3. Hak untuk mendapat perlindungan dari ancaman, penganiayaan, pemerasan
dari pihak yang beracara; 4.
Hak untuk mendapat fasilitas dalam rangka waktu pemeriksaan dan penuntutan;
5. Hak untuk didampingi oleh penasehat hukum.
d. Pelimpahan Perkara ke Pengadilan
Apabila Penuntut Umum sudah selesai mempelajari berkas perkara hasil penyidikan, dan Penuntut Umum berpendapat bahwa tindak pidana yang
disangkakan dapat dituntut, maka Penuntut Umum dalam waktu secepatnya membuat surat dakwaan, yang merupakan dasar adanya suatu perkara pidana
dan dasar Hakim melakukan pemeriksaan. Setelah surat dakwaan dibuat, berkas perkara dilimpahkan ke Pengadilan dengan membuat surat pelimpahan
perkara. Dalam surat pelimpahan perkara, dilampirkan surat dakwaan, berkas perkara dan surat permintaan agar Pengadilan Negeri yang bersangkutan segera
mengadilinya. Fotokopi surat pelimpahan perkara tersebut, disampaikan kepada tersangka atau kuasanya dan kepada Penyidik.
3. Tahap Pemeriksaan Persidangan
Pada dasarnya, Hakim yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara anak nakal di peradilan tingkat pertamapengadilan negeri disebut Hakim
Anak.
68
68
Pasal 1 butir 7 Undang-Undang No. 3 Tahun 1997
Hakim Anak ini ditetapkan dengan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung atas usul Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan melalui Ketua
Pengadilan Tinggi.
69
Hakim memeriksa dan memutus perkara anak dalam tingkat pertama sebagai hakim tunggal. Adapun syarat-syarat untuk dapat diangkat
sebagai Hakim Anak adalah :
70
a. Telah berpengalaman sebagai Hakim di Pengadilan dalam lingkup
Peradilan Umum; dan b.
Mempunyai minat, perhatian, dedikasi, dan memahami masalah anak. Adapun acara peradilan anak nakal, adalah sebagai berikut :
a. Laporan pembimbing kemasyarakatan.
71
b. Pembukaan Sidang Anak.
Hakim membuka sidang dan menyatakan sidang tertutup untuk umum. Terdakwa lalu dipanggil masuk ke ruangan sidang bersama orang tua,
wali, orang tua asuh, penasihat hukum, dan pembimbing kemasyarakatan. Selama dalam persidangan terdakwa didampingi oleh : orang tua, wali,
orang tua asuh, penasehat hukum dan pembimbing kemasyarakatan. Menurut kebiasaan hakimlalu memeriksa identitas terdakwa, dan setelah
itu hakim mempersilahkan jaksa penuntut umum membackan surat dakwaannya. Sesudahnya kalau ada kepada terdakwa atau penasihat
hukumnya diberi kesempatan mengajukan tangkisan atau eksepsi atas dakwaan jaksa penuntut umum.
72
69
Pasal 9 Undang-Undang No. 3 Tahun 1997
70
Pasal 10 Undang-Undang No. 3 Tahun 1997
71
Sebelum sidang dibuka, Hakim memerintahkan agar Pembimbing Kemasyarakatan menyampaikan laporan hasil penelitian Kemasyarakatan mengenai anak yang bersangkutan.
Laporan sebagaimana dimaksud adalah berisi: a.
Data individu anak, keluarga, pendidikan dan kehidupan sosial anak, dan b.
Kesimpulan atau pendapat dari Pembimbing Kemasyarakatan. Pasal 56 Undang-Undang No. 3 Tahun 1997
72
Darwan Prints, Op. Cit., hlm. 54
c. Pemeriksaan Saksi
Pada waktu pemeriksaan saksi, hakim dapat memerinthkan agar terdakwa anak dibawa ke luar sidang. Sementara orang tua, wali, orang tua asyh,
penasehat hukum dan pembimbing kemasyarakatan tetap hadir di ruang sidang. Maksud dari tindakan ini, adalah agar terdakwa anak tidak
terpengaruh kejiwaanya apabila mendengar keterangan saksi yang mungkin sifatnya memberatkan. Selesai pemeriksaan saksi-saksi menurut
kebiasaan dalam KUHAP acara dilanjutkan dengan mendengar keterangan terdakwa anak itu sendiri.
73
d. Mengemukakan hal-hal yang bermanfaat bagi anak.
Sebelum mengucapkan putusannya, hakim memberi kesempatan kepada: 1
Orang tua; 2
Wali; atau 3
Orang tua asuh Untuk mengemukakan segala hal yang bermanfaat bagi anak. Selesai acara
ini jaksa penuntut umum menyampaikan tuntutan hukum atas diri terdakwa anak. Selanjutnya penasehat hukum terdakwa anak
menyampaikan pula pledoi pembelaan atas terdakwa anak tersebut.
74
e. Putusan
Memberi putusannya hakim wajib mempertimbangkan laporan penelitian kemasyarakatan dari pembimbing kemasyarakatan, dan putusan harus
diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum. Putusan yang tidak
73
Pasal 58 Undang-Undang No. 3 Tahun 1997
74
Pasal 59 Undang-Undang No. 3 Tahun 1997
diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum, adalah batal demi hukum. Putusan hakim dalam Sidang Pengadilan Anak dapat berupa
menjatuhkan pidana atau tindakan kepada terdakwa anak nakal. Pidana itu berupa
75
1 Pidana Penjara;
:
2 Pidana Kurungan;
3 Pidana Denda; atau
4 Pidana Pengawasan.
Di samping pidana pokok, juga dapat dihukum dengan pidana tambahan berupa:
1 Perampasan barang tertentu; danatau
2 Pembayaran ganti kerugian.
Sedangkan tindakan yang dijatuhkan kepada anak nakal, dapat berupa
76
a. Mengembalikan anak kepada:
:
1 Orang tua;
2 Wali; atau
3 Orang tua asuh.
b. Menyerahkan anak kepada negara anak negara untuk mengikuti
pendidikan, pembinaan dan latihan kerja; atau c.
Menyerahkan anak nakal kepada Departemen Sosial, atau organisasi sosial kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan, pembinaan, dan
latihan kerja.
75
Pasal 23 Undang-Undang No. 3 Tahun 1997
76
Pasal 24 Undang-Undang No. 3 Tahun 1997
Tindakan dalam hal ini disertai dengan teguran dan syarat tambahan yang ditetapkan oleh hakim. Teguran dapat dilakukan secara langsung oleh hakim
atau tidak langsung oleh orang tuawaliorang tua asuh OTA. Teguran itu berupa peringatan kepada anak untuk tidak melakukan tindak pidana lagi.
77
Hakim yang menangani perkara pidana anak sedapat mungkin mengambil tindakan yang tidak memisahkan anak dari orangtuanya, atas pertimbangan
bahwa rumah yang jelek lebih baik dari Lembaga Pemasyarakatan Anak yang baik a bad is better than a good institutionprison. Hakim yang
siyogianya benar-benar teliti dan mengetahui segala latar belakang anak sebelum sidang dilakukan. Dalam mengambil putusan, hakim harus benar-
benar memperhatikan kedewasaan emosional, mental, dan intelektual anak. Dihindarkan putusan hakim yang yang mengakibatkan penderitaan batin
seumur hidup atau dendam pad anak, atas kesadaran bahwa putusan hakim bermotif perlindungan.
f. Dasar Pertimbangan Keputusan Hakim
78
a. Keadaan psikologis anak pada saat melakukan tindak pidana anak
Bila tidak ada pilihan lain kecuali menjatuhkan pidana terhadap anak, patut diperhatikan pidana yang tepat. Untuk memperhatikan hal tersebut, patut
dikemukakan sifat kejahatan yang dilakukan; perkembangan jiwa anak; tempat menjalankan hukuman. Berdasarkan penelitian normatif, diketahui
bahwa yang menjadi dasar pertimbangan bagi Hakim dalam menjatuhkan putusan, antar lain :
77
Darwan Prints, Op. Cit., hlm. 56
78
Maidin Gultom, Op.cit, hlm.120
Hakim harus mengetahui latar belakang dan faktor-faktor penyebab anak melakukan tindak pidana. Misalnya, anak melakukan tindak pidana
tersebut karena ingin membela diri, anak dalam keadaan emosi, karena faktor lingkungan atau pergaulan dan faktor-faktor yang demikian
menjadi pertimbangan bagi hakim untuk menjatuhkan hukuman pidana anak.
b. Keadaan psikologis anak setelah pidana
Hakim harus memikirkan dampak atau akibat yang ditimbulkan terhadap anak setelah dipidana. Pemidanaan anak bukan hanya bertujuan untuk
memidana, melainkan untuk menyadarkan anak, agar tidak melakukan tindak pidana yang sama atau tindak pidana yang lainnya setelah
menjalani pidana. Perkembangan jiwa anak setelah menjalani pidana, menjadi perhatian Hakim dalam menjatuhkan pidana, bila tidak demikian
halnya maka dikhawatirkan perkembangan jiwa anak bukan menjadi semakin baik namun sebaliknya, anak akan menjadi lebih buruk.
c. Keadaan psikologis Hakim dalam menjatuhkan pidana Hakim harus mempertimbangkan berat ringannya kenakalan yang
dilakukan anak. Jika kenakalan dilakukan anak menurut pertimbangan Hakim sudah keterlaluan atau dapat membahayakan masyarakat, maka
dapat menjatuhkan pidana. Atas pertimbangan kepentingan anak, hakim dapat memutuskan agar anak diserahkan ke Departemen Sosial atau
Organisasi Sosial Kemasyarakatan untuk dididik dan dilatih serta dibina. Apabila Hakim merasa perbuatan anak tidak dahulu terlalu berat atau
tidak membahayakan, maka Hakim dapat mengembalikannya kepada orangtua, wali atau orangtua asuhnya untuk lebih dipertahankan atau
diawasi dan dibina kembali.
79
1 Perbuatan terlalu berlebihan dan bahkan menyamai kejahatan yang
dilakukan orang dewasa; Secara singkat dapat dikatakan bahwa dasar pertimbangan Hakim
menjatuhkan pidana terhadap anak, adalah latar belakang kehidupan anak yang meliputi keadaan anak baik fisik, psikis, sosial maupun ekonominya,
keadaan rumah tangga orangtua atau walinya, keterangan mengenai anak sekolah atau tidak, hubungan atau pergaulan anak dengan lingkungannya,
yang dapat diperoleh Hakim dari Petugas Pemasyarakatan. Pertimbangan dijatuhkannya pidana, adalah dengan harapan selama berada di Lembaga
Pemasyarakatan Anak, anak yang bersangkutan mendapat bimbingan dan pendidikan dari Pembimbing Kemasyarakatan. Dalam menjatuhkan pidana
terhadap anak nakal, hakim memperhatikan hal-hal yang dapat memberatkan dan hal-hal yang dapat meringankan.
Hal-hal yang memberatkan seperti :
2 Anak pernah dihukum;
3 Usianya sudah mendekati dewasa;
4 Anak cukup berbahaya.
Hal-hal yang meringankan yaitu : 1
Si terdakwa mengakui terus terang perbuatanya;
79
Ibid
2 Terdakwa menyesali perbuatanya;
3 Terdakwa belum pernah dihukum;
4 Terdakwa masih muda dan masih banyak baginya kesempatan untuk
memperbaiki kesalahannya; 5
Bila tindakannya dilatarbelakangi pengaruh yang kuat dari keadaan lingkungannya, keluarga berantakan, anak dilatarbelakangi atau
kurang diperhatikan orangtuanya.
80
C. Kelemahan Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Dikaitkan dengan Perlindungan Terhadap Anak.