dihentikan dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Dengan demikian berdasarkan hasil observasi pelaksanaan pembelajaran dan tes kemampuan
pemecahan masalah diperoleh bahwa model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
pada materi pokok persamaan kuadrat di kelas X TKJ SMK Swasta PAB 9 Sampali.
4.1.2.7. Simpulan
Dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah II diperoleh 37 orang dari 43 siswa 86.04 telah mencapai ketuntasan belajar nilainya
≥ 70 sedangkan 6 siswa lainnya 13,95 belum tuntas. Dari 43 siswa terdapat 4 siswa memperoleh
nilai antara 90-100 dikategorikan siswa dengan kemampuan sangat tinggi, 25 siswa memperoleh nilai antara 80-89 dikategorikan siswa dengan kemampuan
tinggi, 9 siswa memperoleh nilai antara 65-79 dikategorikan siswa dengan kemampuan sedang, 3 siswa memperoleh nilai antara 55-64 dikategorikan siswa
dengan kemampuan rendah, dan 2 siswa memperoleh nilai antar 0-54 dikategorikan siswa dengan kemampuan sangat rendah. Nilai rata-rata kelas yang
diperoleh adalah 79.06. Pencapaian ini sudah mencapai rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa minimal yaitu 70 dan ketuntasan siswa
secara klasikal minimal 85. Ini membuktikan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi pokok persamaan kuadrat mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Karena telah memenuhi kriteria ketuntasan belajar siswa dan mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
Problem Based Learning dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi pokok persamaan kuadrat di
kelas X TKJ SMK Swasta PAB 9 Sampali.
4.2. Temuan Penelitian
Berdasarkan deskriptif data dan analisa data, maka diperoleh temuan penelitian sebagai berikut :
1. Sebelum pemberian tindakan I, peneliti melakukan observasi awal ke sekolah dengan melihat kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung dan
pemberian tes awal yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa memecahkan masalah matematika. Dari hasil tes awal diperoleh bahwa
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal masih sangat rendah. Dari tes diperoleh hanya 2 siswa 4,65 dari 43 siswa telah mencapai tingkat
penguasaan siswa dengan kategori minimal kemampuan pemecahan masalah sedang 65-80 sedangkan 41 siswa lainnya 97,67 belum tuntas dengan nilai
rata-rata kelas dari 43 siswa pada tes awal ini adalah 43,69. Dari tes awal diperoleh permasalahan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan masalah
materi faktorisasi kuadrat yaitu: a.
Siswa tidak mampusalah dalam memahami permasalahan yang diberikan.
b. Siswa kesulitan dalam menyusun langkah-langkah penyelesaian
terhadap masalah yang diberikan. c.
Siswa salah dalam melaksanakan rencana penyelesaian. 2. Setelah siklus I dilakukan, terjadi peningkatan kemampuan siswa memecahkan
masalah. Dari pemberian tes diperoleh bahwa kemampuan siswa memecahkan masalah matematika dalam menyelesaikan soal-soal materi persamaan kuadrat
mengalami peningkatan ketuntasan belajar sebesar 46,51 yakni dari 4,65 menjadi 51,16 dan dari hasil tes ini diperoleh 22 siswa 51,16 dari 43
siswa telah mencapai tingkat penguasaan dengan kategori minimal kemampuan pemecahan masalah sedang 65-80 sedangkan 21 siswa lainnya 48,83 belum
tuntas. Dari 43 orang siswa, 1 siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kemampuan pemecahan masalah sangat tinggi 90-100, 1 siswa yang
memperoleh nilai dengan kategori kemampuan pemecahan masalah tinggi 80- 90, 20 siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kemampuan pemecahan
masalah sedang 65-80, 4 siswa yang memperoleh nilai dengan kategori