Putusan Hakim Mahkamah Konstitusi

4. Putusan Hakim Mahkamah Konstitusi

Berdasarkan seluruh penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di atas, Mahkamah berkesimpulan sebagai berikut: 98 1. Mengabulkan permohonan para Pemohon untuk sebagian; 1. Mahkamah berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara a quo; 2. Para Pemohon memiliki kedudukan hukum legal standing untuk bertindak selaku pemohon dalam perkara a quo. 3. Dalil-dalil Pemohon dalam pokok permohonan terbukti menurut hukum untuk sebagian. Berdasarkan putusan di atas, maka Mahkamah mengadili dan memutuskan : 2. Menyatakan frasa, “ 8 delapan tahun...” dalam Pasal 1 angka 1, Pasal 4 ayat 1, dan Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3668, beserta penjelasan Undang-Undang tersebut khususnya terkait dengan frasa “... 8 delapan tahun...” adalah bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 secara bersyarat conditionally uncinstitutional, artinya inkonstitusional, kecuali dimaknai “... 12 dua belas tahun...”; 3. Menyatakan frasa, “... 8 delapan tahun...,” dalam Pasal 1 angka 1, Pasal 4 ayat 1, dan Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 3, 98 Lihat Putusan Mahkmah Konstitusi Nomor 1PUU-VIII2010 Tambahan Lembaran Negara Indonesia Negara Indonesia Nomor 3668, beserta penjelasan Undang-Undang tersebut khususnya terkait dengan frasa “... 8 delapan tahun...” tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat secara bersyarat conditionally uncinstitutional, artinya inkostitusional, kecuali dimaknai “... 12 dua belas tahun...”, 4. Menolak permohonan para Pemohon untuk selain dan sebagainya; 5. Memerintahkan pemuatan Putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya. Diakitkan dengan Putusan Mahkamah konstitusi tersebut Batas Umur Anak Nakal yang dapat di ajukan ke Sidang Anak adalah sekurang-kurangnya 12 dua belas tahun tetapi belum mencapai umur 18 delapan belas tahun dan belum pernah kawin. Apabila Si Anak melakukan tindak pidana pada batas umur sekurang- kurangnya 12 dua belas tahun tetapi belum mencapai umur 18 delapan belas tahun dan ketika diajukan ke sidang pengadilan anak yang bersangkutan melampaui batas 18 delapan belas tahun tetapi belum mencapai umur 21 dua puluh satu tahun, tetap diajukan ke Sidang Anak. Apabila anak belum mencapai umur 12 dua belas tahun melakukan atau diduga melakukan tindak pidana, maka terhadap anak tersebut dapat dilakukan pemeriksaan oleh Penyidik. Dan apabila menurut hasil hasil pemeriksaan, Penyidik berpendapat bahwa anak masih dapat dibina oleh orang tua, atau orang tua asuhnya, penyidik menyerahkan anak tersebut kepada Departemen Sosial setelah mendengar pertimbangan dari Pembimbing Kemasyarakatan. Jadi pada intinya Anak yang belum berusia 12 dua belas yang melakukan tindak pidana tidak diajukan ke sidang pengadilan anak; 99 KUHPidana yang sekarang ini meskipun mengatur tentang alasan penghapus pidana, akan tetapi KUHP sendiri tidak memberikan pengertian yang jelas tentang makna dari alasan penghapus pidana tersebut. Pengertiaanya hanya dapat ditelusuri melalui sejarah pembentukan KUHP WvS Belanda. Menurut sejarahnya yaitu melalui M.v.T. Memorie van Toelicting mengenai alasan penghapus pidana ini, mengemukakan apa yang disebut “alasan-alasan tidak dapat B. Implikasi Uji Materil Tentang Batas Usia Anak Sebagai Dasar Penghapusan Pidana Bagi Anak Pelaku Tindak Pidana. 1. Alasan Penghapusan Pidana dalam Hukum Pidana di Indonesia Dalam hukum pidana ada beberapa alasan yang dapat diajdikan dasar bagi hakim untuk tidak menjatuhkan hukumanpidana kepada para pelaku atau terdakwa yang diajukan ke pengadilan karena telah melakukan suatu tindakan pidana.. Peraturan ini menetapkan dalam keadaan apa seorang pelaku, yang telah memenuhi perumusan delik yang seharusnya dipidana, tidak dipidana. Hakim menempatkan wewenang dari pembuat undang-undang untuk menentukan apakah telah terdapat keaadan khusus seperti dirumuskan dalam alasan penghapusan pidana. 99 http:waktuterindah.blogspot.com201113peradilan-anak.pasca.putusan-uji.html. diakses tanggal. 14 Mei 2012. Jam. 14.00 dipertanggungjawabkannya seseorang atau alasan-alasan tidak dapat dipidananya seseorang”. Hal ini berdasarkan pada dua alasan, yaitu: 100 1. Alasan tidak dapat dipertanggungjawabkan seseorang yang terletak pada diri orang tersebut, dan 2. Alasan tidak dapat dipertanggungjawabkannya seseorang yang terletak diluar dari diri seseorang tersebut Dari kedua alasan yang ada dalam MvT tersebut, menimbulkan kesan bahwa pembuat undang-undang dengan tegas merujuk pada penekanan tidak dapat dipertanggungjawabkannya orang, tidak dapat dipidananya pelakupembuat, bukan tidak dapat dipidananya tindakanperbuatan. Namun dalam kenyataanya banyak para ahli yang menerima bahwa hal alasan-alasan tersebut juga dapat dipidananya tindakan, misalnya perbuatan yang dilakukan karena menjalankan perintah Undang-Undang atau menjalankan perintah jabatan. Jadi dengan demikian alasan penghapus pidana ini dapat digunakan untuk menghapuskan piadana bagi pelakupembuat orangnya sebagai subjek, dan juga dapat digunakan untuk menghapuskan pidana dari suatu perbuatantindakan sebagai objeknya. Alasan penghapus pidana di samping diatur didalam bagian umum Buku Kesatu KUHP yang berlaku secara umum juga pengaturannya terdapat dalam bagian khusus Buku Kedua KUHP yang berlaku secara kusus bagi tindak pidana tertentu sebagaimana yang dirumuskan dalam pasal tersebut. 100 Penelitian Dr. M. Hamdan, SH.MH dengan Judul Ketentuan Tentang Alasan Pengecualian Hukuman Dalam Peraturan Perundang-undangan Indonesia hal 6-8

1. Pengecualian Hukuman yang terdapat di KUHP BAB III di antaranya