Untuk membahas perlindungan terhadap anak secara lebih jelas lagi, maka disini penulis akan memaparkan secara khusus mengenai perlindungan terhadap anak
baik secara hukum internasional, maupun perlindungan terhadap anak secara hukum nasional.
30
Konvensi Hak Anak menjadi dokumen HAM yang spesifik mengenai hak anak, terlengkap dan telah diratifikasi oleh paling banyak negara peserta state
parties. Sebelum lahir Konvensi Hak Anak, masyarakat internasional telah memiliki dokumen hak anak yang merupakan bahan pertimbangan dilahirkannya
Konvensi Hak Anak.
1. Instrumen Hukum Internasional
Melihat situasi buruk atas anak, menyadarkan masyarakat internasional membangun sebuah bangunan dunia yang lebih baik bagi anak a better place for
children. Secara global UNICEF mengembangkan dan mengkampanyekan tesis pembangunan yang pro anak, di mana sudah tiba saatnya bagi bangsa dan negara
di dunia meletakkan kebbutuhan dan hak anak dalam pusat strategi pembangunan. Untuk menjamin tegaknya hak-hak anak, pada tahun 1989 PBB menyetujui
Konvensi Hak Anak KHA-UN’s Conventionn on the Rights of the child yang menegakan jaminan hak-hak anak untuk hidup, hak untuk berkembang, hak atas
perlindungan dan hak partisipasi anak.
31
30
http:justital.Worpress.com20101017sinkronisasi-hukum-nasional-terhadap standar- internasional-perlindungan-anak Diakses tanggal 2 Mei 2012. Jam. 15.00
31
Muhammad Joni Zulcaina, Hukum Perlindungan Anak Dalam Perspektif Konvensi Hak Anak, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, halaman 98.
Perlindungan hukum terhadap anak dapat diartikan sebagai upaya perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak
fundamental rights and freedoms of children, serta berbagai kepentingan yang berhubungan dengan kesejahteraan anak. Dengan demikian, masalah perlindu
ngan hukum bagi anak mencakup ruang lingkup yang sangat luas. Perhatian kepada anak dalam masyarakat internasional memang sedikit dan dapat dilihat
dari ditetapkannya sejumlah instrumen internasional yang berkenaan dengan anak. Beberapa diantaranya yang eksplisit menyebut anak dapat dijumpai dalam :
1. 1924 Geneva Declaration of the Rights of the child
2. 1959 UN General Assembly Declaration on Civil and Rights of the Child
3. 1966 Internasional Convenant on Civil and Rights of the Child
4. 1966 Internasional Convenant on Economic, Sosial Cultural Rights
5. 1989 UN Convenant on the Rights of the Child
32
Menurut Arif Gosita, usaha-usaha perlindungan anak ini sebenarnya merupakan suatu tindakan hukum yang mempunyai akibat hukum, oleh karena itu
perlu adanya jaminan hukum bagi kegiatan perlindungan anak tersebut. Kepastian hukumnya perlu diusahakan demi kelangsungan kegiatan perlindungan anak dan
mencegah penyelewengan yang membawa akibat negatif yang tidak diinginkan dalam pelaksanaan kegiatan perlindungan anak.
33
Berbagai dokumeninstrumen Internasional dalam upaya memberikan perlindungan terhadap anak sudah sepantasnya mendapat perhatian semua negara
termasuk juga negara Indonesia dan diimplementasikan kedalam berbagai bentuk
32
Nandang Sambas. Op. Cit, hlm. 76
33
Maulana Hassan Wadong, Advokasi Dan Perlindungan Anak, PT Grasindo, Jakarta, 2000, hlm.40
kebijakan perundang-undangan dan kebijakan sosial lainya. Mengabaikan masalah perlindunhan anak berarti tidak akan memantapkan pembangunan
nasional. Maka ini berarti bahwa perlindungan anak harus diusahakan dalam berbagai cara apabila kita ingin mengusahakan pembangunan nasional yang
memuaskan. Berikut diuraikan prinsip-prinsip perlindungan atas hak anak yang
berkonflik dengan hukum dalam berbagai dokumeninstrumen hukum internasional:
1. Berdasarkan Peraturan-Peraturan Minimum Standar PBB Mengenai Administrasi Peradilan Bagi Anak The Beijing Rules secara umum, bahwa
remaja adalah seorang anak muda yang menurut sistem hukum masing-masing, dapat diperlukan atas suatu pelanggaran hukum dengan cara yang berbeda dari
perlakuan terhadap orang dewasa. Mengacu pada peraturan di atas, terlihat bahwa, penentuan umur bagi seorang anakremaja ditentukan berdasarkan sistem hukum
masing-masing negara. Ini berarti, batas usia anakremaja untuk masing-masing negara berbeda. “Beijing Rules” hanya memberikan rambu-rambu agar penentuan
batas usia anak, jangan ditetapkan dalam usia yang terlalu rendah. Hal ini, akan berkaitan dengan masalah emosional, mental dan intelektual. Artinya, “Beijing
Rules” menganggap, bahwa pada usia yang terlalu rendah, seseorang belum dapat dikatakan dewasa secara emosional, dewasa secara mental dan dewasa secara
intelektual, sehingga perbuatannya tidak dapat dipertanggungjawabkan secara
pidana.
34
a. Pelaksanaan peradilan pidana terhadap anak harus efektif, adil, dan bersifat
manusiawi tanpa adanya perbedaan diskriminasi; Untuk lebih jelasnya Peraturan-peraturan minimum standar PBB
mengenai administrasi peradilan anak The Beijing Rules adalah sebagai berikut:
b. Penentuan batas usia pertanggungjawaban pelaku anak berkisar tujuh tahun
hingga delapan belas tahun atau lebih tua; c.
Pelaku anak memiliki hak praduga tak bersalah, hak diberitahu akan tuntutannya, hak untuk tetap diam, hak didampingi pengacara, hak kehairan
orangtua atau wali, hak untuk menghadapi dan memeriksa sidang saksi- saksi dan hak untuk naik banding ke tingkat berikutnya serta perlindungan
privasi; d.
Pemberitahuan penangkapan anak pelaku tindak pidana secepatnya kepada orangtua atau walinya;
e. Pada saat penangkapan pelaku anak harus terhindar dari tindakan kekerasan
fisik, bahasa kasar, atau terpengaruh oleh lingkungan; f.
Anak pelaku tindak pidana diupayakan untuk dilakukan pengalihan dari proses formal ke informal oleh pihak yang berwenang yang berkompeten;
g. Penahanan sebelum pemutusan pengadilan dilakukan sebagai pilihan
terakhir dan dalam waktu yang singkat; h.
Pelaku yang berada di bawah penahanan sebelum pengadilan, mempunyai hak dan mendapat jaminan pemenuhan hak;
34
Wuluyadi, Op. Cit., hlm. 41
i. Pelaku yang ditahan sebelum putusan pengadilan dipisahan dari orang
dewasa; j.
Selama proses pengadilan, pelaku mempunyai hak untuk diwakili oleh seorang penasehat hukum atau untuk memohon bantuan hukum dengan
biaya bebas; k.
Orangtua atau wali pelaku anak berhak ikut serta dalam proses peradilan dan berwenang untuk menghadiri persidangan demi kepentingan pelaku;
l. Hakim dalam memutuskan perkara anak pelaku tindak pidana harus
memperhatikan laporan penelitian dari lembaga sosial; m.
Hukuman hanya dijalankan sebagai upaya terakhir dan penjara terhadap anak harus dihindarkan dari bentuk penderitaan fisik;
n. Hukuman mati tidak dapat dikenakan pada setiap kejahatan apapun yang
dilakukan oleh anak; o.
Anak pelaku tindak pidana tidak boleh menjadi subyek hukuman badan dan mengupayakan tindakan alternatif sebagai hukuman;
p. Pihak yang berwenang secara hukum memiliki kekuasaan untuk mengakhiri
proses peradilan pada setiap saat; q.
Pelaku anak sedapat mungkin dihindarkan dari penhanan kecuali terhadap perlindungan secara maksimal terhadap pelaku;
r. Upaya menghindarkan penempatan anak pada Lembaga Pemasyarakatan,
jika terpaksa diupayakan sesingkat mugkin;
s. Pelaku mendapatkan bantua seperti; penginapan, pendidikan, atau latihan
keterampilan, pekerjaan atau bantuan lain yang bersifat membantu dan praktis dengan tujuan mempermudah proses rehabilitasi;
t. Anak pelaku tindak pidana ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan
terpisah dengan orang dewasa dan ditahan pada lembaga terpisah; u.
Pelanggar hukum wanita muda ditempatkan pada Lembaga Pemasyarakatan terpisah dan patut mendapat perhatian khusus terhadap keperluan dan
masalah pribadinya; v.
Demi kepentingan dan kesejahteraan remaja yang ditahan di Lembaga Pemasyarakatan, orangtua atau wali memiliki hak akses untuk
mengetahuinya; w.
Adanya penggalangan sukarelawan dan pelayanan masyarakat dalam pembinaan anak pelaku tindak pidana;
x. Pembebasan bersyarat terhadap anak pelaku tindak pidana oleh Lembaga
Pemasyarakatan sedini mungkin dan adnya pengawasan dan bantuan terhadap pelaku yang diberi pembebasan bersyarat.
2. Berdasarkan Konvensi Hak-Hak Anak Convention on teh Right of the Child Perserikatan Banga-Bangsa 1989:
Melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB yang telah mengesahkan Konvensi Hak Anak UN,s Convention on the Rights of the Child pada 20 November 1989,
yang hingga kini telah mengikat 191 seratus sembilan puluh satu negara peserta state parties, maka upaya promosi, penyebaran penegakan hak-hak anak
digerakkan ke seluruh dunia, utamanya di negara-negara yang telah meratifikasi
Konvensi Hak Anak. Hak-hak Anak yang dimaktub dalam Konvensi Hak Anak, merupakan sebuah instrumen internasional yang secara hukum mengikat negara-
negara peratifikasi untuk mengimplementasikan Konvensi Hak Anak yang terdiri atas 54 lima puluh empat pasal itu.
35
a. Seorang anak tidak akan dikenai penyiksaan atau pidana dan tindakan
lainnya yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat; Adapun perlindungan terhadap Anak
adalah sebagi berikut:
b. Pidana mati maupun pidana penjara seumur hidup tanpa kemungkin
memperoleh pelepasanpembebasan “without possibility of release” tidak akan dikenakan kepada anak yang berusia di bawah 18 tahun;
c. Tidak seorang anak pun dapat dirampas kemerdekaannya secara melawan
hukum atau sewenang-wenang; d.
Penagkapan, penahanan dan pidana penjara hanya akan digunakan sebagai tindakan dalam upaya terakhir dan untuk jangka waktu yang sangat
singkatpendek; e.
Setiap anak yang dirampas kemerdekaanya akan diperlakukan secara manusiawi dan dengan menghormati martabatnya sebagai manusia;
f. Anak yang diraampas kemerdekaanya akan dipisah dari orang dewasa dan
berhak melakukan hubungankontak dengan keluargaya; g.
Setiap anak yang dirampas kemerdekaannya berhak memperoleh bantuan hukum, berhak melawanmenentang dasar hukum perampasan kemerdekaan
atas dirinya di muka pengadilan atau pejabat lain yang berwenang dan tidak
35
M.Joni Zulchaina, Op. Cit., hlm. 3
memihak, serta berhak untuk mendapat keputusan yang cepattepat atas tindakan terhadap dirinya itu;
h. Tiap anak yang dituduh, dituntut atau dinyatakan telah melanggar hukum
pidana berhak diperlukan dengan cara-cara: 1.
Yang sesuai dengan kemajuan pemahaman anak tentang harkat dan martabatnya;
2. Yang meperkuat penghargaanpenghormatan anak ada hak-hak asasi dan
kebebasan orang lain; 3.
Mempertimbangkan usia anak dan keinginan untuk memajukanmengembangkan pengintegrasian kembali anak serta
mengembangkan harapan anak akan perannya yang konstruktif di masyarakat.
i. Tidak seorang anak pun dapat dituduh, dituntut atau dinyatakan melanggar
hukum pidana berdasarkan perbuatan atau “tidak berbuat sesuatu” yang tidak dilarang oleh hukum nasional maupun internasional pada saat
perbuatan itu dilakukan; j.
Tiap anak yang dituduh atau dituntut telah melanggar hukum pidana, sekurang-kurangnya memperoleh jaminan-jaminan hak-hak:
1. Untuk dianggap tidak bersalah sampai terbukti kesalahannya menurut
hukum; 2.
Untuk diberitahu tuduhan-tuduhan atas dirinya secara cepat dan langsung “promptly dan directly” atau melalui orang tua, wali atau
kuasa hukumnya;
3. Untuk perkaranya diputusdiadili tanpa penundaan tidak berlarut-larut
oleh badankekuasaan yang berwenang, mandiri dan tidak memihak; 4.
Untuk tidak dipaksa memberikan kesaksian atau pengakuan bersalah; 5.
Apabila dinyatakan telah melanggar hukum pidana, keputusan dan tindakan yang dikenakan kepadanya berhak ditinjau kembali oleh
badankekuasaan yang lebih tinggi menurut hukum yang berlaku; 6.
Apabila anak tidak memahami bahasa yang digunakan, ia berhak memperoleh bantuan penterjemah secara cuma-cuma gratis;
7. Kerahasian pribadinya dihormatidihargai secara penuh pada semua
tingkatan pemeriksaan. 8.
Negara harus berusaha membentuk hukum, prosedur, pejabat yang berwenang dan lembaga-lembaga yang secara khusus
diperuntukkanditerapkan kepada anak yang dituduh, dituntut atau dinyatakan telah melanggar hukum pidana, khususnya:
1. Menetapkan batas usia minimal anak yang dipandang tidak mampu
melakukan pelanggaran hukum pidana; 2.
Apabila perlu diambilditempuh tindakan-tindakan terhadap anak tanpa melalui proses peradilan, harus ditetapkan bahwa hak-hak
asasi dan jaminan-jaminan hukum bagi anak harus sepenuhnya dihormati.
i. Bermacam-macam putusan terhadap anak a.1. perintahtindakan untuk
melakukan perawatanpembinaan, bimbingan, pengawasan, program- progaram pendidikan dan latihan serta pembinaan institusional lainnya
harus dapat menjamin bahwa anak diperlakukan dengan cara-cara yang sesuai dengan kesejahteraanya dan seimbang dengan keadaan lingkungan
mereka serta pelanggaran yang dilakukan. Setelah dilakukannya ratifikasi atas Konvensi Hak-Hak Anak oleh
Pemerintah Indonesia dengan mengeluarkan Keppres Nomor 6 Tahun 1990, maka secara hukum menimbulkan kewajiban kepada Indonesia negara peserta untuk
mengimplementasikan hak-hak anak tersebut dengan menyerapnya ke dalam hukum nasioanal.
Dalam hal Undang-Undang Pengadilan Anak, dapat dikemukakan merupakan perwujudan dan penampungan dari kaidah hukum Konvensi Hak
Anak mengenai peradilan khusus untuk anak-anak yang berkonflik dengan hukum children in conflict with law.
36
Berangkat dari pembatasan di atas, maka lingkup perlindungan hukum bagi anak-anak mencakup: 1 Perlindungan terhadap kebebasan anak; 2
2. Instrumen Hukum Nasional