BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas Classroom Action Research dengan tujuan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa
melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK Swasta PAB 9 Sampali. Berdasarkan tes awal yang dilakukan, diketahui bahwa sebagian besar siswa kelas
X TKJ SMK Swasta PAB 9 Sampali mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah
matematika pada
materi faktorisasi
aljabar. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester I Tahun Ajaran 20122013.
3.3. Subjek dan Objek Penelitian 3.3.1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X TKJ SMK Swasta PAB 9 Sampali Tahun Ajaran 20122013 yang berjumlah 43 orang siswa.
3.3.2. Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas X TKJ SMK Swasta PAB 9 Sampali dengan menerapkan
model Problem Based Learning.
3.4. Mekanisme Dan Rancangan Penelitian
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan observasi awal yaitu dengan melakukan tes awal siswa dan wawancara dengan guru tentang
materi persamaan kudrat, ternyata kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah. Sesuai dengan jenis penelitian ini, yaitu Penelitian Tindakan Kelas
Classroom Action Research, maka penelitian ini memiliki tahap atau siklus sebagai berikut:
SIKLUS I 1. Permasalahan
Dalam siklus ini permasalahan diperoleh dari data tes awal yang diberikan kepada siswa. Tes awal yang diberikan berupa soal-soal materi prasyarat untuk
mempelajari persamaan kuadrat yaitu faktorisasi bentuk aljabar, sehingga dari hasil tes awal peneliti dapat menduga kesulitan yang dialami siswa dalam
memahami materi persamaan kuadrat dalam menyelesaikan pemecahan masalah. Berdasarkan data kesulitan siswa pada tes awal diketahui kesulitan-
kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal tes awal adalah: 1. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami makna soal sehingga siswa
tidak mampu menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanya dari soal yang diberikan.
2. Siswa mengalami kesulitan dalam memisalkan dan mengubah kalimat soal ke dalam kalimat matematika membuat model matematika.
3. Siswa mengalami kesulitan dalam mengaitkan antara yang diketahui dengan yang ditanya dari soal.
4. Siswa mengalami kesulitan dalam menentukan konsep matematika yang akan digunakan dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
5. Siswa kurang teliti sehingga salah dalam melakukan perhitungan.
2. Tahap Perencanaan Tindakan I
Berdasarkan permasalahan yang diperoleh maka pada siklus I ini diterapkan model pembelajaran Problem Based Learning pada persamaan kuadrat.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam rencana tindakan I adalah : 1. Membuat RPP yang berisikan langkah-langkah kegiatan dalam
pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning 2. Membuat LAS untuk membantu kelancaran proses pembelajaran.
3. Membuat tes siklus I untuk mengukur tingkat kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika.
4. Membuat pedoman peskoran tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
5. Membuat lembar observasi untuk melihat situasi pembelajaran di kelas.
3. Pelaksanaan Tindakan I
Setelah tahap perencanaan tindakan I disusun, maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan I, yaitu sebagai berikut :
a. Melakukan kegiatan
pembelajaran dengan
menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning. Dimana peneliti bertindak sebagai guru, sedangkan guru SMK Swasta PAB 9 sampali bertindak sebagai
pengamat yang akan memberi masukan selama pembelajaran sedang berlangsung.
b. Membagikan LAS I dan menyuruh siswa menyelesaikan masalah yang terdapat dalam LAS.
c. Menyuruh siswa membentuk kelompok belajar. Setiap kelompok terdiri atas 6-7 orang.
d. Menyuruh siswa untuk mendiskusikan masalah yang diberikan dengan kelompoknya.
e. Memberikan kesempatan siswa untuk melakukan tanya jawab tentang soal yang diberikan dan tentang materi yang kurang paham.
f. Pada akhir tindakan I, diberikan tes kemampuan pemecahan masalah I
kepada siswa untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
4. Observasi I
Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan I
pembelajaran. Pada kegiatan ini, guru matematika SMK Swasta PAB 9 Sampali mengobservasi mahasiswa peneliti yang bertindak sebagai guru dengan tujuan
untuk mengetahui apakah kondisi belajar mengajar sudah terlaksana sesuai dengan rancangan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran
Problem Based Learning pada materi pokok persamaan kuadrat.
5. Analisis Data I
Data yang diperoleh dari tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dianalisis setelah itu dilakukan perhitungan untuk memperoleh
hasil dari tes kemampuan pemecahan masalah siswa dan observasi I .
6. Refleksi I
Refleksi merupakan perenungan terhadap tuntas tidaknya pelaksanaan tindakan pada siklus I, jika siklus I belum mencapai ketuntasan yang direfleksikan
adalah masalah–masalah apa yang diperoleh pada pelaksanaan siklus I dan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah–masalah untuk perbaikan pada
pembelajaran siklus II.
SIKLUS II
Setelah dilaksanakan siklus I dan hasil perbaikan yang diharapkan belum tercapai terhadap tingkat penguasaan yang telah di tetapkan peneliti maka
tindakan masih perlu dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II diadakan perencanaan kembali yang mempunyai tahapan seperti siklus I, yaitu:
1. Permasalahan II
Untuk mengetahaui permasalahan yang ada dilihat dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika I. Tes kemampuan pemecahan
masalah matematika I merupakan tes berupa uraian sebanyak 4 soal yang bertujuan untuk melihat kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi
persamaan kudrat. Berdasarkan tes kemampuan pemecahan masalah matematika I yang diberikan, diperoleh bahwa indikator keberhasilan belum tercapai.
2. Tahap Perencanaan Tindakan II
Membuat rencana pembelajaran RPP dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning PBL dan membuat tes kemampuan
pemecahan maslah II. Perencanaan pada siklus II lebih meningkatkan pada uraian kegiatan dan lebih menekankan pada peningkatan model pembelajaran Problem
Based Learning PBL yang efektif dan efisien.
3. Pelaksanaan Tindakan II
Setelah rencana tindakan II disusun, maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan II yang sama dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I
dengan perbaikan proses pembelajaran yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning yang lebih intensif dan terprogram,
bahkan beberapa kelompok mendapat bimbingan langsung guru matematika, sehingga pelaksanaannya lebih efektif dan efisien.
4. Observasi II
Observasi dilakukan pada saat yang bersamaan saat pelaksanaan tindakan pembelajaran. Pada kegiatan ini, guru matematika SMK Swasta PAB 9
Sampali mengobservasi mahasiswa peneliti yang bertindak sebagai guru dengan tujuan untuk mengetahui apakah kondisi belajar mengajar sudah terlaksana sesuai
dengan rancangan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning pada materi pokok persamaan kuadrat.
5. Analisis Data II
Data yang diperoleh dari tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dianalisis berupa tabel setelah itu dilakukan perhitungan untuk
memperoleh hasil tes kemampuan pemecahan masalah siswa.
6. Refleksi II
Kesimpulan dari analisis data dijadikan refleksi untuk melihat kemampuan pemecahan masalah siswa. Hasil refleksi ini kemudian digunakan
sebagai dasar untuk tahap perencanaan pada siklus berikutnya. Jika kemampuan pemecahan masalah siswa sudah mencapai target penelitian maka siklus II ini
berhenti, akan tetapi jika kemampuan pemecahan masalah matematika siswa belum tercapai target penelitian maka akan berlanjutnya pada siklus selanjutnya.
Secara lebih rinci, prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada skema sebagai berikut:
Gambar 3.1 Skema Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas berdasarkan alurnya Sumber : Arikunto, 2008:74
3.5. Instrumen Dan Teknik Pengumpulan Data