di Kabupaten Jember
Bappekab Jember dengan Lemlit Univ. Jember
10 mengandalkan harga atau kualitas produk saja, Tetapi harus bersaing berbasiskan inovasi,
kreativitas dan imajinasi. Menurut Departemen Perdagangan, 2007 ada beberapa arah dari pengembangan industri kreatif ini, seperti pengembangan yang lebih menitikberatkan
pada industri berbasis: 1 lapangan usaha kreatif dan budaya creative cultural industry;
2 lapangan usaha kreatif creative industry, atau 3 Hak Kekayaan Intelektual seperti
hak cipta copyright industry. Indonesia juga menyadari bahwa industri kreatif merupakan
sumber ekonomi baru yang wajib dikembangkan lebih lanjut di dalam perekonomian nasional.
Ekonomi kreatif erat kaitannya dengan industri kreatif, namun ekonomi kreatif memiliki cakupan yang lebih luas dari industri kreatif. Ekonomi kreatif merupakan
ekosistem yang memiliki hubungan saling ketergantungan antara rantai nilai kreatif creative value chain; lingkungan pengembangan nurturance environment; pasar
market dan pengarsipan archiving. Ekonomi kreatif tidak hanya terkait dengan
penciptaan nilai tambah secara ekonomi, tetapi juga penciptaan nilai tambah secara sosial, budaya dan lingkungan. Oleh karena itu, ekonomi kreatif selain dapat meningkatkan daya
saing, juga dapat meningkatkan kualitas hidup Bangsa Indonesia. Industri kreatif merupakan bagian atau subsistem dari ekonomi kreatif, yang terdiri
dari core creative industry, forward and backward linkage creative industry. Core creative
industry adalah industri kreatif yang penciptaan nilai tambah utamanya adalah dengan memanfaatkan kreativitas orang kreatif. Dalam proses penciptaan nilai tambah tersebut,
Core creative industry membutuhkan output dari industri lainnya sebagai input. Industri yang menjadi input bagi
core creative industry disebut sebagai backward linkage creative industry. Output dari Core creative industry juga dapat menjadi input bagi industri lainnya,
yang disebut sebagai forward linkage creative industry.
2.4. Teori Efisiensi Penggunaan Biaya Produksi
Kondisi persaingan produk-produk yang dihasilkan dalam kegiatan agroindustri, menuntut pengelola untuk meningkatkan efisiensi dalam setiap tahapan produksi.
Perencanaan produksi, distribusi pemasaran dan keuangan harus selalu mengacu pada pencapaian tingkat efisiensi yang setinggi-tingginya. Menurut Rachman dan Sumedi
2002 pelaku pasar dalam hal ini produsen lain dan konsumen; kondisi persaingan antara
di Kabupaten Jember
Bappekab Jember dengan Lemlit Univ. Jember
11 produsen di satu sisi akan memacu kinerja dan kreasi pelaku produksi agroindustri dalam
meningkatkan kualitas produk, keragaman produk ke dalam perusahaan akan meningkatkan kinerja dan efisiensi. Di sisi lain tuntutan konsumen yang semakin tinggi
terhadap mutu produk dan keragamannya juga akan merangsang kinerja agroindustri secara keseluruhan.
Efisiensi dapat digolongkan menjadi 3 tiga macam, yaitu: efisiensi teknis, efisiensi alokatif harga dan efisiensi ekonomi. Suatu penggunaan faktor produksi
dikatakan efisien secara teknis apabila faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi yang maksimum. Produsen mendapatkan keuntungan besar dari kegiatan
usahanya, misalnya karena pengaruh harga, maka produsen tersebut dapat dikatakan mengalokasikan faktor produksinya secara efisien harga. Selanjutnya dikatakan efisien
ekonomi kalau usaha yang dilakukan produsen mencapai efisiensi teknis sekaligus mencapai efisiensi harga Soekartawi, 1999.
Efisiensi merupakan tujuan esensial dalam alokasi sumberdaya. Setiap agroindustri memiliki tujuan yaitu memaksimumkan keuntungan yang diperoleh melalui
pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki. Salah satu konsep efisiensi adalah konsep keuntungan ekonomi yang memperhitungkan biaya imbangan opportunity cost dari
penggunaan faktor produksi. Menurut Haryanto 1989 efisiensi ekonomi menggambarkan kombinasi penggunaan input-input yang memaksimalkan tujuan, baik secara
parsialsecara keseluruhan. Efisiensi suatu usaha dipengaruhi oleh pendapatan kotor dari total biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Suatu usaha bisa dikatakan efisien
apabila pendapatan yang diterima lebih tinggi dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Selanjutnya menurut Downey 1989 efisiensi diartikan sebagai peningkatan
rasio antara keluaran dan masukan. Konsep tersebut berlaku pada setiap tahapan produksi.
Salah satu analisis untuk mengetahui efisiensi secara ekonomi adalah analisa RC ratio. Analisa RC digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi biaya produksi, yaitu
dengan membandingkan total penerimaan TR dengan total biaya TC.Tingginya nilai RC disebabkan oleh produksi yang diperoleh dan harga komoditi yang sangat
berpengaruh terhadap penerimaan perusahaan sebagai pengusaha. Pengusaha harus selalu mempertimbangkan biaya produksi secara proporsional dan efisien, dipengaruhi
di Kabupaten Jember
Bappekab Jember dengan Lemlit Univ. Jember
12 oleh pengetahuan, keterampilan pengusaha dalam penggunaan input, teknologi dan
curahan tenaga kerja yang berorientasi pada pen¬capaian produksi yang maksimum dengan dasar pertimbangan efisiensi Haryanto. 1998. Semakin besar RC ratio maka
akan semakin besar pula keuntungan yang diperoleh pengusaha. Hal ini dapat dicapai bila pengusaha mampu meng¬alokasikan faktor-faktor produksi dengan lebih efisien
Longenecker, 2001
2.5. Teori Pendapatan