65 baik, dan pemahaman keagamaan yang tinggi sehingga patut untuk dicontoh
dan diikuti. Ketika kemudian banyak pedagang dan bangsawan di daerah pelabuhan memeluk Islam maka masyarakat di sekitarnya kemudian
mengikuti memeluk Islam. Dari segi faktor sosial dapat dijelaskan antara lain adalah penggunaan
bahasa melayu oleh para Mubaligh, sehingga Islam dengan mudah dapat di pahami oleh penduduk Nusantara karena kedudukan bahasa Melayu sebagai
bahasa penghubung lingua franca. Aspek sosial lainnya adalah adanya pandangan Islam yang tidak mengenal strata, padahal sebelum kedatangan
Islam masyarakat dipisahkan dalam kasta Islam dianggap sebagai nilai pembebasan dan menjunjung persamaan dalam masyarakat
Faktor budaya yang ikut mendukung berkembang Islam di Indonesia yakni sebelum kedatangan Islam masyarakat Indonesia mempunyai sikap
relijius yang baik, sehingga kedatangan Islam yang menawarkan sebuah keyakinan bukan hal yang asing. Sikap masyarakat Indonesia yang terbuka
menerima budaya asing telah memungkinkan terjadinya interaksi dengan budaya Islam, kemampuan para mubaligh menggunakan sarana budaya
untuk memperkenalkan Islam menjadi saluran Islamisasi yang efektif. Syarat yang mudah untuk menjadi muslim hanya dengan membaca syahadat dan
ritual yang sederhana merupakan daya tarik yang cepat dapat diterima masyarakat Indonesia.
c. Bukti-Bukti Masuknya Pengaruh Islam di Indonesia
Perkembangan Islam di Indonesia mulai abad ke-13 menunjukkan intensitas yang tinggi, munculnya Samudra Pasai sebagai kerajaan Islam di
Indonesia telah menunjukkan bukti pengaruh Islam pada sistem kemasyarakatan secara konkrit, yang dalam konteks ini adalah sistem politik
dan pemerintahan. Dipergunakan gelar Sultan untuk raja merupakan bukti adanya pengaruh Islam dalam sistem pemerintahan. Demikian juga dengan
diperkenalkannya jabatan penghulu dalam struktur pemerintahan di Kraton Demak menunjukkan bahwa Islam telah mempengaruhi pola dan tatanan
pemerintahan kerajaan-kerajaan di Indonesia Sjamsulhuda, 1987. Di Sumatera Barat Islam memperkaya norma-norma adat, pepatah
yang mengatakan bahwa adat bersendi sara, dan sara bersendikan kitabullah merupakan pengakuan masyarakat Sumatera Barat tentang perlunya norma-
66 norma adat yang tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang ditetapkan
Islam Hamka, 1981. Di Jawa diadakan upacara grebeg Maulud yang memadukan antara upacara adat dengan dakwah Islam. Demikian pula di
berbagai tempat di Indonesia, banyak upacara adat memiliki latar belakang terkait dengan paham-paham tertentu dalam Islam. Misalnya kenduri bubur
sura, Asan-usen tabut, Kanji Asura, dsb. Di bidang keagamaan sebagaimana telah dibahas dalam uraian di
atas bahwa tasawuf memiliki pengaruh yang cukup penting. Banyak ritual keagamaan masyarakat yang didasarkan atas ajaran tarekat, tokoh-tokoh
tarekat seperti Hamsah Fansuri, Abdur Rauf Singkel, Nuruddin Ar Raniri menjadi rujukan masyarakat dalam menjalankan ritual keagamaan. Mereka
adalah pengembang tarekat yang mendapat banyak pengikut di Sumatera. Di Jawa pada Wali menggunakan berbagai saluran kesenian untuk
mengembangkan Islam, yang sangat popular adalah Sunan Kalijaga yang mampu mempengaruhi pertunjukkan wayang menjadi sarana dakwah yang
efektif. Bukti fisik tentang masuknya pengaruh Islam adalah pada bidang seni
bangunan arsitektur dan seni sastra. Seni bangunan yang merupakan bukti adanya pengaruh Islam adalah Masjid, bangunan tempat shalat bagi umat
Islam. Dalam bangunan Masjid jelas sekali adanya pengaruh Islam di dalamnya Soekmono, 1985. Selain bangunan masjid, bentuk bangunan
yang terpengaruh Islam adalah makam. Ragam hias dan bentuk nisan memberikan bukti adanya pengaruh Islam. Nisan Fatimah binti Maimun di
Leran Gresik, makam Al Malikus Saleh, dan Troloyo menunjukkan bukti bahwa Islam berpengaruh dalam seni bangunan. Hasil seni ukir
sebagaimana yang terdapat dalam relief di Masjid Mantingan, seni ukir kayu di Cirebon. Bukti pengaruh Islam pada seni sastra sangatlah banyak. Di
Sumatera muncul karya sastra yang berbentuk hikayat, syair, tambo, dan silsilah. di Jawa muncul karya berbentuk Suluk, babad, tembang, dan kitab
Soekmono, 1985. Dalam perilaku keagamaan ajaran tasawuf dapat diterima di
Indonesia karena dapat menemukan titik temu dengan kepercayaan masyarakat terdahulu, sehingga dalam perkembangan Islam di masyarakat
bentuk-bentuk ritual tasawuf sangat mewarnai perilaku keagamaan