Budi Utomo Organisasi-organisasi pada Masa Pergerakan Nasional
78 berdirinya Budi Utomo tersebut sampai sekarang diperingati sebagai Hari
Kebangkitan Nasional. Program utama dari Budi Utomo mengusahakan perbaikan
pendidikan dan pengajaran. Programnya lebih bersifat sosial disebabkan saat itu belum dimungkinkan didirikannya organisasi politik karena
adanya aturan yang ketat dari pihak pemerintah Hindia Belanda. Pada tanggal 3
– 5 Oktober 1908, Budi Utomo mengadakan kongresnya yang pertama di Yogyakarta. Kongres ini berhasil menetapkan tujuan
organisasi yaitu: Kemajuan yang harmonis antara bangsa dan negara, terutama dalam memajukan pengajaran, pertanian, peternak-an dan
dagang, tehnik, industri serta kebudayaan. Sebagai ketua Pengurus Besar yang pertama terpilih R.T Tirtokusumo Bupati Karang Anyar
dengan wakil ketua dr. Wahidin Sudiro Husodo. Dalam kongres itu, terdapat kelompok minoritas yang dipimpin Dr.
Cipto Mangunkusumo yang berusaha memperjuangkan Budi Utomo berubah menjadi partai politik yang berjuang untuk mengangkat rakyat
pada umumnya tidak terbatas hanya golongan priyayi dan kegiatannya meliputi seluruh Indonesia, tidak hanya Jawa dan Madura saja. Namun
pandangan Dr. Cipto Mangunkusumo gagal mendapat dukungan bahkan pada tahun 1909 Dr. Cipto Mangunkusumo mengundurkan diri dari Budi
Utomo kemudian bergabung dengan Indische Partij. Setelah mendapat persetujuan dari pemerintah Kolonial Belanda,
Budi Utomo pada tahun 1909 diberi status sebagai organisasi yang berbadan hukum sehingga diharapkan organisasi pertama di Indonesia ini
dapat melakukan aktivitasnya secara leluasa. Gubernur Jenderal van Heutsz menyambut Budi Utomo sebagai bagian keberhasilan dari
pelaksanaan politik etis. Dengan demikian, BU tumbuh menjadi organisasi yang moderat, kooperatif terhadap pemerintah Hindia Belanda.
Peran BU semakin memudar seiring berdirinya organsasi yang lebih aktif dan penting bagi pribumi. Keadaan yang demikian menjadikan
BU berubah haluan ke arah politik. Hal ini dapat dibuktikan dengan peristiwa sebagai berikut:
a. Dalam rapat umum BU di Bandung tanggal 5 dan 6 Agustus 1915
menetapkan mosi, agar dibentuk milisi bagi bangsa Indonesia
79 namun melalui persetujuan parlemen. Pembentukan milisi
berhubungan dengan meletusnya Perang Dunia I tahun 1914. b.
BU menjadi bagian dalam Komite “ Indie Weerbaar” yaitu misi ke Negeri Belanda dalam rangka untuk pertahanan Hindia Belanda.
Meski undang-undang wajib militer atau pembentukan suatu milisi gagal dipenuhi pemerintah Belanda, ternyata parlemen Belanda
menyetujui pembentukan Volksraad Dewan Rakyat sebagai Hindia Belanda. BU segera membentuk sebuah Komite Nasional untuk
menghadapi pemilihan anggota Volksraad meskipun demikian Komite Nasional ini tidak dapat berjalan sesuai harapan.
Pada tahun 1927 BU masuk dalam PPPKI Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan
Politik Kebangsaan
Indonesia yang
dipelopori Ir. Sukarno. Meskipun demikian, BU tetap eksis dengan asas kooperatifnya. Pada tahun 1928 BU menambah asas perjuangannya
yaitu: ikut berusaha untuk melaksanakan cita-cita persatuan Indonesia. Hal ini sebagai isyarat bahwa BU menuju kehidupan yang lebih luas tidak
hanya Jawa dan Madura namun meliputi seluruh Indonesia. Usaha ini diteruskan dengan mengadakan fusi dengan PBI Persatuan Bangsa
Indonesia suatu partai pimpinan Dr. Sutomo. Fusi ini terjadi pada tahun 1935, hasil fusi melahirkan Parindra Partai Indonesia Raya, sehingga
berakhirlah riwayat BU sebagai organisasi pergerakan pertama di Indonesia.