Masa Kekuasaan Bani Umayah dan Bani Abasiyah
57 meniru model pejabat pemerintah-an jaman kekaisaran Romawi.
Kebijakan menindas dengan kekerasan terhadap lawan politik, mengakibatkan terjadinya perlawanan di mana-mana, kelompok-
kelompok yang merasa tertindas mengadakan perlawanan, terutama golongan Syiah yang selama ini terus diburu karena dianggap
meneruskan perjuangan keturunan Ali bin Abi Thalib. Terdapat kelompok lain yang menonjol yakni keturunan Bani Abbas. Bani Abbas masih
mempunyai hubungan darah dengan Nabi Muhammad, karena didirikan oleh garis keturunan Abbas paman Nabi. Dengan dukungan golongan
Syiah, Bani Abbas mendirikan gerakan di khurasan yang dipimpin oleh Abu Muslim Al Khurasani. Dengan memanfaatkan rasa sentimen orang-
orang Parsi tehadap Bani Umayyah, Abu Muslim Al Khurasani merebut kekuasaan Bani Umayyah di Kuffah dan memproklamirkan berdirinya
Bani Abbasiyah dengan Khalifah I Abu‟I Abbas Assafat pada tahun 750 M. Dengan proklamasi tersebut berarti merupakan tantangan terbuka bagi
khalifah Bani Umayyah yang pada saat itu dipegang oleh Marwan bin Muhammad. Dalam sebuah pertempuran Marwan dapat di kalahkan,
dengan demikian berakhirlah kekuasaan Bani Umayyah. 2. Bani Abbasiyah
Abu‟I abbas Assafat setelah berkuasa kemudian memindahkan kekuasa-an di Bagdad Irak. Dengan ibukota Bagdad Bani Abbasiyah
mengembangkan kekuasaan hingga dapat bertahan kurang lebih lima setengah abad lamanya 750-1268 M. Banyak ahli berpendapat bahwa
zaman keemasan Islam terjadi pada masa kekuasaan Bani Abbasiyah. Para ahli berargumen bahwa Bani Abbasiyah telah berhasil menunjukkan
kebesaran Islam, tidak hanya dari segi kekuasaan politik, akan tetapi hampir di semua bidang kehidupan Watt, 1988.
Bani Abbasiyah sebagaimana Bani Umayyah, menggunakan politik kekerasan untuk menghadapi lawan-lawan politiknya. Perluasan
kekuasaan politik terus dilakukan sehingga wilayah Islam juga semakin luas. Walaupun untuk beberapa tempat tidak di bawah kontrol langsung
kekuasaan Bagdad, seperti Andalusia di Spanyol yang masih di pegang oleh keturunan Bani Umayyah.
58 Masa kekuasaan Bani Abbassiyah dibagi dalam lima periode,
masing-masing periode kurang lebih berlangsung satu abad. Tidak kurang 37 Khalifah menjadi penguasa Bani Abbassiyah, akan tetapi
hanya sampai Khalifah ke-9 sebenarnya kekuasaan ada di Bagdad. Khalifah yang lain hanya sebagai simbol kekuasaan karena kekuasaan riil
banyak dikuasai panglima perang atau gubernur di wilayah masing- masing. Artinya kekuasaan Bani Abbasiyah hanya diakui kedaulatannya
secara formal saja. Catatan sejarah yang menonjol pada masa Bani Abbasiyah
adalah berkembangnya ilmu pengetahuan yang luar biasa. Dasar-dasar ilmu pengetahu-an yang telah berkembang pada masa Bani Umayyah,
mendapatkan ruang untuk berkembang lebih maju lagi. Perpaduan antara khasanah ilmu Arab, Persia, dan Yunani Kuno, serta pertemuan dengan
nilai-nilai Timur India, dengan cepat tersebar di kalangan masyarakat Islam. Bagdad menjadi pusat ilmu pengetahu-an, dan tidak sekedar pusat
kegiatan politik dan ekonomi. Di bidang ekonomi kota Bagdad menjadi kota transit jalur
perdagangan antara pedagang-pedagang barat dan pedagang-pedagang timur jauh. Di Bagdad telah terdapat perwakilan-perwakilan masyarakat
Cina dan India, perwakilan ini untuk misi perdagangan masing-masing Negara. Tampaknya jalur perdagangan inilah yang menjadi salah satu
sarat penyebaran Islam ke wilayah Asia Tenggara dan Asia Timur. Masa keemasan Abbasiyah akhirnya tenggelam setelah
pergolakan politik dalam negeri Abbassiyah terus terjadi dari waktu ke waktu. Kelompok-kelompok yang selama awal-awal kekuasaan
Abbasiyah dipaksa untuk tunduk, bangkit kembali dan mengadakan pemberontakan. Sementara prajurit bayaran dari bangsa Turki yang diberi
tugas mengawal khalifah telah berhasil menjadi penguasa-penguasa baru pada pemerintahan Abbasiyah. Beberapa pem-berontakan yang terjadi
telah memaksa Abbasiyah melepaskan sebagian kekuasaannya di Afrika Utara kepada raja-raja kecil lokal, dengan catatan bahwa setiap tahun
harus tetap mengirimkan upeti ke Bagdad. Bahkan pada pertengahan abad ke-10 M, ketika golongan Fathimiyah muncul di Mesir dan kemudian
menguasai sebagian wilayah Afrika Utara, kekuasaan Abbassiyah di
59 Bagdad tidak mampu berbuat apa-apa. Ketika Fathimiyah bergerak ke
arah utara menuju Syria, barulah Bagdad mengirimkan pasukan yang terdiri atas orang-orang Turki untuk memerangi, walaupun tidak tampak
hasilnya. Fathimiyah merosot kekuasaan karena adanya serangan dari orang Barbar dari Wilayah Afrika Barat.
Di Bagdad Bani Abbasiyah dihadapkan pada permasalahan terjadinya perebutan pengaruh antara orang-orang Turki, Arab, dan
Persia. Kondisi ini semakin memperlemah kekuasaan Bani Abbassiyah, sehingga pada masa akhir kekhalifan di Bagdad yang sebenarnya
kedaulatan sudah sangat kecil. Bahkan dapat dikatakan bahwa yang berkuasa di Bagdad adalah orang-orang Turki yang dikenal sebagai Bani
Saljuk. Bani Saljuk berkuasa kurang dua abad lamanya dari 1055 M -
1258 M. Tersingkirnya orang-orang Arab dan Parsi dari kekuasaan Bani Abbassiyah telah menjadikan corak kehidupan masyarakat tidak lagi
menjadi identik dengan Islam murni sebagaimana dicontohkan Nabi di Madinah. Ketika pada tahun 1258 tentara Monggol di bawah pimpinan
Hulagu menyerbu Bagdad, sehingga menyebabkan kekhalifahan Bani Abbasiyah berakhir.