4. DesaKelurahan bebas yaitu desakelurahan yang tidak pernah terjangkit
DBD,dan ketinggian lebih dari 1000 meter dari permukaan laut atau yangketinggiannya kurang dari 1000 meter tetapi persentase rumah yang
ditemukanjentik kurang dari 5 maka dilakukan: a. Pemeriksaan jentik berkala di tempat umum.
b. Penyuluhan kepada masyarakat.
2.5.2. Penataan Lingkungan
Penataan lingkungan meliputi berbagai perubahan yang menyangkutupaya pencegahan atau mengurangi perkembangbiakan vektor sehinggamengurangi kontak
antara vektor dengan manusia adalah dengan melakukanpemberantasan sarang nyamuk PSN, pengelolaan sampah padat, modifikasitempat perkembangbiakan
buatan manusia, dan perbaikan desain rumah. Pencegahan perkembangbiakan nyamuk penyebab DBD adalah dengancara modifikasi lingkungan yaitu Depkes RI,
2003. 1. Perbaikan saluran air: apabila aliran sumber air tidak memadai dan hanyatersedia
sedikit, maka harus diperhatikan kondisi penyimpanan air tersebutpada berbagai jenis wadah karena hal tersebut dapat meningkatkanperkembangbiakan Ae.aegypti.
2. Talang airtangki air bawah tanah atau sumber air bawah tanah anti nyamuk:perindukan jentik Ae.aegyptitermasuk di talang airtangki air bawah
tanahbangunan dari batu masonary, saluran pipa air, maka strukturnya
Universitas Sumatera Utara
harusdibuat anti nyamuk.Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan cara Depkes RI, 2003.
a. Mengeringkan instalasi penampungan air: genangan airkebocoran di ruangberdinding batu, pipa penyaluran, katup, katup pintu air, kotak keran
hidran,meteran air dan lain-lain, akan dapat menampung air dan menjadi tempatperindukan jentik Ae.aegyptibila tidak dirawat.
b. Tempat penampungan air di lingkungan rumah tangga: sumber utamaperkembangbiakan
Ae. aegyptisebagian besar adalah wadah- wadahpenampungan air untuk keperluan rumah tangga, termasuk wadah
darikeramik, tanah liat dan bak semen, galon dan wadah-wadah yang lebih kecilsebagai penampungan air bersih atau hujan. Wadah penampungan air
harusditutup dengan penutup rapat atau kasa. c. Vas bunga dan perangkap semut: merupakan sumberperkembangbiakan
Ae.aegyptiyang banyak dijumpai. Semua harus dilubangisebagai lubang pengeringan.Untuk vas bunga dapat diberi campuran pasir danair.Jambangan
bunga dari kuningan, bukan merupakan tempat perindukanlarva yang baik, sehingga dapat digunakan sebagai pengganti wadah dari kaca.Perangkap semut
dapat dibubuhi garam atau minyak. d. Diwadah tertentu lainnya: alat pendingin air, wadah kondensasi air di bawah
kulkas, dan pendingin ruangan harus secara teratur diperiksa, dikeringkan dandibersihkan.
Universitas Sumatera Utara
e. Pembuangan sampah padat: sampah padat seperti kaleng, botol, ember atausejenisnya yang tersebar di sekitar rumah harus dipindahkan dan dikuburdi
dalam tanah. f. Pembuangan ban: ban bekas merupakan tempat perkembangbiakan utamaAedes.
Ban dapat didaur ulang untuk menghasilkan barang-barang. g. Mengisi lubang pagar: pagar atau pembatas pagar yang terbuat dari
tanamanberlubang seperti bambu harus dipotong pada ruasnya dan pagar beton harusdipenuhi dengan pasir, pecahan gelas, atau semen untuk
mengurangiperindukan Aedes. h. Botol, kaca dan kaleng, semuanya merupakan wadah penampung air yangharus
dikubur di dalam tanah atau dihancurkan dan didaur-ulang untukkeperluan industri.Pengawasan kualitas lingkungan adalah cara pemberantasan vektor
DBDmelalui pengawasan kebersihan lingkungan oleh masyarakat. Cara ini bertujuanuntuk menghilangkan tempat perindukan nyamuk Ae.aegyptidari
daerahpemukiman penduduk. Kegiatan yang dilakukan adalah: 1 Pengawasankebersihan lingkungan disetiap rumah termasuk sekolah, tempat-
tempat umumTTU dan tempat-tempat industri TTI oleh masyarakat seminggu sekali, 2Penyuluhan kebersihan lingkungan dan penggerakan masyarakat
dalamkebersihan lingkungan dan melaluigotong royong secara berkala, 3 Pemantauan kualitas menggunakan indikator kebersihan dan indeks vektor DBD
Chahaya, 2003.
Universitas Sumatera Utara
2.6.Daerah Aliran Sungai
Daerah Aliran Sungai DAS secara umum didefenisikan sebagai suatu hamparan wilayahkawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi punggung bukit
yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur harta serta mengalirkannya melalui anak – anak sungai dan keluar pada sungai utama ke laut
atau danau.Ritonga 2001 mendefinisikan Daerah Aliran Sungai DAS sebagai suatu kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis yang menampung, menyimpan
dan menghasilkan curah hujan yang jatuh diatasnya ke sungai yang bermuara ke danau atau laut. Suatu Daerah Aliran Sungai DAS adalah kumpulan dari sub DAS
yang lebih kecil dengan ukuran maupun bentuk DAS yang berbeda dengan yang lainnya.
Menurut Suwardji 2007 , Daerah Aliran Sungai DAS adalah hamparan pada permukaan bumi yang dibatasi oleh punggungan perbukitan atau pegunungan di
hulu sungai kearah lembah di hilir. DAS oleh karenanya merupakan satu kesatuan sumberdaya darat tempat manusia beraktivitas untuk mendapatkan manfaat darinya.
Agar manfaat DAS dapat diproleh secara optimal dan berkelanjutan maka pengelolaan DAS harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sebaik – baiknya.
Batasan–batasan mengenai DAS berdasarkan fungsi yaitu pertama DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk mempertahankan
kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air
Universitas Sumatera Utara
debit , dan curah hujan. DAS bagian hulu mempunyai arti penting terutama dari segi perlindungan fungsi tata air, karena itu setiap terjadinya kegiatan di daerah hulu akan
menimbulkan dampak di daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit dan transportsedimen serta material terlarut dalam sistem aliran sungai.Dengan perkataan
lain, ekosistem DAS bagian hulu mempunyai fungsi perlindungan terhadap keseluruhan DAS. Perlindungan ini antara lain dari segi fungsi tata air, dan oleh
karenanya pengelolaan DAS hulu seringkali menjadi fokus perhatian mengingat dalam suatu DAS, bagian hulu dan hilr mempunyai keterkaitan bifisik melalui daur
hidrologi. Kedua DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai
yang di kelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kualitas air, kemampuan
menyalurkan air dan ketinggian muka air tanah serta terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk dan danau.
Ketiga DAS bagian hilir didasarkan fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelolah untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi,
yang diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air, ketingian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta
pengelolaan air limbah. Dari uraian diatas secara umum dapat dipahami bahwa pengelolaan kawasan
sungai merupakan pengelolaan lingkungan hidup dan sumberdaya alam, yang dapat
Universitas Sumatera Utara
pulih renewable seperti air, tanah, dan vegetasi dalam sebuah kawasan sungai dengan tujuan untuk memperbaiki, memelihara, dan melindungi keadaan kawasan
sungai, agar dapat menghasilkan hasil air water yield untuk kepentingan pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, perikanan dan msyarakat yaitu air minum,
industri, irigasi, tenaga listrik, rekreasi dan sebagainya. Namun dalam perkembangan permasalahan selanjutnya ternyata penyebab kerusakan sumberdaya air menyangkut
berbagai tatanan kehidupan manusia dan pembangunan yang sanagat kompleks. Sehingga semua aktors dan kegiatan pembangunan dalam satuan kawasan sungai
bersangkutan, bahkan keterkaitannya antara kawasan sungai satu dengan lainnya, harusah menjadi kesatuan dalam sistem pembangunan daerah bersangkutan.
Pengelolaan DAS pada dasarnya ditujukan untuk terwujudnya kondisi yang optimal dari sumber daya vegetasi, tanah dan air sehingga mempu memberi manfaat
secara maksimal dan berkesinambungan bagi kesejahteraan manusia. Selain itu, pengelolaan DAS dipahami sebagai satu proses formulasi dan implementasi kegiatan
atau program yang bersifat manipulasi sumber daya alam dan manusia yang terdapat di DAS untuk memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa menyebabkan terjadinya
kerusakan sumber daya air dan tanah yang dalam hal ini termasuk identifikasi keterkaitan antara tata guna lahan, tanah dan air dan keterkaitan antara daerah hulu
dan hilir.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Manan 1978 seperti yang dikutip Ritonga 2001 , ada 5 butir perkembangan masyarakat sejalan dengan konsep pengelolaan DAS Daerah Aliran
Sungai yaitu : 1.
Pengetahuan manusia yang terus bertambah tentang siklus hidrologi dan perananya.
2. Pertambahan penduduk yang pesat hingga mengakibatkan tekanan terhadap
kebutuhan tanah dan air. 3.
Meningkatnya kebutuhan air, disebabkan kemajuan teknologi dan meningkatnya taraf hidup masyarakat.
4. Timbulnya masalah kekurangan air, banjir, erosi, pencemaran, dll.
5. Perencana mulai mengakui DAS sebagai unit terbaik untuk tujuan manajemen
sumberdaya alam Budiharso, 2008. Untuk mewujudkan daerah aliran sungai yang baik dan sehat diperlukan
adanya pengelolaan terpadu. Salah satu konsep pengelolaan terpadu daerah aliran sungai yang dianggap penting adalah peran serta masyarakat dalam pelestarian daerah
aliran sungai. Permasalahan yang ditemukan dalam pengelolaan daerah aliran sungai antara
lain : 1 masih tumpang tindihnya peraturan antar sektor misalnya, 2 perbedaan visi, misi, persepsi dan tujuan antar stakeholder, 3 ego sektoral, 4 tidak adanya
rencana induk pengelolaan sebagai rujukan, 5 penggunaan lahan tidak sesuai peruntukan, 6 tidak adanya sistem pengelolaan informasi terpadu, 7 kurangnya
Universitas Sumatera Utara
peran serta msyarakat dalam mengaplikasikan teknik–teknik konservasi sumberdaya dan rendahnya kondisi sosial ekonomi, dan 8 keterbatasan dana dalam pelaksanaan
konservasi, rehabilitasi lahan, pemeliharaan sarana dan prasarana pengairan. Sistem pengelolaan daerah aliran sungai terdiri atas :
1. Perencanaan, dalam bentuk pola rencana jangka panjang, rencana teknik lapangan
dalam jangka menengah untuk 5 tahun dan rencana tahunan. 2.
Pelaksanaan, dalam bentuk kegiatan yakni pengaturan pemanfaatan lahan, konservasi tanah dan air dan untuk peningkatan peran serta masyarkat.
3. Monitoring dan evaluasi, dilakukan baik pada kegiatan proyek di lapangan
maupun sasaran program pengelolaan daerah aliran sungai secara umum. Agar pengelolaan daerah aliran sungai dapat dilakukan secara optimal, maka
perlu dilibatkan seluruh stakeholders dan direncanakan secara terpadu, menyeluruh, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan daerah aliran sungai sebagai suatu
unit pengelolaan. Pelaksanaan yang ditunjang oleh peraturan perundangan dan sistem pendanaan yang memungkinkan mekanisme kerjasama yang baik antar stakeholders,
antar sektor dan adanya pembagian biaya dan keuntungan antar bagian hulu dengan bagaian hilir. Ini berarti aspek kelembagaan dalam pengelolaan darah aliran sungai
sangat penting untuk ditata Respitory.ac.id, 2011.
Universitas Sumatera Utara
2.7.Pengelolaan Sanitasi Lingkungan di Daerah Aliran Sungai
Pengelolaan sanitasi lingkungan di daerah aliran sungai sebagai bagian dari pembangunan wilayah sampai saat ini menghadapi berbagai masalah yang kompleks
dan saling terkait, antara lain ditunjukkan dengan masih belum adanya keterpaduan antar sektor, antar instansi dan antar daerah serta partisipasi masyarakat yang belum
optimal dalam pengelolaan DAS yang berujung pada kerusakan DAS yang semakin mengkhawatirkan.
Budiharso 2008 , mengemukakan DAS merupakan sumberdaya darat yang sangat kompleks dan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai peruntukan.
Dalam pengelolaannya, DAS hendaknya dipandang sebagai suatu kesatuan sumberdaya darat. Sehingga pengelolaan DAS yang bijak hendaklah didasarkan pada
hubungan antar kebutuhan manusia dan ketersediaan sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan manusia tersebut. Perubahan kualitas dan kuantitas air sungai akibat
perubahan tutupan lahan berpengaruh terhadap resiko penyakit bawaan air terhadap penduduk yang tinggal di sepanjang sungai DAS, dari hulu sampai ke hilir.
Perkembangan kegiatan masyarakat yang tidak diikuti dengan pembangunan fasilitas pengolahan air limbah yang memadai akan menyebabkan memburuknya kualitas air
sungai untuk keperuntukan sumber air minum, budidaya ikan air tawar, pertanian dan pariwisata.
Degradasi kondisi DAS ditandai dengan semakin seringnya terjadi peristiwa banjir, tanah longsor dan kekeringan diakibatkan oleh pesatnya pemanfaatan
Universitas Sumatera Utara
sumberdaya alam yang kurang terkoordinasi, telah menimbulkan keprihatinan banyak pihak. Kecendrungan tersebut semakin meningkat pada era otonomi daerah,
menimbulkan kerugian nasional yang sangat besar berupa kerusakan infrastruktur sosial ekonomi, rusaknya berbagai asset pembangunan dan pada gilirannya
menyebabkan terganggunya tata kehidupan msyarakat.Disisi lain, tidak bisa dipungkiri dalam konteks kebijakan makro, lebih–lebih kecenderungan ini meningkat
pada era ekonomi daerah, pengelolaan sumberdaya alam pada DAS lebih diorientasikan pada peran perkembangan ekonomi dan mengabaikan wawasan
lingkungan. Akibatnya kerusakan lingkungan yang seharusnya tidak terjadi malah menimbulkan kerusakan hutan dan lahan yang cukup parah pada daerah hulu dan
semakin meluasnya daerah kritis. Sementara itu, terjadinya pertambahan penduduk dan meningkatkan berbagai aktivitas ekonomi dan sosial, telah menimbulkan dampak
yang tidak menguntungkan terhadap kualitas lingkungan. Kebutuhan terhadap lahan untuk menampung segala aktivitas semakin bertambah dan eksploitasi kekayaan alam
semakin meningkat, kualitas dan kelanjutan sumberdaya air pada gilirannya menyebabkan langkanya air pada beberapa daerah tempat dalam kawasan DAS
Budiharso, 2008. Pengelolaan sanitasi lingkungan di daerah aliran sungai pada dasarnya
ditujukan untuk terwujudnya kondisi yang optimal dari sumberdaya vegetasi, tanah dan air sehingga mampu memberi manfaat secara maksimal dan berkesinambungan
bagi kesejahteran manusia. Selain itu pengelolaan DAS dipahami sebagai suatu
Universitas Sumatera Utara
proses formulasi dan implementasi kegiatan atau program yang bersifat manipulasi sumberdaya alam dan manusia yang terdapat di DAS untuk memperoleh manfaat
produksi tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumberdaya air dan tanah, yang dalam hal ini termasuk identifikasi keterkaitan antara tataguna lahan, tanah dan air,
dan keterkaitan antara daerah hulu dan hilir suatu DAS. Pada prinsipnya kebijakan pengelolaan daerah aliran sungai DAS secara
terpadu merupakan hal yang sangat penting dalam rangka mengurangi dan menghadapi permasalahan sumberdaya air baik dari segi kualitas dan kuantitasnya.
Kebijakan ini oleh karenanya merupakan bagian terintegrasi dari kebijakan lingkungan yang didasarkan pada data akademis maupun teknis, beragamnya kondisi
lingkungan pada beberapa daerah dan perkembangan ekonomi dan sosial sebagai suatu keseluruhan dimana perkembangan daerah, dengan beragamnya kondisi, maka
beragam dan spesifik juga solusinya. Keberagaman ini harus diperhitungkan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan untuk memastikan bahwa perlindungan dan
penggunaan DAS secara berkelanjutan ada dalam suatu rangkaian kerangka kerja. Permasalahan pengelolaan DAS dapat dilakukan melalui suatu pengkajian
komponen komponen DAS dan penelusuran hubungan antar komponen yang saling berkaitan, sehingga tindakan pengelolaan dan pengendalian yang dilakukan tidak
hanya bersifat parsial dan sektoral, tetapi sudah terarah pada penyebab utama kerusakan dan akibat yang ditimbulkan, serta dilakukan secara terpadu. Salah satu
persoalan pengelolaan DAS dalam konteks wilayah adalah letak hulu sungai yang
Universitas Sumatera Utara
biasanya berada pada suatu kabupaten tertentu dan melewati beberapa kabupaten serta daerah hilirnya berada di kabupaten lainnya. Oleh karena itu, daerah–daerah
yang dilalui harus memandang DAS sebagai suatu sistem terintegrasi, serta menjdi tanggung jawab bersama.
Pada dasarnya pengelolaan DAS merupakan upaya manusia untuk mengendalikan hubungan timbal balik antara sumberdaya air bagi manusia secara
berkelanjutan. Hasil–hasil temuan dilapangan menunjukkan bahwa peran serta masyarakat terhadap pengelolaan DAS belum optimal. Meskipun keberadaan DAS
secara hukum formal tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 1970 tentang perencanaan hutan, akan tetapi pengelolaan DAS belum memberikan penyelesaian
yang menyeluruh atas konflik–konflik yang timbul sebagai konsekuensi dari tekanan pertumbuhan populasi dan ekonomi dengan usaha–usaha perlindungan lingkungan.
Hal ini ditambah dengan belum jelasnya tata ruang secara menyeluruh juga telah menambah beban atas berbagai konflik kepentingan. Konflik DAS sebagai unit
perencanaan dan pengelolaan saat ini belum dihubungkan dengan pembangunan dalam arti luas. Hingga saat ini belum ada kelembagaan utuh atau forum tentang
pengelolaan DAS yang benar-benar mempunyai aksi nyata di lapangan. Masih banyaknya kasus pembuangan limbah padat ke sungai menunjukkan
masih rendahnya kesadaran masyarakat dan pihak-pihak terkait lainnya tentang arti penting DAS sebagai sumber air bersih bagi masyarakat. Karena itu masih diperlukan
kampanye penyadaran dan pendidikan tentang pentingnya penyelamatan dan
Universitas Sumatera Utara
pelestarian DAS.Mengkaji Daerah Aliran Sungai dewasa ini tidak mungkin hanya didasarkan kepada satu atau beberapa undang-undang yang sejenis atau sebidang.
Daerah aliran sungai harus dipandang sebagai satu kesatuan wilayah yang utuh menyeluruh yang terdiri dari pembuangan air limbah, daerah tangkapan air, sumber
sumber air, sungai, danau, dan waduk, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisah- pisahkan.Pada kenyataannya, masih banyak muara bahkan disepanjang DAS tersebut
terdapat timbunan sampah yang sangat menganggu baik dalam hal nilai estetika maupun dalam lingkup kesehatan masyarakat yang berada disepanjang DAS. Hal ini
akan berdampak pada menurunnya kualitas air sungai khususnya khususnya sungai. Hal ini disebabkan antara lain karena :
a. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam memahami arti pentingnya sungai
sebagai sumber kehidupan. b.
Belum adanya peraturan yang tegas mengenai kompensasi bagi masyarakat maupun pelaku ekonomi yang berada disepanjang DAS yang membuang sampah
di DAS c.
Kurangnya keberadaan ketersediaan TPS bagi masyarakat yang berada di DAS.
2.8 Landasan Teori