Ekonomi Kreatif 2015 Lapkir Penyusunan Masterplan Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Bahan Baku Lokal Di Kabupaten Jember

di Kabupaten Jember Bappekab Jember dengan Lemlit Univ. Jember 9 Spesialisasi Menurut OECD 2000, spesialisasi industri menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi pada suatu wilayah dikuasai oleh beberapa industri tertentu. Suatu wilayah dapat diartikan sebagai wilayah yang terspesialisasi apabila dalam sebagian kecil industri pada wilayah tersebut memiliki pangsa yang besar terhadap keseluruhan industri. Struktur industri yang terspesialisasi pada industri tertentu menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki keunggulan berupa daya saing pada industri tersebut.

2.3 Ekonomi Kreatif

Industrialisasi telah menciptakan pola kerja, pola produksi dan pola distribusi yang lebih murah dan lebih efisien. Penemuan baru di bidang teknologi informasi dan komunikasi seperti internet, email, Global System for Mobile communications GSM telah menciptakan hubungan saling ketergantungan antar manusia sehingga mendorong manusia menjadi lebih aktif dan produktif dalam menemukan teknologi-teknologi baru. Dampak lain yang muncul akibat dari fenomena perubahan ini adalah munculnya daya saing atau kompetisi pasar yang semakin besar. Kondisi ini menuntut perusahaan mencari cara agar bisa menekan biaya semurah mungkin dan se ‐ efisien mungkin guna mempertahankan eksistensinya. Negara ‐ negara maju mulai menyadari bahwa saat ini tidak bisa hanya mengandalkan bidang industri sebagai sumber ekonomi di negaranya tetapi mereka harus lebih mengandalkan Sumber Daya Manusia yang kreatif karena kreativitas manusia itu berasal dari daya pikirnya yang menjadi modal dasar untuk menciptakan inovasi dalam menghadapi daya saing atau kompetisi pasar yang semakin besar. Pada tahun 1990 ‐ an dimulailah era ekonomi baru yang mengutamakan informasi dan kreativitas dan populer dengan sebutan Ekonomi Kreatif yang digerakkan oleh sektor industri yang disebut Industri Kreatif. Ekonomi kreatif adalah pemanfaatan cadangan sumber daya yang bukan hanya terbarukan, bahkan tak terbatas, yaitu ide, gagasan, bakat atau talenta dan kreativitas. Nilai ekonomi dari suatu produk atau jasa di era kreatif tidak lagi ditentukan oleh bahan baku atau sistem produksi seperti pada era industri, tetapi lebih kepada pemanfaatan kreativitas dan penciptaan inovasi melalui perkembangan eknologi yang semakin maju. Industri tidak dapat lagi bersaing di pasar lobal dengan hanya di Kabupaten Jember Bappekab Jember dengan Lemlit Univ. Jember 10 mengandalkan harga atau kualitas produk saja, Tetapi harus bersaing berbasiskan inovasi, kreativitas dan imajinasi. Menurut Departemen Perdagangan, 2007 ada beberapa arah dari pengembangan industri kreatif ini, seperti pengembangan yang lebih menitikberatkan pada industri berbasis: 1 lapangan usaha kreatif dan budaya creative cultural industry; 2 lapangan usaha kreatif creative industry, atau 3 Hak Kekayaan Intelektual seperti hak cipta copyright industry. Indonesia juga menyadari bahwa industri kreatif merupakan sumber ekonomi baru yang wajib dikembangkan lebih lanjut di dalam perekonomian nasional. Ekonomi kreatif erat kaitannya dengan industri kreatif, namun ekonomi kreatif memiliki cakupan yang lebih luas dari industri kreatif. Ekonomi kreatif merupakan ekosistem yang memiliki hubungan saling ketergantungan antara rantai nilai kreatif creative value chain; lingkungan pengembangan nurturance environment; pasar market dan pengarsipan archiving. Ekonomi kreatif tidak hanya terkait dengan penciptaan nilai tambah secara ekonomi, tetapi juga penciptaan nilai tambah secara sosial, budaya dan lingkungan. Oleh karena itu, ekonomi kreatif selain dapat meningkatkan daya saing, juga dapat meningkatkan kualitas hidup Bangsa Indonesia. Industri kreatif merupakan bagian atau subsistem dari ekonomi kreatif, yang terdiri dari core creative industry, forward and backward linkage creative industry. Core creative industry adalah industri kreatif yang penciptaan nilai tambah utamanya adalah dengan memanfaatkan kreativitas orang kreatif. Dalam proses penciptaan nilai tambah tersebut, Core creative industry membutuhkan output dari industri lainnya sebagai input. Industri yang menjadi input bagi core creative industry disebut sebagai backward linkage creative industry. Output dari Core creative industry juga dapat menjadi input bagi industri lainnya, yang disebut sebagai forward linkage creative industry.

2.4. Teori Efisiensi Penggunaan Biaya Produksi