Amerika Serikat, kliring antar bank dapat terlaksana melalui Automated Clearing House ACH, dimana aturan dan regulasinya diatur oleh NACHA – The Electronic
Payments Association ,yang sebelumnya bernama National Automated Clearing
House Association, serta Federal Reserve. Jaringan ACH ini akan bertindak selaku
pusat fasilitas kliring untuk semua transaksi transfer dana secara elektronik. Kliring antar bank atas cek dilaksanakan oleh bank koresponden dan Federal
Reserve . Sedangkan di negara kita sendiri yaitu Indonesia, untuk kliring antar bank
atas transfer dana secara elektronik dan atas cek dilaksanakan oleh bank sentral yaitu Bank Indonesia BI. Sedangkan proses kliring atas transaksi efek dilaksanakan oleh
P.T Kliring Penjaminan Efek Indonesia atau KPEI dan proses kliring atas transaksi kontrak berjangka dilaksanakan olek P.T Kliring Berjangka Indonesia atau KBI.
2.4. Teori Permintaan uang
Teori permintaan uang adalah suatu teori mengenai bagaimana nilai nominal dari pendapatan agregat ditentukan hal tersebut juga menjelaskan berapa banyak uang
yang harus dipegang dengan jumlah pendapatan agregat. Pengaruh kegiatan ekonomi terhadap jumlah uang beredar telah dijelaskan oleh para ahli ekonomi, teori
permintaan uang yang utama yaitu teori Keynesian dan klasik.
2.4.1. Teori Permintaan uang klasik
Teori ini dikembangkan para ekonom klasik pada abad -19 dan awal abad -20, teory ini dikembangkan oleh Irving Fisher dalam hasil risetnya, fisher membahas
keterkaitan antara jumlah total uang beredar dan jumlah pengeluaran dari barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian p x y , dimana P adalah tingkat harga
Universitas Sumatera Utara
dan Y adalah tingkat pendapatan. Fisher mengatakan bahwa kecepatan peredaran uang disebabkan oleh institusi di dalam perekonomian yang mempengaruhi cara
individu melakukan transaksi. Kalau masyarakat menggunakan kartu kredit dan kartu debit untuk melakukan transaksinya, sebagaimana yang dilakukan saat ini, sehingga
penggunaan uang menjadi berkurang ketika melakukan pembelian sebaliknya kalau dalam pembelian menggunakan uang tunai maka lebih banyak uang yang digunakan
untuk melakukan transaksi. fisher berpendapat bahwa bentuk institusi dan tehnologi dari suatu perekonomian akan mempengaruhi percepatan secara lambat uang beredar
sepanjang waktu, sehingga percepatan biasanya konstan dalam jangka pendek. Selanjutnya para ekonom klasik termasuk fisher berpandangan bahwa upah
dan harga sangat fleksibel, mereka meyakini bahwa tingkat output agregat yang dihasilkan dalam perekonomian selama kondisi normal akan tetap dalam pengerjaan
penuh full employement sehingga pendapatan agregat dalam persamaan pertukaran dapat diperlakukan sebagai konstan dalam jangka pendek. Pandangan tersebut dapat
digambarkan dengan persamaan sederhana berikut yang dikenal sebagai persamaan kuantitas uang.
MV = PT M=
jumlah uang beredar, dimana uang tersebut hanya digunakan untuk transaksi V =
kecepatan uang beredar, yang menunjukkan berapa kali perputaran uang dalam perekonomian dalam waktu satu tahun.
P = Rata- rata harga per transaksi
T = Jumlah transaksi yang dilakukan dalam satu tahun
Universitas Sumatera Utara
2.4.2Teori ekonomi keynesian
Dalam bukunya yang terkenal di tahun 1936 The general Theory of Employement Interest, and Money
, Jhon Maynard Keynes mengabaikan pandangan klasik mengenai percepatan adalah konstan dan mengembangkan teori permintaan
uang yang dia sebut sebagai teori oreferensi likuiditas liquidity preference theory. Yang mengajukan pertanyaan: mengapa seseorang memegang uang? Ia merumuskan
ada tiga motif dibalik permintaan akan uang: motif transaksi, motif berjaga-jaga, dan motif spekulasi.
a. Motif transaksi Dalam pendekatan klasik seorang di asumsikan memegang uang karena uang
sebagai alat pertukaran yang dapat di gunakan untuk melakukan transaksi. transaksi ini sering terjadi tidak bersamaan waktunya dengan penerimaan uang. Pengeluaran ini
sering tidak bisa diperkirakan terlebih dahulu sehingga sangat diperlukan adanya uang kas ditangan.
Keynes mengatakan bahwa permintaan uang untuk bertujuan transaksi ini tergantung daripada pendapatan. Semakin tinggi pendapatan seseorang. Makin besar
keinginan akan uang untuk transaksi. seseorang atau masyarakat yang tingkat pendapatannya tinggi biasanya melakukan transaksi lebih banyak disbanding
masyarakat yang pendapatannya ditunjukkan pada gambar 2.1 Mt
L1
Universitas Sumatera Utara
YP 1
Gambar 2.1 Permintaan Uang untuk Transaksi
Permintaan uang untuk transaksi riil ditunjukkan dengan LI. Terlihat semakin tinggi pendapatan maka semakin banyak juga uang yang dipegang untuk keperluan
transaksi Mt. hubungan antara permintaan uang untuk transaksi dengan pendapatan riil yp tidak selalu linier. Berbeda dengan kaum klasik. Keynes lebih menekankan
analisisnya pada motif spekulasi yaitu peranan tingkat bunga dalam menentukan permintaan uang spekulasi.
b. Motif berjaga-jaga Keynes mengatakan bahwa seseorang memegang uang sebagai antisipasi
terhadap kebutuhan yang tidak terduga. Misalnya bilan seseorang ingin membeli stereo yang bagus; dia akan pergi ke toko yang memberikan diskon 50 dari stereo
yang di ingikan apa bila dia memgan uang untuk berjaga-jaga terhadap apa yang terjadi, dia bisa langsung membeli stereo tersebut; kalau dia tidak memegang uang
untuk berjaga-jaga dia tidak akan mendaptkan keuntungan dari diskon tersebut. Uang berjaga-jaga yang ada ditangan dapat di gunakan sewaktu-waktu apabila ingin
membayar perbaikan mobil atau masuk rumah sakit.Keynes meyakini bahwa orang memegan uang untuk berjaga-jaga untuk jumlah tertentu di tentukan oleh tingkat
transaksi yang akan mereka lakukan di masa mendatang .sehingga,dia merumuskan
Universitas Sumatera Utara
,permintaan untuk uang berjaga-jaga proposianal terhadap pendapatan, maka hubungan ini dapat diekspresikan sebagai berikut:
Mt = fY Dimana:
Mt = permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga Y = Pendapatan
c. Motif Spekulasi Keynes juga menyadari bahwa masyarakat menghendaki jumlah uang kas
yang lebih dari kebutuhannya untuk keperluan transaksi. Namun demikian Keynes memfokuskan analisisnya pada permintaan uang untuk spekulasi. Menurut Keynes,
orang bersedia memegang uang melebihi kebutuhan untuk transaksi. Hal ini karena uang merupakan salah satu bentuk kekayaan. Uang kas yang disimpan ini memenuhi
fungsi uang sebagai alat penimbun kekayaan store of value. Dalam istilah yang lebih modern sering disebut permintaan uang untuk penimbun kekayaan asset
demand for money .
Besarnya permintaan uang untuk tujuan spekulasi ini ditentukan oleh perbandingan hasil dari bentuk kekayaan yang lain. Misalnya ada dua bentuk
kekayaan, Uang Money M dan Obligasi Bond B, apabila memegang uang, maka hasil yang diperoleh tidak ada namun memperoleh kemudahan untuk melakukan
transaksi. Dengan memegang obligasi seseorang akan memperoleh bunga. Dengan demikian semakin tinggi tingkat bunga semakin rendah keinginan masyarakat
Universitas Sumatera Utara
memegang uang kas. Alasanya, pertama apabila tingkat bunga naik berarti ongkos memegang uang kas oportunity cost of holding money makin besar atau tinggi.
Orang lebih baik memegang obligasi. Keinginan masyarakat akan uang kas akan makin kecil, sebaliknya makin rendah tingkat bunga makin besar keinginan
masyarakat untuk memegang kas. Kedua, hipotesis Keynes bahwa masyarakat menganggap akan adanya tingkat bunga “normal” berdasarkan pengalaman, terutama
pengalaman tingkat bunga yang baru-baru terjadi. Tingkat bunga normal artinya suatu tingkat bunga yang menyebabkan masing-masing
orang bersikap indifferent tidak acuh apakah ia akan memegang uang atau obligasi. Selain itu, setiap terjadi perubahan atau penyimpangan, tingkat bunga
diharapkan akan kembali ke tingkat bunga normal ini. Jadi, apabila tingkat bunga kenyataanya berada diatas tingkat normal, maka masyarakat mengharapkan tingkat
bunga tidak akan naik lagi, bahkan diperkirakan akan turun atau kembali ke tingkat bunga normal. Apabila suatu saat tingkat bunga berada diatas tingkat bunga normal
maka seluruh uang yang dialokasikan untuk spekulasi akan diwujudkan dalam bentuk obligasi dan pada tingkat uang berada dibawah tingkat bunga normal ia akan
memegang uang kas seluruhnya. Hubungan antara tingkat bunga normal dengan jumlah uang yang dipegang ditunjukkan pada Gambar 2.2.
r r
A
Universitas Sumatera Utara
Ms Msp
Gambar 2.2 Permintaan Uang Dengan Tingkat Bunga Normal
Misalnya tingkat bunga normal adalah r. pada tingkat bunga yang terjadi lebih tinggi dari r, uang yang dipegang akan berupa obligasi sehingga M
s
, jumlah uang untuk spekulasi nol, sedangkan pada tingkat bunga di bawah r seluruh uang
untuk spekulasi dipegang dalam bentuk kas M
s
banyak. Pada tingkat bunga sama dengan r maka ia tidak acuh apakah memegang kas atau obligasi dalam grafik
dicerminkan oleh segi empat OrAM
s
. Permintaan uang untuk spekulasi oleh seseorang individu berbentuk patah
seperti pada Gambar 2.2. Hal ini karena harapan mengenai suku bunga yang akan terjadi sudah pasti. Pada suku bunga di atas r harapan untuk memperoleh
“keuntungan gain” dari obligasi positif, sehingga orang mengalokasikan uangnya dalam bentuk obigasi semua. Pada Gambar 2.2, untuk r r banyaknya M
sp
= 0. Pada saat suku bunga dibawah atau lebih rendah dari r harapan memperoleh keuntungan
dari obligasi negatif sehingga orang lebih senang memegang uang daripada memegang obligasi. Pada r r, banyaknya uang yang dipegang untuk spekulasi
sama dengan total kekayaan. Pada saat r = r harapan memperoleh keuntungan dari obligasi sama dengan nol sehingga orang bersikap acuh tak acuh apakah memegang
kas atau obligasi.
Universitas Sumatera Utara
Obligasi adalah surat berharga yang memberikan hasil return r yang tetap jumlahnya. Nilai sekarang present discounted value, PDV dari r selama memegang
obligasi ini merupakan harga sekarang dari obligasi. Nilai sekarang dari suatu penerimaan yang akan diterima di masa mendatang besarnya berbanding terbalik
dengan tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga maka akan semakin rendah PDV dari r maka semakin rendah harga sebuah obligasi. Dengan demikian apabila tingkat
bunga berada diatas tingkat bunga normal, orang berharap tingkat bunga akan turun harga obligasi naik, orang lebih baik memegang obligasi. Demikian sebaliknya
apabila tingkat bunga kenyataanya dibawah normal, masyarakat akan memperkirakan tingkat bunga akan naik kembali pada tingkat bunga normal tersebut. Harga surat
berharga diperkirakan akan turun sebab tingkat bunga naik sehingga mereka akan menjual surat berharga dan dengan demikian keinginan memegang uang kas naik.
Ketergantungan permintaan uang kas untuk spekulasi terhadap tingkat bunga ditunjukkan pada Gambar 2.3 yang menunjukkan adanya hubungan negatif antara
tingkat bunga r dengan permintaan uang untuk spekulasi L
2
.
r
L2
Universitas Sumatera Utara
Msp
Gambar 2.3 Permintaan Uang Untuk Spekulasi
Untuk suatu perekonomian dianggap bahwa terdapat suatu rentang range suku bunga normal. Tiap orang memiliki harapan berbeda mengenai seberapa besar
laju perubahan suku bunga menuju normal. Dengan kata lain tiap orang memiliki harapan memperoleh keuntungan dari obligasi dengan tingkat yang berbeda-beda.
Pada umumnya semakin rendah suku bunga semakin besar orang berharap suku bunga akan naik. Dengan kata lain semakin banyak orang ingin memegang uang
menjual obligasi. Demikian sebaliknya pada tingkat bunga yang tinggi. Permintaan uang untuk spekulasi akan berupa kurva dengan slope negatif seperti pada Gambar
2.3.
2.4.3. Teori Permintaan Uang Friedman