BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak adalah “buah hati sibiran tulang”, demikian ungkapan masyarakat melayu dalam mengekspresikan begitu pentingnya eksistensi seorang anak bagi
kelangsungan hidup mereka. Anak seyogianya dipandang sebagai aset berharga suatu bangsa dan negara di masa mendatang yang harus dijaga dan dilindungi
hak-haknya. Hal ini dikarenakan bagaimanapun juga di tangan anak-anak lah kemajuan suatu bangsa tersebut akan ditentukan.
Semakin modern suatu negara, seharusnya semakin besar perhatian dalam menciptakan kondisi yang kondusif bagi tumbuh kembang anak-anak dalam
rangka perlindungan. Perlindungan yang diberikan negara terhadap anak-anak meliputi berbagai aspek kehidupan, yaitu aspek ekonomi, sosial, budaya, politik,
hankam maupun aspek hukum.
1
Berbagai hal upaya pembinaan dan perlindungan tersebut, dihadapkan pada permasalahan dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai
penyimpangan perilaku di kalangan anak, bahkan lebih dari itu terdapat anak yang melakukan perbuatan melanggar hukum, tanpa mengenal status sosial dan
ekonomi. Di samping itu, terdapat pula anak, yang karena satu dan lain hal tidak mempunyai kesempatan memperoleh perhatian baik secara fisik, mental, maupun
sosial dan ekonomi. Karena keadaan diri yang tidak memadai tersebut, maka baik
1
http:Rusmilawati.wordpress.com20100125perlindungan-anak-berdasarkan-undang- undang-di-indonesia-dan-beijing-rules-oleh-rusmalawati-widarsh-mh diakses tanggal. 24 April
2012 . Jam. 12.00
ABSTRAKSI Henni Demitra Tarigan
∗
Liza Erwina, SH. M.Hum Pembimbing I
∗∗
Raiqoh Lubis, SH. M.Hum Pembimbing II
∗∗
∗
Mahasiswa Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
∗∗
Dosen Fakultas Hukum Departemen Hukum Pidana Universitas Sumatera Utara
Anak dipandang sebagai aset berharga suatu bangsa dan negara di masa mendatang yang harus di jaga dan dilindungi. Untuk itu diperlukan pembinaan
dan perlindungan terhadap anak terutama dari segi batas usia dalam proses penanganan anak pelaku tindak pidana. Berbagai hukum positif di indonesia telah
menjamin perlindungan terhadap anak pelaku tindak pidana. Salah satunya adalah UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Di dalam undang-undang ini
memberikan perlindungan terhadap anak salah satunya perlindungan terhadap batas usia dalam penjatuhan pidana terhadap anak, dimana didalam Pasal 4 ayat
1 dimana diatur batas usia anak dalam penjatuhan pidana sekurang-kurangnya 8 delapan tahun. Tetapi Komisi Perlindungan Anak Indonesia KPAI dan
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak Medan meminta UU tersebut untuk diuji secara materil mengeni batas usia anak dalam proses penanganan anak
pelaku tindak pidana.
Adapun yang menjadi permasalahan adalah Pertama Apakah Undang- Undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak sudah memberikan
perlindungan kepada anak pelaku tindak pidana?, Kedua Apakah Implikasi Uji Materil mengenai batas usia anak dalam proses penanganan anak pelaku tindak
pidana ?
Untuk menjawab permasalahan tersebut peneliti mempergunakan metode penelitian yuridis normatif yakni. Data yang digunakan adalah data skunder yang
meliputi peraturan perundang-undangan, buku-buku, situ internet, putusan pengadilan serta bahan-bahan lainya yang berhubungan dengan penulisan skripsi
ini. Metode yang digunakan Library Research Penelitian Kepustakaan dan Analisa yang digunakan Analisa Kualitatif.
Perlindungan terhadap anak dalam proses Peradilan Anak telah dijamin dalam Instrumen Nasional maupun Internasional, yang pada dasarnya menjamin
hak-hak anak meliputi berbagai kebebasan dan hak asasi anak, serta berbagai kepentingan yang berhubungan dengan kesejahteraan anak dan Aministrasi bagi
Anak The Beijing Rules.
Uji Materil Mengenai Batas Usia Anak dalam proses penanganan Anak pelaku tindak pidana dimintakan untuk dinaikkan menjadi 12 tahun, karena usia 8
tahun dianggap masih terlalu rendah dan tidak memberikan perlindungan terhadap anak dibandingkan dengan negera-negara lain Sehubungan dengan itu, maka saran
yang diberikan antara lain, perlindungan terhadap anak pelaku tindak pidana perlu diatur dalam perundang-undangan khusus mengenai batas usia anak dalam
pertanggungjawaban tindak pidana agar lebih jelas dan terperinci.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang