Tahap Pemeriksaan Penuntutan Perlindungan Anak Pelaku Tindak Pidana Dalam Undang-Undang No. 3

Kenyataan dimaksud untuk menghindari kesalahan penagkapan dan atau penahanan terhadap hak-hak anak. 58

a. Penuntutan Umum Anak

2. Tahap Pemeriksaan Penuntutan

Tahapan setelah penyidikan yaitu tahapan penuntutan, yang dijalankan oleh penuntut umum. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana memuat wewenang penuntut umum untuk menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik atau penyidik pembantu. Setelah menerima dan memeriksa berkas perkara, penuntut berkewajiban mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan oleh pihak penyidik, dengan memberi petunjuk dan arahan apa saja yang mesti mendapat penyempurnaan berkas penyidikan dari penyidik. Apabila diperlukan untuk proses penyidikan penuntut dapat melakukan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan atau penahanan lanjutan dan atau mengubah status tahanan setelah perkaranya dilimpahkan oleh penyidik. 59 Pengertian tentang penuntutan dijelaskan dalam KUHAP pasal 1 butir 7 sebagai berikut: “Penuntutan adalah menuntut seorang terdakwa di muka hakim pidana dengan jalan menyerahkan perkara seorang terdakwa dengan berkas perkaranya kepada hakim, dengan permohonan, supaya hakim memeriksa dan kemudian memutuskan perkara pidana itu terhadap terdakwa”. 60 58 Maulana Hassan Wadong. Op.Cit. hlm. 67 59 Marlina. Op.Cit. hlm. 103 60 Pasal 1 butir 7 KUHAP Penuntut umum deberi wewenang untuk menahan penahanan lanjutan guna kepentingan penuntutan paling lama 10 hari Pasal 46 ayat 2 Undang- undang Pengadilan Anak. Dalam menahan tersangka di tingkat penuntutan, penuntut umum anak wajib mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh bahwa penahanan tersebut dilakukan kepentingan anak dan kepentingan masyarakat. Dan pertimbangan tersebut harus dinyatakan secara tegas dalam surat perintah penahanan Pasal 45 ayat 1 dan ayat 2 Undang-Undang Pengadilan Anak Apabila dalam masa penahanan tersebut 10 hari penuntut umum belum dapat menyelesaikan tugasnya, maka atas permintaan penuntut umum penahanan dapat doperpanjang oleh Ketua Pengadilan Negeri yang berwenang untuk paling lama 15 hari. Dengan total waktu 25 hari penuntut umum harus dapat melimpahkan berkas perkara anak kepada pengadilan negeri. Jika waktu tersebut terlampaui dan berkas perkara juga belum dilimpahkan oleh penuntut umum akibatnya tersangka harus dikeluarkan dari tahanan demi hukum. Penuntutan dikaitkan dengan prapenuntutan terlihat adanya hubungan yang erat antara Jaksa Penuntut Umum dengan pihak Penyidik dalam penanganan kasus pidana. Jaksa Penuntut Umum berwenang mengembalikan berkas perkara kepada penyidik dengan tujuan penyempurnaan penyidikan yang disebut dengan prapenuntutan. Tugas penyidik selesai apabila berkas perkara dinyatakan sudah lengkap telah diterbitkan P-21, berakhirlah masa prapenuntutan beralih menjadi penuntutan. Berkas yang diterima dari penyidik telah sempurna selanjutnya penuntut harus membuat surat dakwaan sesuai dengan Pasal 140 ayat 1 KUHAP. Dalam membuat suarat dakwaan yang harus dipedomani oleh penuntut umum adalah Pasal 143 KUHAP terutama ayat 2 dan ayat 3-nya. Bahwa surat dakwaan harus memenuhi syarat formil dan syarat materil. Yang dimaksud dengan syarat formil adalah: 61 a. Diberi tanggal dan ditandatangani. b. Memuat mengenai identitas terdakwa secara lengkap, seperti: 1 Nama lengkap; 2 Tempat lahir; 3 Umur atau tanggal lahir; 4 Jenis kelamin; 5 Kebangsaan; 6 Tempat tinggal 7 Agama dan pekerjaan terdakwa Kemudian mengenai syarat materil surat dakwaan adalah sebagaimana ditentukan dalam Pasal 143 ayat 2 huruf b KUHP, bahwa dalam surat dakwaan penuntut umum memuat: 62 a. Cermat b. Cermat berarti, bahwa surat dakwaan itu dipersiapkan sesuai dengan Undang- Undang yang berlaku bagi terdakwa, tidak terdapat kekurangan atau kekeliruan, misalnya: 63 1 Apakah ada pengaduan dalam hal delik aduan? 2 Apakah penerapan hukumketentuan pidananya sudah tepat; 61 Pasal 143 ayat 2 huruf a KUHAP 62 Pasal 143 ayat 2 huruf b KUHAP 63 Darwan Prints, Op. Cit., hlm. 51 3 Apakah terdakwa dapat dipertanggungjawabkan? Perhatikan ketentuan Pasal 44, 48, 49, 50 dan 51 KUHAP. 4 Apakah belum daluwarsa? 5 Apakah tidak nebis un idem ? Dalam hal ini perlu juga diperhatikan, apakah terjadi pelanggaran Hukum Acara Pidana KUHAP ketika memperoses pembuatan Berita Acara Pemeriksaan atau tidak? Apakah tersangkaterdakwa ketika disidik didampingi oleh penasehat hukum atau tidak? Ini terutama sekali dalam hal-hal yang diwajibkan oleh Pasal 56 KUHAP. c. Jelas Jelas berarti, bahwa surat dakwaan harus mampu merumuskan semua unsur- unsur delik yang didakwakan dan uraian perbuatan materil yang dilakukan oleh terdakwa. d. Lengkap Lengkap berarti, bahwa surat dakwaan harus mencakup semua unsur-unsur yang ditentukan KUHAP, seperti: 1 Locus delicti tempat kejadian tindak pidana, dan 2 Tempus delicti waktu terjadinya tindak pidana. Apabila tidak memenuhi syarat tersebut maka surat dakwaan itu akan batal demi hukum sesuai dengan Pasal 143 ayat 3 KUHAP yaitu “surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 huruf b batal demi hukum”. Setelah itu surat dakwaan tersebut harus ditanda tangani oleh penuntut umum. 64 Penuntut umum anak yang diberi tugas untuk melakukan penuntutan terhadap perkara anak nakal, selanjutnya melimpahkan berkas perkara ke pengadilan negeri disertai dengan surat dakwaan. Pelimpahan berkas perkara pidana dilakukan penuntut umum dengan Surat Pelimpahan Perkara dengan permintaan agar pengadilan negeri segera mengadili perkara tersebut. Dalam pelimpahan itu penuntut umum juga menyerahkan barang bukti ke pengadilan. Setelah perkara dilimpahkan penuntut umum menunggu penetapan hakim tentang hari sidang perkara tersebut yang segera akan dikirim oleh pengadilan. Surat dakwaan yang sudah dilimpahkan ke pengadilan, dapat dirubah oleh penuntut umum sebelum pengadilan menetapkan hari sidang. Perubahan itu dimaksud untuk menyempurnakan surat dakwaan maupun untuk tidak melanjutkan penuntutannya. Perubahan surat dakwaan yang diperbolehkan KUHAP hanya satu saja. 65 Tindakan untuk memberikan perlindungan terhadap anak sebagai terdakwa, dilakukan oleh jaksa berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan oleh hukum, yaitu surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 tahun 1959 tentang bagaimana meperlakukan sistem peradilan pidana anak yang sebenarnya. Dalam hal jaksa melakukan tugas penuntutan yang sesuai dengan ketentuan Pasal 1 ayat 7, Pasal 14, Pasal 110 ayat 3, Pasal 138 KUHAP sebagai pedoman pelakanaan penuntutan dan prapenuntutan; juga harus memperhatikan ketentuan-ketentun 64 Pasal 143 ayat 3 KUHAP 65 Gatot Supramono. Op. Cit. Hlm. 57 penuntutan yang diatur dalam surat edaran Mahkamah Agung, No. 3 Tahun 1959; khususnya yang mengatur tentang sikap jaksa dan cara jaksa dalam melakukan tugas penuntutan terhadap seorang anak yang menjadi terdakwa. Dalam tugas- tugas, Penuntut Umum diwajibkan untuk mengikuti anjuran yang ditentukan sebagai berikut: 66 1. J aksa dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, pembacaan dakwaaan dalam persidangan tidak diperbolehkan menggunakan toga atau pakaian-pakaian dinas masing-masing. 2. K ejaksaan harus menunjuk seorang jaksa khusus sebagai Penuntut Umum untuk perkara anak. 3. S urat dakwaan harus dibuat sesederhana mungkin, agar tidak menyulitkan anak untuk memahami dan mengikuti tujuan persidangan.

b. Penghentian Penuntutan

Dalam sidang anak, ada kemungkinan penyimpangan perkara. Terdapat dua alasan penyimpangan perkara, yaitu: penyimpangan perkara berdasarkan asas oportunitas karena alasan demi kepentingan umum; dan penyimpangan perkara karena alasan demi kepentingan hukum. Terhadap proses penyimpangan perkara yang ditutup demi hukum, tidak sama dengan perkara yang ditutup demi kepentingan umum, karena : 66 Maulana Hassan Wadong, Op.Cit., hlm. 72 1 “demi hukum” tidak sama pentingnya “demi kepentingan umum” sebab hukum juga mengatur kepentingan individual selain kepentingan umu; 2 Perkara yang ditutup “demi hukum” tidak dideponir secara defenitif, tetapi msih dapat dituntut bilamana ada alasan baru, sedangkan perkara yang ditutup defenitive demi kepentingan umum, tidak boleh dituntut kembali walaupun cukup alat buktinya. 67 Terdapat tiga alasan tidak melakukan penuntutan, yaitu : 1. Demi kepentingan Negara Katagori kepentinagan Negara, dapat terjadi apabila dari suatu perkara akan memperoleh tekanan yang tidak seimbang, sehingga kecurigaan masyarakat dalam keadaan tersebut menyebabkan kerugian besar Negara, maka terhadap perkara tersebut tidak dilakukan penuntutan. 2. Demi kepentingan masyarakat Kategori-kategori kepentingan masyarakat, dilakukan atas pemikiran- pemikiran yang telah atau sedang berubah dalam masyarakat, umpamanya pendapat-pendapat yang dapat berubah atau sedang berubah tentang pantas atau tidaknya dihukum beberapa perbuatan delik susila. Seperti diketahui bahwa landasan berlakunya hukum, adalah kenyataan-kenyataan yang hidup dalam masyarakat. Hukum yang berlaku itu berorientasi pada kenyataan- kenyataan sehari-hari masyarakat, semua kaidah hukum bersenyawa dengan peristiwa hukum dengan peristiwa hukum dan selalu menyelaraskan tatanan hidup dengan lingkungan sekitarnya. 67 Maidin Gultom, Op. Cit., hlm. 112 3. Demi kepentingan pelakutersangka Kategori kepentingan tersangkapelaku tidak menghendaki penuntutan karena menyangkut persoalan-persoalan yang merupakan perkara kecil, atau jika melakukan tindak pidana telah membayar kerugian, dan dalam keadaan ini masyarakat tidak mempunyaicukup kepentingan dengan penuntutan atau penghukuman. Bagi pelaku sendiri, kepentingan-kepentingan pribadinya lebih diutamakan dibandingkan dengan kemungkinan hasil proses pidana demi kepentingan umum tidak akan bermanfaat. Keuntungan yang diperoleh dari penuntutan adalah tidak seimbang dngan kerugian-kerugian yang timbul terhadap terdakwa dan masyarakat.

c. Hak-hak Anak Dalam Proses Penuntutan

Hak-hak anak dalam proses penuntutan, meliputi sebagai berikut: 1. Menetapkan masa tahanan terhadap anak, Cuma pada sudut urgensi pemeriksaan; 2. Membuat dakwaan yang dimengerti anak; 3. Secepatnya melimpahkan perkara ke pengadilan negeri; 4. Melaksanakan penetapan Hakim dengan jiwa dan semangat pembinaan atau mengadakan rehabilitasi. Hak-hak anak pada saat pemeriksaan di kejaksaan sebagai berikut: 1. Hak untuk mendapat keringanan dari masawaktu penahanan kejakaan; 2. Hak untuk mengganti status penahanan dari penahanan RUTAN Rumah Tahanan Negara menjadi berada dalam tahanan rumah, atau tahanan kota; 3. Hak untuk mendapat perlindungan dari ancaman, penganiayaan, pemerasan dari pihak yang beracara; 4. Hak untuk mendapat fasilitas dalam rangka waktu pemeriksaan dan penuntutan; 5. Hak untuk didampingi oleh penasehat hukum.

d. Pelimpahan Perkara ke Pengadilan

Apabila Penuntut Umum sudah selesai mempelajari berkas perkara hasil penyidikan, dan Penuntut Umum berpendapat bahwa tindak pidana yang disangkakan dapat dituntut, maka Penuntut Umum dalam waktu secepatnya membuat surat dakwaan, yang merupakan dasar adanya suatu perkara pidana dan dasar Hakim melakukan pemeriksaan. Setelah surat dakwaan dibuat, berkas perkara dilimpahkan ke Pengadilan dengan membuat surat pelimpahan perkara. Dalam surat pelimpahan perkara, dilampirkan surat dakwaan, berkas perkara dan surat permintaan agar Pengadilan Negeri yang bersangkutan segera mengadilinya. Fotokopi surat pelimpahan perkara tersebut, disampaikan kepada tersangka atau kuasanya dan kepada Penyidik.

3. Tahap Pemeriksaan Persidangan