Hipotesis pertama Hipotesis kedua

commit to user 0,000 0,05 yang berarti bahwa antara rata-rata nilai gambar teknik dasar dengan autocad dengan strategi backward chaining pada siswa kelompok gaya kognitif field dependent berbeda dengan rata-rata nilai gambar teknik dasar dengan autocad dengan strategi forward chaining pada siswa kelompok field dependent. Rangukan Uji Scheffe tersebut di atas dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 38. Rangkuman Hasil Uji Scheffe. NO Sumber variansi Beda Rata2 Nilai signifikansi Kesimpulan 1 A1B1 A2B1 5,1643 0,000 Signifikan 2 A1B1 A1B2 5,9500 0,000 Signifikan 3 A1B1 A2B2 7,7000 0,000 Signifikan 4 A2B1 A1B2 0,7857 0,262 Tidak Signifikan 5 A2B1 A2B2 2,5357 0,000 Signifikan 6 A1B2 A2B2 1,7500 0,007 Signifikan Sumber : Olah Data SPSS For Window 16,0 Lampiran…..

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Pengujian ketiga hipotesis yang diajukan pada penelitian ini telah menghasilkan rincian hasil uji hipotesis sebagai berikut:

1. Hipotesis pertama

Hipotesis pertama, hasil uji hipotesis pertama menyatakan bahwa commit to user hipotesis nol ditolak sehingga terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar gambar teknik dasar dengan autocad antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi pembelajaran backward chaining dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi pembelajaran forward chaining. Sehingga secara keseluruhan hasil belajar gambar teknik dasar dengan autocad siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi pembelajaran backward chaining lebih tinggi daripada hasil belajar gambar teknik dasar dengan autocad siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi pembelajaran forward chaining. Brandon 2003:2-3 mendefinisikan Backward Chaining sebagai strategi pembelajaran yang melakukan pekerjaan dalam urutan terbalik. Sistematika penggunaan Backward Chaining dalam desain pembelajaran akan memberikan hasil: 1 pembelajaran minimum, yang akan mereduksi permintaan penggunaan ingatan jangka pendek atau ingatan kerja, 2 memfasilitasi transfer informasi prosedural menuju ingatan jangka panjang, 3 menjaga siswa tetap terlibat dan tertantang, 4 memberi kesempatan siswa menyelesaikan tugas lebih cepat, 5 dapat digunakan sebagai media presentasi dalam berbagai media. Strategi pembelajaran Backward Chaining ideal diaplikasikan bila hasil akhir dari pembelajaran merupakan akumulasi langkah-langkah pembelajaran yang banyak, rumit, dan memerlukan penggunaan memori kerja yang berat. Backward Chaining, adalah metode instruksional pada pembelajaran yang dimulai dengan sub tugas atau sub aktivitas terakhir dari urutan dan bergerak mundur sepanjang rantai commit to user subtugas yang telah dikuasai. Backward Chaining umumnya diawali dengan kesimpulan yang diminati, yang bukan merupakan fakta eksplisit.

2. Hipotesis kedua

Hipotesis kedua, hasil uji hipotesis kedua menolak hipotesis nol yang menyatakan adanya perbedaan hasil belajar gambar teknik dasar dengan autocad antara kelompok siswa yang memiliki gaya kognitif field independent terhadap kelompok siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent. Sehingga secara keseluruhan hasil belajar gambar teknik siswa yang memiliki gaya kognitif field independent lebih tinggi daripada hasil belajar gambar teknik dasar dengan autocad siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent. Salah satu gaya kognitif yang mempengaruhi karakteristik individu adalah gaya kognitif field independent. Witkin, dkk dalam Candiasa, 2002 mengklarifikasikan beberapa karakteristik individu yang memiliki gaya kognitif field-independent, antara lain: 1 memiliki kemampuan menganalisis untuk memisahkan objek dari lingkungan sekitar, sehingga persepsinya tidak terpengaruh bila lingkungan mengalami perubahan; 2 mempunyai kemampuan mengorganisasikan objek-objek yang belum terorganisir dan mereorganisir objek- objek yang sudah terorganisir; 3 cenderung kurang sensitif, dingin, menjaga jarak dengan orang lain, dan individualistis; 4 memilih profesi yang bisa dilakukan secara individu dengan materi yang lebih abstrak atau memerlukan teori dan analisis; 5 cenderung mendefinisikan tujuan sendiri, dan 6 cenderung bekerja commit to user dengan mementingkan motivasi intrinsik dan lebih dipengaruhi oleh penguatan instrinsik. Dari karakteristik tersebut dapat diketahui bahwa individu yang memiliki gaya kognitif field independent mempunyai kecenderungan dalam respon stimulus menggunakan persepsi yang dimilikinya sendiri dan lebih analitis. Lebih lanjut Musser dalam Sugiarthawan, 2007: menjelaskan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa yang memiliki gaya kognitif field independent belajar secara maksimal antara lain: 1 pembelajaran yang menyediakan lingkungan belajar secara individual; 2 disediakan lebih bayak kesempatan untuk belajar dan menemukan sendiri suatu konsep atau prinsip; 3 disediakan lebih banyak sumber dan materi belaja; 4 pembelajaran yang hanya sedikit memberikan petunjuk dan tujuan; 5 mengutamakan instruksi dan tujuan secara individual; 6 disediakan kesempatan untuk membuat ringkasan, pola, atau peta konsep berdasarkan pemikirannya.

3. Hipotesis Ketiga