Analisa Kondisi Aktual Fasilitas Kerja Analisa Prosedur Kerja Aktual

6.2. Analisa Postur Kerja Aktual

Dari hasil penilaian postur kerja dengan menggunakan metode Manual Tasks Risk Assessment MANTRA, pada elemen kerja mengambil karunggoni kosong, mengatur posisi ujung permukaan karunggoni, membuka penutup corong bawah, mengisi pupuk ke dalam karunggoni dan menimbang karunggoni yang sudah terisi pupuk berada pada tingkatan perlu tindakan lebih lanjut, karena pada skor pengerahan tenaga terdapat jumlah skor 20 dan itu perlu tindakan lebih lanjut, dan pada kumulatif dari pengerahan tenaga dan kekakuan terdapat jumlah skor 10 dan itu juga perlu tinfakan lebih lanjut. Sementara pada elemen kerja menjahit permukaan karunggoni postur kerja yang tidak ergonomis dikarenakan letak mesin jahit terlalu rendah, sehingga posisi belakang punggung dalam keadaan membungkuk dan gerakan lengan dan pergelangan tangan yang bergerak satu arah dan posisi leher yang membungkuk. Dari hasil pengamatan postur kerja tersebut dapat diketahui terdapat postur kerja yang tidak ergonomis.

6.3. Analisa Kondisi Aktual Fasilitas Kerja

Fasilitas kerja yang digunakan di stasiun pengepakan pupuk dianalisa kondisinya untuk dilakukan perbaikan dan dibandingkan dengan fasilitas kerja pada usulan perbaikan. Pada fasilitas kerja aktual, jarak antara operator dengan corong pengisian pupuk sekitar 15 cm, dengan tinggi corong pengisian pupuk 90 cm, dalam hal ini menyebabkan posisi operator pada saat mengatur posisi permukaan ujung karunggoni harus menyesuaikan dengan tinggi operator sehingga terjadi sikap kerja Universitas Sumatera Utara yang tidak alamiah, terutama pada operator dengan posisi tubuh membungkuk sedikit ke depan. Seperti pada gambar 6.1 di bawah ini. Gambar 6.1. Pengsian Pupuk Sehingga operator tidak dapat bergerak dengan leluasa, karena terbatasnya ruang gerak. Lubang corong pengisian pupuk yang terlalu rendah dengan antropometri operator, dapat menimbulkan ketidaknyamanan terutama pada bagian tulang belakang operator, dikarenakan posisi tubuh pada saat bekerja yang tidak ergonomis. Operator harus melakukan setengah gerakan putaran untuk mengangkat karunggoni yang sudah diisi ke samping kiri dan di timbang. Dan kemudian setelah dilakukan penimbangan, operator harus melakukan gerakan ke samping kiri untuk di jahit, pada bagian ujung permukaan karunggoni. Sehingga posisi belakang punggung dalam keadaan membungkuk, dan gerakan lengan dan pergelangan tangan yang bergerak satu arah, dan posisi leher yang membungkuk. Seperti pada gambar 6.2 di bawah ini. Universitas Sumatera Utara Gambar 6.2. Menjahit Permukaan KarungGoni Hal ini merupakan sikap kerja yang tidak alamiah yang akan menyebabkan keluhan musculoskeletal jika terus-menerus.

6.4. Analisa Prosedur Kerja Aktual

PT. Masyarakat Pratama Anindita belum mempunyai prosedur yang baku atau tertulis bagi karyawan dalam menjalankan proses kerja. Persentase aktivitas produktif operator adalah 100 sedangkan fasilitas kerja hanya 0,37, dan selama operator bekerja independen mesin jahit dalam keadaan hidup sehingga terjadi pemborosan sumber daya yang digunakan. Untuk itu prosedur kerja aktual perlu diperbaiki sehingga kerja manusia dan mesin lebih seimbang dan karyawan dapat menjalankan proses kerja dengan seragam dan gerakan yang efisien. Universitas Sumatera Utara

6.5. Usulan Rancangan Fasilitas Kerja yang Baru