Media Literasi Kajian Pustaka

Universitas Sumatera Utara d. Perilaku eksperesif Perilaku ini memperlihatkan keterlibatan seseorang secara sungguh-sungguh dalam berinteraksi dengan orang lain. e. Orientasi pada orang lain Untuk mencapai efektivtas komunikasi, seseorang harus memilki sifat yang berorientasi pada orang lain Marhaeini fajar, 2009 : 84-86.

2.2.3 Media Literasi

Dalam kumpulan makalah literasi media di Indonesia 2011: 32-33, literasi media menurut Aufderheide merupakan kemampuan untuk membuat, mengakses, menganalisa, dan melakukan evaluasi terhadap media dalam semua bentuknya. Hal ini selaras dengan Buckingham 2008 bahwa literasi media tidak lagi hanya mengandung makna sebagai cara untuk memahami, memaknai, dan mengkritisi media, namun juga kemampuan untuk berkreasi dan berekspresi sosial dan kemampuan teknis lainnya. Aufderheide menambahkan bahwa pendidikan media juga seharusnya membantu remaja untuk belajar mengenali kenyataan yang dibentuk oleh media dan meningkatkan pengetahuan remaja terhadap diri dan lingkungannya. Pada penelitian Studi komparatif pengetahuan dan keterampilan media literasi oleh Mazdalifah dalam kumpulan makalah literasi media di Indonesia 2011:117-118 yang memaparkan mengenai pengetahuan media literasi dan keterampilan media literasi menyebutkan bahwa pondasi pengetahuan media literasi menurut potter 2005 adalah seperangkat struktur pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang isi media, media industri, pengaruh media, informasi dunia nyata dan diri sendiri. Namun potter mneyoroti tiga aspek pengetahuan yang amat mendasar dalam media literasi, yaitu: pengetahuan tentang isi media, media industri dan pengaruh media. Pengetahuan tentang isi media berkaitan dengan pengetahuan orang tentang banyak informasi yang dimiliki tentang acara TV. Pengetahuan tersebut meliputi acara apa saja yang ada di televisi seperti: acara hiburan, berita dan iklan. Informasi ini membantu orang untuk mengakses pesan media dan untuk alasan ini, jenis informasi sangat berguna. Pengetahuan tentang industri media berkaitan dengan pengetahuan kepemilikan televisi, bagaimana mereka menjalankan bisnis televisi, bagaimana mereka memasarkan pesan-pesan melalui televisi, dan bagaimana mereka berinteraksi. Pengetahuan tentang pengaruh media berkaitan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara dengan pengetahuan yang luas mengenai pengaruh yang dimilki oleh media, dalam hal ini khususnya tentang media televisi. Pengaruh tersebut meliputi pengaruh pada pengetahuan sesorang, sikap, emosi, psikologi, dan perilaku. Lalu selanjutnya Mazdalifah mengartikan bahwa keterampilan media literasi adalah kecakapan keluarga orang tua dalam mendampingi anak, menjelaskan kepada anak, memilih tayangan yang baik, dan menjadwalkan kegiatan menonton televisi yang baik bagi anak. Media literasi harus dimulai dari orangtua lalu berlanjut kepada anak-anaknya, tetangganya, dan akhirnya pada masyarakat sekitarnya. Hal ini menjelaskan bahwa orangtua harus benar-benar memahami tentang berbagai media yang dikonsumsi anak. Orangtua harus tahu acara apa yang tonton anak, apa muatannya sehatkah untuk anak, sesuai dengan umur anak?, dan apa kemungkinan dampak yang timbul apakah positif atau negatif. Orangtua juga seharusnya mengatur pola jam menonton anak. Berapa lama anak menonton? seharusnya tidak lebih dari dua jam, sesuai saran ahli, acara apa yang boleh ditonton, dan kapan saja anak boleh menonton. Bila orangtua melek media menerapkan ini pada anak-anak, maka anak pun akan melek media. Mereka akan memiliki daya kritis terhadap isi tayangan televisi, tidak gampang terpengaruh TV, dan ada proses seleksi terhadap acara TV. Dalam kumpulan makalah literasi media di Indonesia 2011: 234-236, Potter 2009 mengatakan bahwa tujuan kegiatan literasi media adalah membangun perspektif mengenai media. Perspektif mengenai media itu dibangun oleh tiga pilar, yaitu 1. Personal Locus : adalah energi, tujuan yang mengarahkan proses pencarian informasi. Semakin memiliki literasi media, semakin orang tersebut akan lebih terkonsentrasi untuk memproses dan mengontrol informasi, serta menekan efek media. 2. Knowledge structure: Elemen ini terkait dengan aspek informasi dan pengetahuan yang dimilki, yang dapat menyediakan kemampuan dalam memahami dan menganalisis media serta melihat konteks pesan media. 3. Skills: adalah keahlian untuk menganalisis, mengevaluasi, mengkategorikan, mensintesakan, mengkritisi isi media. Keahlian ini jika dilatih maka akan semakin kuat kemampuannya. Materi dan informasi mengenai media menjadi dasar bagi pengembangan kemampuan ini. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Dari kajian Tyner 2010, disebutkan bahwa literasi seringkali dikaitkan dengan agenda politik, budaya dan agenda pendidikan. Artinya sebagai suatu agenda publik, kegiatan literasi media idealnya haruslah bersifat terintegrasi dalam berbagai agenda kebijakan dan kegiatnan lainnya diluar kebijakan komunikasi, seperti kebijakan politik, budaya dan pendidikan. Tyner mengatakan bahwa terdapat beberapa pola kegiatan literasi media yang dijalankan di berbagai negara, yaitu: 1. Literasi media yang dijalankan melalui jalur pendidkan formal. Di level universitas, dibawah program studi komunikasi atau jurnalisme, pendidkan literasi media yang dikembangkan bertujuan untuk membangun critical thinking siswa dalam menganalisa media, memaknai, dan memproduksi media 2. Literasi media yang dijalankan sebagai bagian dari program media berbasis komunitas. 3. Literasi media yang dijalankan sebagai bagian daria kegiatan di lingkungan sekolah. Kegiatan literasi media, baik secara formal maupun non formal, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan daya kritis masyarakat atas media. Tujuan akhirnya adalah menjadikan perubahan dalam masyarakat Pemakalah konferensi nasional literasi media, 2011: 236 .

2.2.4 Teori Kultivasi