Pembentukan PPKI URAIAN MATERI

102 Ternyata konggres menyatakan dukungan dan kerjasama dengan Jepang dalam usaha mencapai kemenangan terakhir. Pernyataan tentang kerja sama dengan Jepang tersebut ditentang utusan pemuda dari Jakarta seperti Sukarni, Harsono Cokroaminoto dan Chairul Shaleh. Mereka tidak mengambil bagian dalam gerakan Angkatan Muda Indonesia dan menyiapkan organisasi kepemudaan yang lebih radikal. Pada tanggal 15 Juli 1945 para pemuda radikal tersebut membentuk organisasi “Gerakan Angkatan Baru Indonesia” tujuannya yaitu mencapai persatuan pada semua golongan masyarakat di Indonesia, menanamkan semangat yang revolusioner atas kesadaran sebagai rakyat yang berdaulat, membentuk negara Indonesia, mempersatukan kerjasama dengan Jepang, namun jika perlu bergerak sendiri ”Mencapai kemerdekaan dengan kekuatan sendiri”. Namun Gerakan Rakyat Baru tetap harus tunduk pada Gunseiku pemerintah militer Jepang. Dan ketika tanggal 28 Juli 1945 Gerakan Rakyat Baru diresmikan, dimana Jawa Hokokai dan Masyumi digabung ternyata tokoh- tokoh golongan pemuda seperti Chairul Saleh, Sukarni, Harsono Cokroaminoto dan Asmara Hadi menolak untuk bergabung. Nampak jelas perselisihan paham antara golongan tua dan golongan muda tentang cara pelaksanaan berdirinya negara Indonesia. Golongan tua dan muda sependapat bahwa kemerdekaan Indonesia segera diproklamasikan namun keduanya berselisih pendapat tentang pelaksanaannya. Golongan tua sesuai dengan perhitungan politik berpendapat bahwa Indonesia dapat merdeka tanpa pertumpahan darah dengan jalan kerjasama dengan Jepang. Golongan tua menggantungkan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada rapat PPKI Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Pembentukan PPKI Dokuritsu Jumbi Iinkai dilaksanakan tanggal 7 Agustus 1945, maka saat itu juga BPUPKI Dokuritsu Jumbi Cosakai dibubarkan. Anggota PPKI dipilih oleh Jenderal Besar Terauchi Panglima Perang Tertinggi di seluruh Asia Tenggara. Untuk pengangkatan tersebut, jenderal Terauci memanggil tiga tokoh nasional terdiri Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta, Radfiman Widyodiningrat. Pada tanggal 9 Agustus 1945 mereka bertiga berangkat menuju di markas Jenderal. Terauci di Vietnam Selatan. Dalam pertemuan di Dalath Vietnam Selatan pada tanggal 12 Agustus 1945, Terauci 103 menyampaikan kepada tokoh-tokoh Indonesia bahwa pemerintah Jepang telah memutuskan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Untuk pelaksanaannya telah dibentuk PPKI sampai menunggu persiapan selesai. Sementara itu, untuk wilayah Indonesia pasca kemerdekaan ada tiga usulan yaitu : - Seluruh bekas Hindia Timur Belanda - Seluruh bekas Hindia Timur Belanda ditambah dengan Malaya, tetapi tidak mencakup Papua. - Seluruh bekas Hindia Timur Belanda, ditambah dengan Malaya, Borneo, Timur Portugis dan Papua serta pulau-pulau yang berdekatan dengannya. Namun terdapat perbedaan antara pemerintah Jepang dengan tokoh-tokoh nasional. Jepang beranggapan bahwa pemberian kemerdekaan dilakukan secara bertahap dari satu daerah ke daerah lain, alasannya tingkat persiapan tiap wilayah berbeda-beda. Namun tokoh-tokoh nasional bersikeras agar kemerdekaan diberikan kepada seluruh Indonesia sekaligus. PPKI keanggotaannya terdiri dari 21 orang dari seluruh Indonesia. Ketuanya Ir. Sukarno dan wakil Moh. Hatta. Tugas PPKI adalah bertindak sebagai badan yang mempersiapkan penyerahan kekuasaan pemerintahan dari tentara Jepang kepada badan tersebut.

8. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia a Kekalahan Jepang pada Perang Dunia II

Pada tanggal 14 Agustus 1945 tokoh-tokoh nasional yaitu IR. Sukarno, Moh. Hatta dan dr. Radfiman Widyodiningrat berangkat kembali ke Jakarta setelah bertemu dengan Jenderal Terauci di Dalath, Vietnam. Sementara itu perkembangan Perang Dunia II menjadi berbalik karena negara-negara fasis mulai terdesak oleh kekuatan Sekutu setelah Jerman dan Italia kalah di benua Eropa, tanggal 9 Agustus 1945 Uni Soviet mengumumkan perang dengan kemaharajaan Jepang – Tentara Uni Soviet menyerbu daerah-daerah yang diduduki tentara Jepang di Asia, seperti Mancuria. Sebelumnya tanggal 6 Agustus 1945 kota Hiroshima telah diserang Amerika Serikat dengan dijatuhi Bom Atom. Dan tanggal 9 Agustus 1945 Nagasaki juga dijatuhi Bom Atom. Kekalahan tentara Jepang sudah saatnya tiba. Kaisar Jepang Hirohito Tenno Heika menyadari bahwa ambisi membangun Imperium Asia Timur Raya tidak mungkin tercapai. Kaisar Jepang 104 memerintahkan rakyat dan tentaranya untuk menghentikan perang. Hal inilah yang menjadi pertimbangan Sekutu untuk tidak menjatuhkan bom atom ke 3 di Tokyo. Dan pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat Unconditional Surrender kepada Sekutu. b Peristiwa Rengasdengklok dan Proklamasi Kemerdekaan Peristiwa penting penyerahan Jepang kepada Sekutu tidak banyak di ketahui oleh rakyat Indonesia. Karena pada saat pendudukan Jepang, sumber berita seperti radio disegel dan koran-koran hanya memberitakan kemenangan tentara Jepang. Pimpinan tentara Jepang dengan ketat menyembunyikan berita kekalahan serta peristiwa bom atom, yang membuat negara Jepang porak poranda. Pada saat Sukarno, Hatta dan dr. Rafiman Widyadiningrat kembali ke Jakarta dari Vietnam, berita kekalahan Jepang belum tersebar, namun Sutan Syahrir termasuk tokoh yang mendengar radio tentang penyerahan Jepang. Bung Karno dan Bung Hatta berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia harus dimusyawarahkan dengan PPKI. Alasannya kemerdekaan yang datangnya dari pemerintahan Pendudukan Jepang atau hasil perjuangan sendiri, tidak akan menjadi persoalan. Hal ini berbeda dengan pendapat golongan muda, yang berpendapat PPKI buatan Jepang, sehingga proklamasi kemerdekaan dengan kekuatan sendiri terlepas dari pemerintah Jepang. Tanggal 15 Agustus 1945, golongan muda mengadakan rapat dengan hasil bahwa proklamasi harus dilaksanakan sesegera mungkin tanggal 16 Agustus 1945. Sementara golongan tua tetap perlunya mengadakan rapat PPKI yang merupakan suatu badan perwakilan seluruh Indonesia yang representatif. Disamping itu, kekalahan Jepang pada Sekutu menjadikan pasukan Jepang diberi kewajiban menjaga “Status Quo” atas wilayah Indonesia, sehingga jika golongan muda memaksa mengubah “Status Quo” akan terjadi pertumpahan darah. Perbedaan pendapat antara kedua golongan tersebut, membawa golongan muda bertindak untuk menculik Sukarno – Hatta. Tindakan penculikan tersebut bertujuan untuk menjauhkan mereka dari segala pengaruh pemerintah militer Jepang. Pada jam 04.00 hari Kamis 16 Agustus 1945, Sukarno – Hatta diculik kelompok pemuda dan tentara PETA yang dipimpin Sukarni dan Shodanco Singgih dibawa ke Rengasdengklok. Dari Rengasdengklok menuju markas PETA