5.2.2. Pengaruh Pencahayaan terhadap Kejadian DBD di DAS
Hasil analisis univariat dari 100 responden yang lingkungan dalam rumahnya diobservasi pencahayaannya yang paling dominan ternyata rumah dengan
pencahayaan yang memenuhi syarat sebanyak 54 KK 54, selebihnya tidak memenuhi syarat. Hasil uji statistik pada bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan
antara pencahayaan dengan kejadian DBD, dengan OR 0,183 artinya hubungan tersebut berpeluang 0,18 kali untuk terjadinya DBD dengan pencahayaan yang tidak
memenuhi syarat dibandingkan dengan yang memenuhi syarat. Dari 54 responden yang pencahayaan di rumahnya memenuhi syarat, yang mengalami kejadian DBD
sebanyak 4 orang 7,4 di 3 kecamatan tersebut. Demikian pula dengan hasil uji statistik pada multivariat ternyata
pencahayaan berpengaruh terhadap kejadian DBD di DAS. Pengaruh pencahayaan yang tidak memenuhi syarat tersebut untuk terjadinya kejadian DBD sebesar 0,15 kali
lebih tinggi dibanding yang memenuhi syarat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum ke tiga kecamatan tersebut
pencahayaan di perumahan masyarakatnya sebagian memenuhi syarat dibanding dengan yang tidak memenuhi syarat. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi bahwa
responden yang pencahayaannya terang sebanyak 54 KK 54, 54 KK tersebut yang pencahayaannya menyilaukan sebanyak 6 KK 11.11. Pencahayaan kurang atau
sama dengan 60 Lux sebanyak 54 KK 54.
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan data di atas jika ditinjau dari aspek pencahayaan yang memenuhi syarat ada 4 orang yang terkena DBD. Hal tersebut relevan, walaupun
pencahayaan relatif baik, tetapi jika melihat keadaan rumah responden tidak bersih disamping itu banyak gantungan baik pakaian maupun bunga hias di dalam rumah
dan terkesan jarang di bersihkan. Sejalan dengan penelitian ini dapat peneliti analisis bahwa pada pencahayaan
yang baik tetapi tidak diikuti dengan kebersihan rumah maka nyamuk DBD akantetap berkembang biak, dimana dalam waktu relatif singkat nyamuk Aedes yang
beristirahat pada gantungan kain, bunga hias dll akan siap mematangkan telurnya dan menetaskan nyamuk-nyamuk DBD yang lain. Apalagi jarak antara 1 rumah dengan
rumah yang lain saling berdekatan. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Rose 2008 jarak rumah yang 5m
dengan tetangga sebelah menyebelah 1,79 kali menderita DBD. Menurut Depkes RI 2003 Bahan-bahan pembuat rumah, konstruksi rumah,
warna dinding, dan pengaturan barang-barang dalam rumah menyebabkan disenangi atau tidak disenangi oleh nyamuk.
Jika dikaitkan dengan daerah aliran sungai, rumah yang terletak dekat dengan DAS berisiko untuk terjadinya DBD.Dari pengamatan peneliti hal ini disebabkan
karena pada umumnya di sekitar sungai banyak tumbuh-tumbuhan, menghalangi pencahayaan alami masuk ke rumah dan menyebabkan pencahayaan alami dalam
rumah berkurang.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Keman2005 kurangnya cahaya yang masuk kedalam ruangan di dalam rumah cenderung lembab. Sehingga merupakan tempat yang mendukung
pertumbuhan kuman.pencahayaan alami merupakan pencahayaan yang bagus untuk mematikan kuman tersebut dengan pencahayaan yang memenuhi syarat maka akan
terhindar dari penyebaran dan pertumbuhan nyamuk Ae. aegypti di dalam rumah. Hal senada juga sesuai pendapat Soegijanto 2003 banyaknya tumbuhan di sekitar
memengaruhi kelembaban dan pencahayaan dalam rumah, merupakan tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap dan beristirahat.
5.2.3. Pengaruh Ventilasi terhadap Kejadian DBD di DAS