dapat menjadi media transmisi penyakit seperti kolera, thypus, disentri, malaria dan demam berdarah.
Hal ini diperkuat oleh keadaaan sosial yang relatif rendah seperti yang telah dijelaskan pada bahasan tentang sampah sebelumnya. Sejalan dengan penelitian ini
dapat dianalisis bahwa jika keadaan saluran air limbah yang tidak saniter dapat menggangu kesehatan dan kelestarian lingkungan. Walaupun limbah yang dihasilkan
dalam penelitian ini adalah limbah domestik yang berasal dari rumah tangga yang secara biologi banyak terdapat mikroorganisme patogen dan dalam waktu singkat
dapat menjadi jernih, sehingga sangat sesuai sebagai media perkembangbiakan vektor nyamuk Ae.aegypti.
Jika dikaitkan dengan daerah aliran sungai bahwa saluran pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat dapat menurunkan kualitas air sungai sebagai
sumber air bersih.Hasil observasi air limbah rumah tangga umumnya dialirkan ke sungai.
Sarana pembuangan air limbah yang sehat yaitu dapat mengalirkan air limbah ke tempat penampungan air limbah dengan lancar tanpa mencemari lingkungan dan
badan air Pansimas, 2011.
5.1.3. Pengaruh Tempat Perindukan Nyamuk terhadap Kejadian DBD di DAS
Hasil analisis univariat tempat perindukan nyamuk pada 3 kecamatan di kota Medan yang terletak di DAS, berdasarkan penelitian ini bahwa dari 100 responden
yang rumahnya memiliki tempat perindukan nyamuk yang ada jentik paling dominan
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 58 KK 58, selebihnya memenuhi syarat. Hasil uji statistik pada bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara tempat perindukan nyamuk dengan
kejadian DBD, dengan OR 0,131 artinya hubungan tersebut berpeluang 0,13 kali untuk terjadinya DBD dengan tempat perindukan nyamuk yang ada jentik nyamuk
dibandingkan dengan yang tidak ada jentik. Dari 58 responden yang keadaan tempat perindukan nyamuk yang ada jentik, yang mengalami kejadian DBD sebanyak 16
orang 27,6 di 3 kecamatan tersebut. Demikian pula dengan hasil uji statistik pada multivariat ternyata tempat perindukan nyamuk sangat berpengaruh terhadap kejadian
DBD di DAS. Pengaruh tempat perindukan nyamuk yang ada jentik nyamuk tersebut untuk terjadinya kejadian DBD sebesar 27,12 kali lebih tinggi dibanding yang tidak
ada jentik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dapat dilihat dari hasil observasi pada
100 responden sebagian kecil yaitu sebanyak39 KK 39 tempat perindukan nyamuk buatan seperti :botol dan kaleng bekas, ban bekas dan tidak terdapat jentik
nyamuk Ae. aegypti. Sementara KK yang tempat perindukan nyamuk alamiah seperti : pelepah daun, dan tempurung kelapa terdapat jentik sebanyak 72 KK.
Sesuai dengan data di atas jika ditinjau dari aspek tempat perindukan nyamuk yang ada jentik ada 16 orang yang terkena DBD.Jika dilihat berdasarkan
tempat perindukan nyamuk, antara perindukan nyamuk buatan seperti kaleng bekas, botol plastikkaca dan yang alamiah seperti tempurung kelapa, pelepah batang pisang
yang di tebang terlihat tergenang air, dan terdapat jentik.
Universitas Sumatera Utara
Penanganan terhadap tempat perindukan nyamuk tersebut dibiarkan begitu saja, sehingga jentik nyamuk tersebut akan berubah menjadi nyamuk dewasa.
Memang sampah padat barang bekas dibuang ketempat sampah dan ke tepi sungai tetapi tidak dikubur.Dari hasil observasi banyak lingkungan rumah responden yang
membiarkan botol kacaplastik, tempurung kelapa, pelepah dan batang pisang, tempat minum burung yang semuanya terletak di luar rumah responden dengan genangan air
pada wadah tersebut, sehingga menjadi tempat perindukan nyamuk. Hal tersebut di atas sejalan dengan penelitian Fauziah 2010 yang
menyatakan bahwa upaya pencegahan program PSN dihubungkan oleh keikutsertaan ibu rumah tangga, keaktifan ibu dalam 3M dan tindakan ibu dalam pencegahan.
Sejalan dengan penelitian ini dapat peneliti analisis bahwa jika tempatperindukan nyamuk masih dibiarkan di sekitar rumah, walaupun komponen
lingkungan lain, seperti : spal dan sampah organik dikelola dengan baik, tidak akan mencegah terjadinya perkembangbiakan vektor DBD, dan DBD terus tetap akan
berlangsung sepanjang waktu. Sehubungan dengan hal tersebut, tempat perindukan nyamuk buatan seperti
vas bunga, sebaiknya dapat diberi campuran pasir dan air, tempat minum burung di ganti airnya setiap hari, ban bekas, botol, kaleng semuanya harus dikubur atau
dihancurkan dan didaur ulang untuk keperluan industri. Sementara tempat perindukan nyamuk secara almiah seperti : lubang pohon ditutupi dengan pasir atau kaca yang
Universitas Sumatera Utara
dihancurkan, pelepah daun dan tempurung kelapa dapat dimanfaatkan sebagai sampah organik dan dijadikan kompos atau dibakar Chahaya, 2003.
5.2. Pengaruh Sanitasi Lingkungan Permukiman Dalam Rumah terhadap
Kejadian DBD di DAS
5.2.1. Pengaruh Sarana Air Bersih terhadap Kejadian DBD di DAS
Hasil analisis univariat sarana air bersih pada lokasi penelitian di 3 kecamatan di kota Medan yang terletak di DAS, dari 100 responden yang lingkungan dalam
rumahnya diobservasi ternyata sarana air bersih yang rumahnya memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat memiliki proporsi yang sama masing-masing sebanyak 50
KK 50. Hasil uji statistik pada bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara sarana air bersih dengan kejadian DBD dengan OR 0,040 artinya hubungan tersebut
berpeluang 0,04 kali untuk terjadinya DBD dengan sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat dibandingkan dengan yang memenuhi syarat. Dari 50 responden
yang sarana air bersih tidak memenuhi syarat, yang mengalami kejadian DBD sebanyak 17 orang 34,0 dan yang memenuhi syarat mengalami kejadian DBD 1
orang 2.0 di 3 kecamatan tersebut. Hasil uji statistik pada multivariat pada tahap akhir ternyata sarana air bersih tidak berpengaruh terhadap kejadian DBD di DAS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum ke tiga kecamatan tersebut sarana air bersih di perumahan masyarakatnya relatif baik. Hal ini dapat dilihat dari
hasil observasi bahwa responden dari 100 KK yang mempunyai tempat penampungan air sebanyak 50 KK 50. Dari 50 KK yang mempunyai tempat penampungan air
Universitas Sumatera Utara
yang melakukan 3M sebanyak 22 KK 44 dan yang tidak terdapat jentik pada tempat penampungan air sebanyak22 KK 44. Sementara dari 28 KK 56 yang
terdapat jentik pada tempat penampungan air, hanya 12 KK 42,85 yang melakukan pemberian abate.
Sesuai dengan data di atas jika ditinjau dari aspek sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat ada 17 orang yang terkena DBD. Jika dilihat berdasarkan keadaan
tempat penampungan air hal tersebut relevan karena sebagian besar responden belum mengerti tentang manfaat 3M. Walaupun sebagian besar KK memakai ember, dimana
air yang dipakai habis untuk 1 hari pakai, baik itu untuk cuci keperluan rumah tangga dan mandi yang pada umumnya diambil dari air sungai sehingga mereka
dikategorikan tidak mempunyai tempat penampungan air yang bersifat tetap.Sedangkan sumber air bersih hanya untuk minum yang diperoleh dari air isi
ulang. Hasil observasi pada sarana air bersih berdasarkan data di atas sudah relatif
baik, pada umumnya sebagian besar belum mengetahui jika ada anggota mereka yang mengalami demam hanya diberikan obat penurun panas. Hal ini yang menyebabkan
banyak yang mengalami DBD walaupun keadaan tempat penampungan air sudah memenuhi syarat.Tempat penampungan air di rumah warga umumnya bertutup dan
sebagian lagi menggunakan ember untuk keperluan sehari-hari yang bersumber dari air sungai untuk sekali pakai dan habis dalam 1 hari.Hal tersebut dilakukan oleh
sebagaian KK yang rumahnya berada sangat dekat dengan sungai.
Universitas Sumatera Utara
Sejalan dengan penelitian ini dapat peneliti analisis bahwa pada sarana air bersih yang telah memenuhi syarat tetapi masih ada responden yang menderita DBD
dikarenakan faktor rumah yang berdekatan dan kemungkinan masyarakat yang telah carrier oleh DBD sehingga bisa menularkan kepada yang lain melalui vektor nyamuk
Ae. aegypti. Menurut Depkes RI 2003 jarak rumah memengaruhi penyebaran nyamuk
dari satu rumah ke rumah lain. Semakin dekat jarak antara rumah semakin mudah nyamuk menyebar ke rumah sebelah.Bahan-bahan pembuat rumah, konstruksi rumah,
warna dinding, dan pengaturan barang-barang dalam rumah menyebabkan disenangi atau tidak disenangi oleh nyamuk.Rumah yang berdesak-desakan dan kumuh
kemungkinan lebih besar terserang penyakit. Jika dikaitkan dengan daerah aliran sungai bahwa dengan sarana air
bersihyang sumber airnya diambil dari air sungai jelas tidak memenuhi syarat, begitu juga dengan tempat penampungan airnya.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Entjang 2000 vektor yang berhubungan dengan air yaitu vektor penyakit yang berkembang biak di dalam air, misalnya :
malaria, demam berdarah dan trypanosomiasis. Selain itu sarana air berish yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menyebabkan sumber penularan penyakit
Pansimas, 2011.Hasil penelitian Fauziah 2009 bahwa tindakan ibu yang selalumembersihkan rumah ternyata tidak ditemukan jentik nyamuk di rumahnya.
Universitas Sumatera Utara
5.2.2. Pengaruh Pencahayaan terhadap Kejadian DBD di DAS