27
2.3.5 Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan dan Faktor-Faktor yang
berpengaruhi
Peraturan Pemerintah RI Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Pasal 2 ayat 3 dan 4 menyebutkan
Pengusaha yang telah menyelenggarakan sendiri program pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerjanya dengan manfaat yang lebih baik dari paket jaminan
pemeliharaan kesehatan dasar menurut Peraturan Pemerintah ini, tidak wajib ikut dalam jaminan pemeliharaan kesehatan yang diselenggarakan oleh badan
peny elenggara”. Peraturan Pemerintah ini memberi peluang persaingan terhadap
produk jaminan pemeliharaan kesehatan yang diselenggarakan oleh pihak penyelenggara lain. Oleh sebab itu sanyat layak untuk diteliti faktor-faktor apa
yang dapat mempengaruhi minat pengusaha untuk mengikuti program tersebut. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan program JPK adalah :
1. Minat Mengikuti Program
Minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan. Terdapat perbedaan antara
pembelian aktual dan minat pembelian. Bila pembelian aktual adalah pembelian yang benar-benar dilakukan oleh konsumen, maka minat pembelian adalah niat
untuk melakukan pembelian pada kesempatan mendatang. Meskipun merupakan pembelian yang belum tentu akan dilakukan pada masa mendatang namun
pengukuran terhadap
minat pembelian
umumnya dilakukan
guna memaksimumkan prediksi terhadap pembelian aktual itu sendiri. Intention to buy
juga didefinisikan sebagai pernyataan yang berkaitan dengan batin yang
Universitas Sumatera Utara
28 mencerminkan rencana dari pembeli untuk membeli suatu merek tertentu dalam
suatu periode waktu tertentu.
2. Birokrasi
Birokrasi merupakan instrumen penting dalam masyarakat modern yang kehadirannya tak mungkin terelakkan. Eksistensi birokrasi ini sebagai
konsekuensi logis
dari tugas
utama negara
pemerintahan untuk
menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat social welfare. Negara dituntut terlibat dalam memproduksi barang dan jasa yang diperlukan oleh rakyatnya
public goods and services baik secara langsung maupun tidak. Bahkan dalam keadaan tertentu negara yang memutuskan apa yang terbaik bagi rakyatnya. Untuk
itu negara mernbangun sistem administrasi yang bertujuan untuk melayani kepentingan rakyatnya yang disebut dengan istilah birokrasi. Bagi banyak orang,
konsep birokrasi lekat dengan “tak efektif”, “lambat”, “kaku”, bahkan “menyebalkan”. Stempel-stempel seperti ini pada satu sisi menemui sejumlah
kebenarannya pada fakta lapangan. Namun, sebagian lain merupakan stereotipe yang sesungguhnya masih dapat diperdebatkan keabsahannya. Konsep birokrasi
yang dikaji mengikut pada dua teoritisi yang cukup berpengaruh di bidang ini. Pertama adalah konsep birokrasi yang disodorkan oleh Max Weber. Kedua adalah
konsep birokrasi yang disodorkan oleh Marin Albrow. D
itinjau dari etimologi Birokrasi ini berasal dari kata “bureau”. Kata “bureau” berasal dari bahasa Perancis yang kemudian diintroduksi Jerman. Jadi
arti kata “bureau” yaitu meja atau kadang diperluas menjadi kantor. Sebab itu,
birokrasi adalah aturan yang dikendalikan lewat meja atau kantor. Pada perkembangnnya, birokrasi bukan sekedar merupakan alat atau minimal bukan
Universitas Sumatera Utara
29 sejenis kekuasaan felksibel semisal Demokrasi, Aristokrasi, ataupun Oligarki. Di
titik puncak sebuah kekuasaan birokrasi terdapat jenis kekuasaan yang kurang birokratis misalnya parlemen atau eksekutif.
Hal yang disampaikan Max Weber sendiri tidak pernah secara definitif menyebutkan makna birokrasi tersebut. Weber menyebut begitu saja konsep ini
lalu menganilisis ciri-ciri apa yang seharusnya melekat pada birokrasi. Gejala birokrasi yang dikaji Weber sesungguhnya birokrasi-patrimonial. Birokrasi-
Patrimonial ini berlangsung di masa Weber masih hidup, yaitu birokrasi yang dikembangkan pada Dinasti Hohenzollern di Prussia.
Birokrasi tersebut dianggap oleh Weber tidak rasional. Banyak pengangkatan pejabat yang mengacu pada political-will pimpinan Dinasti. Akibatnya banyak
pekerjaan negara yang salah urus atau tidak mencapai hasil secara maksimal. Atas dasar ketidakrasional itu, Weber kemudian mengembangkan apa yang seharusnya
ideal typhus melekat di sebuah birokrasi. Weber terkenal dengan konsepsinya mengenai tipe ideal ideal typhus bagi
sebuah otoritas legal dapat diselenggarakan, yaitu : 1. Tugas-tugas pejabat diorganisir atas dasar aturan yang berkesinambungan.
2. Tugas-tugas tersebut dibagi atas bidang-bidang yang berbeda sesuai dengan fungsi-fungsinya, yang masing-masing dilengkapi dengan syarat otoritas dan
sanksi-sanksi. 3. Jabatan-jabatan tersusun secara hirarkis, yang disertai dengan rincian hak-hak
kontrol dan pengaduan complaint.
Universitas Sumatera Utara
30 4. Aturan-aturan yang sesuai dengan pekerjaan diarahkan baik secara tekhnis
maupun secara legal. Dalam kedua kasus tersebut, manusia yang terlatih menjadi diperlukan.
5. Anggota sebagai sumber daya orgaisasi berbeda dengan anggota sebagai individu pribadi.
6. Pemegang jabatan tidaklah sama dengan jabatannya. 7. Administrasi didasarkan pada dokumen-dokumen tertulis dan hal ini cenderung
menjadikan kantor biro sebagai usat organisasi modern. 8. Sistem-sistem otoritas legal dapat mengambil banyak bentuk, tetapi dilihat
bentuk aslinya, sistem tersebut tetap berada dalam suatu staf administrasi birokratik.
Bagi Weber, jika ke delapan sifat di atas dilekatkan ke suah birokrasi, maka birokrasi tersebut dapat dikatakan bercorak legal-rasional.
Selanjutnya Weber melanjutkan ke sisi pekerja staf di organisasi yang legal- rasional. Bagi weber, kedudukan staf di sebuah organisasi legal-rasional adalah
sebagai berikut : 1. Para anggota staf bersifat bebas secara pribadii, dalam arti hanya menjalankan
tugas-tugas impersonal sesuai dengan jabatan mereka. 2. Terdapat hirarki jabatan yang jelas.
3. Fungsi-fungsi jabatan ditentukan secara tegas. 4. Para pejabat diangkat berdasarkan suatu kontrak.
5. Para pejabat dipilih berdasarkan kelaifikasi profesional, idealnya didasarkan pada suatu diploma ijazah yang diperoleh melalui ujian atau sekolah.
Universitas Sumatera Utara
31 6. Para pejabat memiliki gaji dan biasanya juga dilengakapi hak-hak pensiun. Gaji
bersifat berjenjang menurut kedudukan dalam hirarki. Pejabat dapat selalu menempati posnya dan dalam keadaan-keadaan tertentu, pejabat juga dapat
diberhentikan. 7. Pos jabatan adalah lapangan kerja yang pokok bagi para pejabat.
8. Suatu struktur karir dan promosi dimunkinkan atas dasar senioritas dan keahlian skill serta menurut pertimbangan keunggulan superior.
9. Pejabat sangat mungkin tidak sesuai dengan pos jabatannya maupun dengan sumber-sumber yang tersedia di pos tersebut.
10.Pejabat tunduk pada sistem disiplin dan kontrol yang seragam. Weber juga menyatakan birokrasi itu sistem kekuasaan di mana pemimpin
super-ordinat mempratekkan kontrol atas bawahan sub-ordinat. Sistem birokrasi menekankan pada aspek “disiplin”. Sebab itu, weber juga memasukkan
birokrasi sebagai sistem legal-rasional. Legal artinya tunduk pada aturan-aturan tertulis dan dapat disimak oleh siapa pun juga. Rasional artinya dapat dipahami,
dipelajari, dan jelas penjelasannya serta sebab akibatnya. Khususnya Weber memperhatikan fenomena kontrol super-ordinat atas sub-
ordinat. Kontrol ini, jika tidak dilakukan pembatasan, berakibat pada akumulasi kekuatan absolut di tangan super-ordinat. Akibatnya, organisasi tidak lagi berjalan
secara rasional melainkan sesuai keinginan pemimpin belaka. Bagi Weber, perlu dilakukan pembatasa atas setiap kekuasaan yang ada di dalam
birokrasi, yang meliputi point-point berikut : 1. Kolegalitas. Kolegalitas adalah suatu prinsip pelibatan orang lain dalam
pengambilan suatu keputusan. Webe mengakui bahwa dalam birokrasi, satu
Universitas Sumatera Utara
32 atasan mengambil satu keputusan sendiri. Namun, prinsip kolegalitas dapat
saja diterapkan guna mencegah korupsi kekuasaan. 2. Pemisahan Kekuasaan. Pemisahan kekuasaan berarti pembagian tanggung
jawab terhadap fungsi yang sama antara dua badan atau lebih. Misalnya, untuk menyepakati anggaran negara, perlu keputusan bersama antara badan DPR dan
Presiden. Pemisahan kekuasaan menurut Weber tidaklah stabil tetapi dapat membatasi akumulasi kekuasaan.
3. Administrasi Amatir. Administrasi amatir dibutuhkan tetapi pemerintah tidak mampu membayar orang-orang untuk mengerjakan tugas birokrasi dapat saja
direkrut warga negara yang dapat melaksanakan tugas tersebut. Misalnya, kalau KPU Birokrasi negara Indonesaia “kerepotan” menghitung surat bagi
tiap TPS. Ibu-ibu rumah tangga diberi kesempatan menghitung dan diberi honor. Tentu saja, pejabat KPU ada yang mendampingi selama pelaksanaan
tugas tersebut. 4. Demokrasi Langsung. Demokrasi langsung berguna dalam membuat orang
bertanggung jawab kepada suatu majelis. Misalnya Gubernur Bank Indonesia, meski merupakan prerogatif Presiden untuk mengangkatnya, terlebih dahulu
harus di-fit and proper-test oleh DPR. Ini berguna agar Gubernur BI yang diangkat merasa bertanggung jawab kepada rakyat secara keseluruhan.
5. Representasi. Representasi didasarkan pengertian seorang pejabat yang diangkat mewakili para pemilihnya. Dalam kinerja birokrasi, partai-partai
politik dapat diandalkan dalam mengawasi kinerja pejabat dan staf birokrasi. Ini akibat pengertian tidak langsung bahwa anggota DPR dari partai politik
mewakili rakyat pemilih mereka.
Universitas Sumatera Utara
33
3. Pelayanan
Pelayanan didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai, atau dikonsumsi sehingga dapat
memuaskan keinginan atau kebutuhan Kotler dan Armstrong, 2006. Di dalam mengembangkan sebuah produk, produsen harus menentukan mutu yang akan
mendukung posisi produk itu di pasaran. Mutu dapat didefinisikan sebagai memberikan yang lebih besar atau lebih unggul dalam suatu produk sebagai
pembanding dengan alternatif bersaing dari pandangan pasar. Mutu juga merupakan konsep sentral dalam strategi pemasaran karena dapat membangun
kepuasan konsumen. Beberapa beranggapan bahwa mutu merupakan faktor penting yang mempengaruhi kinerja jangka panjang suatu unit bisnis. Mutu
merupakan konsep multidimensi yang kompleks dan dapat berupa elemen material dan non material yang tidak dapat secara mudah
dievaluasi oleh konsumen.
4. Fasilitas
Program Jamsostek yang memiliki payung hukum merupakan kebijakan sosial. Setelah program Jamsostek melewati tahap penetapan dan dalam waktu
yang cukup panjang telah dilaksanakan, adalah sangat penting pelaksanaan program Jaminan pemeliharaan kesehatan evaluasi berbagai kelemahan. Evaluasi
terhadap kesediaan fasilitas program JPK tentu mengikuti mekanisme atau proses yang ada, mulai daripada keikutsertaan perusahaan dan karyawan sebagai peserta
JPK hingga pelayanan oleh unit-unit pelaksana pelayanan yang ditunjuk dan ditetapkan oleh PT. Jamsostek sebagai mitra kerja dalam rangka implementasi
program JPK. Harus dipahami perusahaan tempat dimana karyawan bekerja dan
Universitas Sumatera Utara
34 unit-unit pelaksana pelayanan yang terlibat tentu merupakan ujung tombak
implementasi program JPK. Tampilan dan fasilitas oleh institusi yang menjadi ujung tombak implementasi program JPK akan menimbulkan suatu fenomena
yang dirasakan oleh karyawan sebagai peserta Jamsostek, apakah mereka merasa puas atau tidak atas fasilitas yang diterima. Bahkan lebih khusus lagi, sejauh mana
tingkat kepuasan ataupun kekecewaan yang dirasakan pihak karyawan dalam
rangka pemenuhan hak-hak normatifnya. 5.
Lokasi Pelayanan
Keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan sebagai Pelaksana Pelayanan Kesehatan PPK yang telah dipilih oleh PT. Jamsostek Persero untuk
menyediakan produk yang sama di seluruh wilayah Indonesia.
6 Iuran
Iuran dalam hal ini diidentikkan dengan harga. Harga merupakan faktor yang diyakini para peneliti mempengaruhi kepuasan pelanggan Johnson
Gustafsson dalam Prinst, 1994. Konsumen cenderung menggunakan harga sebagai sebuah indikator dari kualitas. Harga adalah service as a signal of quality.
Faktor terpenting dari harga sebenarnya bukan harga itu sendiri objective price, akan tetapi harga subyektif, yaitu harga yang dipersepsikan oleh konsumen.
Apabila konsumen mempersepsikan produk A harganya tinggimahal, maka hal ini akan berpengaruh positif terhadap perceived quality dan perceived sacrifice .
Artinya, konsumen mungkin memandang produk A adalah produk berkualitas, oleh karena itu wajar bila memerlukan pengorbanan uang yang lebih mahal.
Perceived price yaitu sesuatu yang dikorbankan oleh konsumen untuk mendapatkan suatu produk. Seringkali beberapa konsumen mengetahui secara
Universitas Sumatera Utara
35 tepat harga dari suatu produk, sedangkan yang lainnya hanya mampu
memperkirakan harga berdasarkan pembelian pada masa lampau. Konsumen akan membeli suatu produk bermerek jika harganya dipandang layak oleh mereka.
Iuran merupakan dasar perhitungan jaminan pemeliharaan kesehatan dari upah sebulan sebesar 6 bagi tenaga kerja yang sudah berkeluarga, dan 3 dari
upah sebulan bagi tenaga kerja yang belum berkeluarga. Dasar perhitungan iuran jaminan pemeliharaan kesehatan dari upah sebulan sebagaimana dimaksud adalah
setinggi-tingginya Rp. 1.000.000,- satu juta rupiah.
7 Promosi Sosialisasi
Promosi adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai insentif yang dapat diukur untuk merangsang pembelian produk dengan daya tarik
,jangkauan serta frekuensi promosi Kotler dan Armstrong, 2006. Bauran promosi yang dilakukan perusahaan akan menciptakan suatu penilaian tersendiri
pada pikiran konsumen sehingga penilaian konsumen terhadap promosi produk secara langsung maupun tidak langsung akan menciptakan image terhadap suatu
produk. Aktivitas promosi merupakan usaha pemasaran yang memberikan berbagai upaya intensif jangka pendek untuk mendorong keinginan mencoba atau
membeli suatu produk atau jasa Kotler dan Armstrong, 2006. Seluruh kegiatan promosi bertujuan untuk mempengaruhi perilaku pembelian, tetapi tujuan promosi
yang utama adalah memberitahukan, membujuk dan mengingatkan.
8. Profesional
Profesional artinya dapat memberikan pelayanan yang dapat dirasakan bermutu. Pada hakekatnya dapat terselenggara karena interaksi beberapa hal yaitu
Universitas Sumatera Utara
36 tersedianya sarana dan prasarana, tersedianya tenaga pelaksana yang kompeten,
tersedianya sistem dan prosedur yang mendukung program. Dalam konsep pemasaran, konsumen menjadi fokus utama. Konsumen
yang merupakan pembeli potensial dari suatu produk atau jasa yang ditawarkan untuk dijual memiliki arti penting bagi perusahaan Loundon Bitta dalam
Prinst, 1994. Hal ini dapat dimengerti karena konsumenlah yang mendatangkan penjualan dan keuntungan. Oleh karena itu, agar kegiatan perusahaan
berkesinambungan, perusahaan perlu mengupayakan melalui strategi pemasaran yang dirancang agar konsumen mau melakukan pembelian ulang secara terus
menerus menjadi pelanggan dan bahkan lebih jauh secara sukarela turut mempromosikan produknya ke orang lain melalui word of mouth.
Dengan memiliki konsumen yang setia, perusahaan akan mendapatkan sejumlah keuntungan. Salah satu keuntungan utama adalah meningkatkan aset
perusahaan sebagaimana yang dinyatakan Kotler dan Armstrong 2006 bahwa kesetiaan konsumen terhadap merek sebagai brand equity merupakan aset
perusahaan yang sangat berharga. Sejumlah nilai strategis lainpun akan dapat dipetik oleh perusahaan. Adanya pelanggan yang setia akan mengurangi biaya
pemasaran, keuntungan dalam bentuk trade leverage, dapat menarik minat konsumen baru serta dapat memberikan keuntungan waktu untuk merespon
terhadap pesaing. Kesetiaan dipandang sebagai hubungan erat antara sikap relatif dan perilaku pembeliaan ulang. Pandangan yang mendasarkan hubungan antara
sikap dan perilaku ini bermanfaat bagi pemasar. Pertama dari validitas akan lebih baik serta dapat digunakan untuk memprediksikan apakah kesetiaan yang terlihat
dari perilaku pembelian ulang terjadi karena memang sikapnya yang positif
Universitas Sumatera Utara
37 senang terhadap produk tersebut ataukah hanya karena situasi tertentu yang
memaksanya spurious loyalty.
9. Perilaku Pengusaha
Program jaminan kesehatan adalah suatu program yang bertujuan untuk melindungi kesehatan tenaga kerja agar dapat mendukung peningkatan kinerja.
Dari sisi financial ini turut menjadi kewajiban perusahaan tanpa memperhatikan kondisi ekonomi maupun perusahaan. Faktor tersebut sering menimbulkan
perilaku pengusaha tidak jujur di dalam melaporkan jumlah karyawan maupun besarnya upah yang dibayarkan setiap bulan. Pengusaha cendrung melaporkan
upah tenaga kerja lebih kecil dari kenyataan yang mereka bayar. Dengan cara demikian besarnya yuran JPK menjadi lebih kecil. Inilah yang menyebabkan dana
yang terkumpul relatif kecil, sehingga yang rugi karyawan sendiri sebagai perserta JPK. Sebetulnya kalau Astek bisa bekerja sama dengan bagian Pengawasan di
Kanwil DEPNAKER bisa di atasi asal tidak ada KKN.
10. Jaminan
Kekuatan penyelenggara merupakan kemampuan pengelola yang menjadi jaminan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi pelayanan yang diberikan
kepada peserta sehingga kepuasan peserta dapat dicapai dan menghasilkan kepercayaan terhadap program.
2.4 Minat Pengusaha pada Program JPK
Niat intention merupakan suatu perhatian yang berlangsung terus menerus yang memolakan perhatian tertentu, sehingga membuat dirinya menjadi
selektif terhadap objek perhatiannya. Lebih lanjut niat seseorang akan
Universitas Sumatera Utara