harus dapat menjamin bahwa anak diperlakukan dengan cara-cara yang sesuai dengan kesejahteraanya dan seimbang dengan keadaan lingkungan
mereka serta pelanggaran yang dilakukan. Setelah dilakukannya ratifikasi atas Konvensi Hak-Hak Anak oleh
Pemerintah Indonesia dengan mengeluarkan Keppres Nomor 6 Tahun 1990, maka secara hukum menimbulkan kewajiban kepada Indonesia negara peserta untuk
mengimplementasikan hak-hak anak tersebut dengan menyerapnya ke dalam hukum nasioanal.
Dalam hal Undang-Undang Pengadilan Anak, dapat dikemukakan merupakan perwujudan dan penampungan dari kaidah hukum Konvensi Hak
Anak mengenai peradilan khusus untuk anak-anak yang berkonflik dengan hukum children in conflict with law.
36
Berangkat dari pembatasan di atas, maka lingkup perlindungan hukum bagi anak-anak mencakup: 1 Perlindungan terhadap kebebasan anak; 2
2. Instrumen Hukum Nasional
Perlindungan hukum bagi anak dapat diartikan sebagai upaya perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak
fundamental right and freedom of children serta berbagai kepentingan yang berhubungan dengan kesejaheraan anak. Jadi masalah perlindungan hukum bagi
anak mencakup lingkup yang sangat luas.
36
Ibid., hlm 3
Perlindungan terhadap hak asasi anak; dan 3 Perlindungan hukum terhadap semua kepentingan anak yang berkaitan dengan kesejahteraan.
37
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 34 tentang “Fakir Miskin dan Anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara”.
Prinsip-prinsip perlindungan terhadap anak dalam sistem peradilan pidana anak diatur oleh peraturan perundang-undangan secara nasional. Perlindungan
terhadap anak ini berhadapan dengan hukum diatur dalam perundang-undangan Republik Indonesia yaitu:
38
2. Undang-Undang RI No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak, menentukan :
39
a. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asyhan dan bimbingan
berdasarkan kasih sayang, baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar mendapatkan
perlindungan dari lingkungan hidup yang membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar
b. Untuk kesejahteraan anak dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.
3. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak:
40
a. Hak untuk diperiksa dalam suasana kekeluargaan pada Sidang Anak Pasal
6; b.
Hak untuk diadili secara khusus berbeda dengan orang dewasa Pasal 7;
37
Wuluyadi, Op. Cit., hlm. 1
38
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34
39
Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak
40
Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak.
c. Hak untuk diperiksa dalam sidang tertutup untuk umum Pasal 8 ayat 1;
d. Hak untuk dipisahkan dari tempat tahanan orang dewasa, dan selama masa
tahanan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial anak harus tetap dipenuhi Pasal 45;
e. Hak untuk dikeluarkan dari tahanan demi hukum apabila jangka waktu
penahanan telah habis Pasal 46 ayat 5, Pasal 47 ayat 4, Pasal 48 ayat 4, Pasal 49 ayat 4, Pasal 50 ayat 5;
f. Hak untuk mendapatkan bantuan hukum dari seorang atau lebih Penasehat
Hukum sejak ditangkap atau ditahan dan pada setiap tingkat pemeriksaan Pasal 51 ayat 1;
g. Hak untuk berhubungan langsung dengan Penasehat Hukum dengan diawasi
tanpa didengar oleh pejabat yang berwenang pada saat ditangkap atau ditahan Pasal 51 ayat 3;
h. Hak untuk didampingi oleh orang tua, wali, atau orang tua asuh, penasehat
hukum dan Pembimbing Kemasyarakatan selama proses pemeriksaan Pasal 57 ayat 2;
i. Hak untuk menjalani pidana atau di didik di Lembaga Pemasyarakatan
Anak yang harus terpisah dari orang dewasa, serta memperoleh pendidikan dan latihan sesuai bakat dan kemampuannya Pasal 60.
4. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak:
a. Hak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau
penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi Pasal 16 ayat 1;
b. Hak memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum Pasal 16 ayat 2;
c. Penangkapan, penahanan atau tindak pidana penjara sesuai dengan hukum
yag berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir Passal 16 ayat 3;
d. Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk mendapat perlakuan
secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa, memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya dalam setiap tahapan
upaya hukum, membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum
Pasal 17 ayat 1. 5. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun1999 Tentang Hak Asasi
Manusia:
41
a. Hak perlindungan hukum Pasal 58 ayat 1;
b. Hak untuk tidak dijadikan sasaran penganiayan, penyiksaan, atau
penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi dimana hukuman mati atau hukuman seumur hidup tidak dapat dijatuhkan kepada anak Pasal 66 ayat
1,2; c.
Hak untuk dirampas kemerdekaanya secara melawan hukum Pasal 66 ayat 3;
d. Hak penagkapan, penahanan, atau pidana penjara hanya sebagai upaya
terakhir Pasal 66 ayat 4;
41
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
e. Hak perlakuan yang manusiawi bagi anak yang dirampas kemerdekaanya
dan dipisahkan dari orang dewasa Pasal 66 ayat 5; f.
Hak bantuan hukum dan bantuan lainnya secra efektif bagi anak yang dirampas kebebasaanya Pasal 66;
g. Hak membela diri dan memperoleh keadilan bagi anak yang dirampas
kebebasannya di depan pengadilan yang objektif, tidak memihak dan sidang tertutup untuk umum.
6. Berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana KUHAP: Dalam masalah menyangkut hak-hak anak yang menjadi
tersangkaterdakwa atau anak yang berkonflik dengan hukum, ketentuan KUHAP masi tetap diperlukan karena Undang-Undang Pengadilaan Anak sendiri tidak ada
mencabut hak-hak tersangkaterdakwa didalam KUHAP, namun justru ketentuan yang terdapat dalam KUHAP tersebut dapat melengkapi apa yang diatur dalam
Undang-Undang Pengadilan Anak.
42
a. Hak untuk segera mendapat pemeriksaan oleh penyidik dan selanjutnya
dapat diajukan kepada Penuntut Umum Pasal 50 ayat 1; Hak-hak tersebut diatur dalam BAB VI Pasal 50 sampai Pasal 68, kecuali
Pasal 64 karena pasal tersebut menentukan hak terdakwa untuk diadili dalam persidangan yang terbuka untuk umum. Hal ini bertentangan dengan prinsip
persidangan anak yang harus dilakukan secara tertutup. Adapun hak-hak tersangkaterdakwa anak atau yang berkonflik dengan
hukum menurut KUHAP dapat diperinci sebagai berikut:
42
Gatot Supramono, Op. Cit., hlm.24.
b. Hak agar perkaranya segera diajukan ke pengadilan oleh Penuntut
Umum Pasal 50 ayat 2; c.
Hak untuk segera diadili oleh pengadilan Pasal 50 ayat 3; d.
Hak untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakakan kepadnya pada waktu
pemeriksaan dimulai dan tentang apa yang didakwakan kepadanya Pasal 51;
e. Hak untuk memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik atau
hakim Pasal 52; f.
Hak untuk setiap waktu mendapat bantuan juru bahasa dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan Pasal 53 ayat 1;
g. Hak mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebih Penasehat
Hukum selama dalam waktu pada setiap tingkat pemeriksaan Pasal 54; h.
Hak memilih sendiri Penasehat Hukumnya Pasal 55; i.
Dalam hal tersangkaterdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima
belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai
Penasehat Hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk Penasehat
Hukum bagi mereka yang memberikan bantuannya dengan cuma-cuma Pasal 56 ayat 1,2;
j. Hak menghubungi penasehat hukumnya Pasal 57 ayat 1;
k. Tersangka atau terdakwa yang berkebangsaan asing yang dikenakan
penahanan berhak menghubungi dan berbicara dengan perwakilan negaranya Pasal 57 ayat 2;
l. Tersangka atau terdakwa yang ditahan berhak menghubungi dan
menerima kunjungan dokter pribadinya untuk kepentingan kesehatan baik yang ada hubungannya dengan proses perkara maupun tidak Pasal
58; m.
Tersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan berhak diberitahukan tentang penahanan atas dirinya, kepada keluarganya atau
orang lain yang serumah dengan tersangka atau terdakwa ataupun orang lain yang bantuaanya dibutuhkan oleh tersangka atau terdakwa untuk
mendapat bantuan hukum atau jaminan bagi penaggulangan Pasal 59; n.
Hak menghubungi dan menerima kunjungan dari pihak yang mempunyai hubungan kekeluargaan atau lainnya dengan tersangka atau
terdakwa guna mendapat jaminan bagi penangguhan penahanan ataupun untuk usaha mendapatkan bantuan hukum Pasal 60;
o. Hak secara langsung atau dengan perantaraan penasehat hukumnya
menghubungi atau menerima kunjungan sanak keluarganya dalam hal yang tidak ada hubungannya dengan perkara Pasal 61;
p. Hak untuk mengirim surat kepada penasehat hukumnya, dan menerima
surat dari penasehat hukumnya dan sanak keluarganya Pasal 62 ayat 1;
q. Hak menghubungi dan menerima kunjungan dari rohaniawan Pasal
63; r.
Hak untuk mengusahakan dan mengajukan saksi atau seseorang yang memiliki keahlian khusus guna memberikan keterangan yang
menguntungkan bagi dirinya Pasal 65; s.
Hak untuk tidak dibebani kewajiban pembuktian Pasal 6 t.
Hak untuk meminta banding terhadap putusan pengadilan tingkat pertama Pasal 67;
u. Hak untuk menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi Pasal 68.
Apabila disinkronisasikan hukum nasional dan standar internasional terhadap perlindungan terhadap anak dimana Negara dalam melakukan upaya
perlindungan anak yang standarnya diakui secara internasioanl dapat melakukan ratifikasi terhadap konvensi-konvensi internasional tersebut, dengan
menyesuaikan pada kondisi sosial yang ada di suatu negara tentunya. Indonesia sendiri telah mengeluarkan dua undang-undang No. 3 Tahun 1997 tentang
Pengadilan Anak dan undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Melihat substansinya dan jika dikaitkan dengan standar internasional perlindungan anak, maka sebagaian besar hal-hal yang diatur di dalam konvensi-
konvensi tersebut di atur dalam kedua regulasi tersebut. Walaupun demikian masih ada beberapa hal yang sebenarnya sangat urgen yang belum diatur dalam
regulasi indonesia, hal tersebut adalah upaya pencegahan kenakalan anak. Pencegahan merupakan suatu usaha yang dilakukan sebelum terjadinya tindak
pidana atau antisipasi mulai sejak dini Preventif. Langkah pencegahan kriminalitas yang dilakukan oleh anak haruslah bertitik tolak dari penyebab
terjadinya kriminalitas tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa langkah pencegahan tersebut adalah:
43
1 Menciptkan kondisi lingkungan masyarakat yang kondusif;
Adalah tanggung jawab suatu pemerintah dalam upaya menciptakan lingkungan masyarakat yang kondusif, menciptakan masyarakat yang kondusif
tidak akan terlepas dari pembangunan ekonomi pun akan dapat berjalan dengan baik jika dikawal oleh sistem hukum yang benar-benar baik.
Sementara dalam mencegah terjadinya Anomie, maka negara perlu mengakomodir kultur dalam masyarakat menjadi sebuah hukum yang mesti
dipertahankan dalam rangka menjaga norma-norma tersebut tetap utuh. Organisasi masyarakat juga sudah selayaknya menghentikan pengotak-kotakan
masyarakat, khususnya dalam memberikan kesan buruk terhadap sebuah komunitas tertentu.
2 Menciptakan lingkungan keluarga dan rumah tangga yag harmonis;
Keluarga merupakan pilar utama dalam memonitor perkembangan anak, keluarga harus menjaga kedisiplinan anak namun pula haru dengan mengubah
cara pendekatan otoriter menjadi pendekatan yang persuasif kekeluargaan. Namun demikian hal tersebut baru akan dapat tercapai apabila terjadi di
lingkungan keluarga yang harmonis. 3
Memberikan pendidikan moralitas, etika dan agama bagi anak.
43
http:justital. Worpress.com20101017sinkronisasi-hukum-nasional-terhadap-
standar-internasional-perlindungan-anak Diakses tanggal 2 Mei 2012. Jam. 15.00
Pendidikan moralitas, etika dan agama selayaknya didapatkan oleh anak sejak di linkungan keluarganya sebagai lingkungan yang paling bertanggung jawab
atas perkembangan etika anak. Selain pendidikan moral, etika dan agama harusnya mendapatkan porsi lebih institusi pendidikan formal, sebagai harapan
agar pembelajaran atas etika betul-betul menjadi perhatian anak, jadi tidak semata-mata hanya menjadi pelajaran sampingan yang disepelekan oleh anak.
B. Perlindungan Anak Pelaku Tindak Pidana Dalam Undang-Undang No. 3