukasih lihat dek, ada batasannya juga.
Pasangan ini tidak memperbolehkan menonton acara seperti sinetron, gosip dan film action yang terdapat kekerasan karena bisa membawa dampak buruk kepada anaknya. NT
tidak menampik bahwa dia tidak setiap saat bisa mendampingi anaknya menonton, hal ini terbukti dimana A pernah meniru adegan di film Naruto yang merujuk kepada kekerasan.
Untuk mencegah hal yang sama terjadi lagi, NT kemudian melarang A untuk menonton film yang terdapat unsur kekerasan didalamnya meskipun itu film kartun, Apabila tidak dituruti,
maka NT melakukan tindakan dengan menghukum A tidak boleh menonton saat itu. Namun, sebisa mungkin NT selalu mendampingi A menonton televisi agar A dapat lebih dikontrol.
Hubungan antara A dengan NT dan JP tergolong baik meskipun A tergolong anak yang keras, NT dan JP dapat mengendalikannya dengan melakukan komunikasi secara persuasif
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
kepada A hingga A mengerti dan menuruti perkataan orangtuanya. Namun apabila tindakan persuasif tidak berhasil, JP dan NT akan melakukan tindakan punishment kepada anaknya
agar anaknya jera. Contohnya, A pernah memaksa untuk tetap menonton meskipun sudah masuk jam belajar malam, yaitu pukul 20.00 WIB. JP dan NT akan berusaha menjelaskan
secara baik-baik kepada A mengenai permasalahan itu. Apabila disuatu kondisi A tetap bersikeras, NT akan mematikan televisi agar A mau belajar. Namun meskipun tergolong
keras, tindakan persuasif yang dilakukan oleh NT lebih efektif dibanding dengan tindakan menghukum. Hal ini terbukti dalam kasus dimana A meniru kegiatan pukul-memukul dalam
film Naruto. Dalam hal tersebut, NT berusaha menjelaskan secara baik-baik bahwa hal itu tidak baik dilakukan dan tidak diperbolehkan lagi menonton film tersebut. Sekarang, A lebih
menyukai film Shaun the Sheep yang lebih menonjolkan unsur humor yang membuat A terhibur. NT merasa sangat penting untuk mendampingi anak menonton televisi karena itu
menjadi tanggung jawab orangtua dalam mendidik anak, terlebih sejak kasus meniru main pukul-memukul, NT dan JP lebih berhati-hati lagi dalam mengawasi anaknya.
Selama proses mendampingi, NT merasa kesibukannya dan suaminya menjadi hambatan terbesar bagi dirinya untuk mendampingi anaknya. NT mengakui bahwa dari jam 2
hingga jam 5 sore adalah waktu yang sulit bagi dirinya untuk mendampingi anaknya. Maka dari itu, pada jam tersebut, NT menyiasati dengan menyuruh anaknya beristrirahat dan baru
boleh menonton mulai pukul 5 sore. Yang jadi hambatan untuk mendampingi yah itu dek, waktu kami yang nggak pas
karena kerja itu, jadi antara jam 2-5 nggak bisa terlalu kujaga kan. Kurasa itu aja dek. NT. 2014, 4 Mei. Wawancara Pribadi.
Keterbatasan pengetahuan NT juga terkadang menjadi hambatan selama proses pendampingan, dimana A terkadang mempertanyakan hal-hal yang yang NT tidak pahami
seluruhnya sehingga membuat NT lumayan bersusah payah untuk menjelaskannya sehingga ia perlu belajar lagi untuk menjelaskan dikemudian hari, sebagaimana yang NT 2014, 4 Mei
katakan saat wawancara, yaitu: Oh, kadang ada hal yang nggak dia ngerti, misalnya istilah gitu, tapi untungnya
anakku mau bertanya kan, jadi bisalah kami jelaskan, tapi kalo istilah yang nggak kutau, putar otak juga hahaha.
Mengenai perilaku A, NT mengatakan bahwa A adalah tipe anak yang tidak mudah terpengaruh, namun tidak dipungkiri bahwa A tetap bisa dipengaruhi oleh media. A juga
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
memberi sikap positif terhadap bimbingan orangtua. Hal ini ditunjukkan dengan A yang sering bertanya kepada orangtuanya akan hal-hal yang dia saksikan di televisi. Karenanya,
hingga saat ini A tidak lagi memperlihatkan perilaku ganjil terhadap sekelilingnya karena telah mendapat bimbingan dan pengertian dari orangtuanya. Setelah adanya bimbingan dari
orangtuanya, A lebih kritis dan selektif dalam menonton acara televisi. A sudah memahami bahwa memukul itu tidak baik sehingga sekarang A tidak lagi menonton acara yang memiliki
konten negatif tersebut. A juga tidak tertarik dengan acara lain selain kartun dan berita, contohnya sinetron. Apabila ibunya menonton sinetron, A lebih memilih untuk tidak
menonton acara tersebut karena merasa tidak tertarik dengan isinya.
4.1.4.4 Pendampingan Pasangan HS dan TS dengan Aktivitas RS Menonton Televisi