80 dalam majalah Het Tijdschrift dan surat kabar De Express, mereka
menyampaikan pemikiran-pemikirannya. Mereka berusaha menyadarkan golongan Indo dan pribumi, bahwa masa depan mereka terancam oleh
bahaya yang sama yaitu eksploitasi kolonial. Untuk melancarkan aksi-aksi perlawanan terhadap kolonial tersebut, mereka mendirikan Indische
Partij. Pada peringatan ulang tahun ke-100 kemerdekaan Belanda dari
penjajah-an Perancis, di Bandung dibentuk Komite Bumiputra. Komite ini mengirim telegram kepada Ratu Belanda yang berisi antara lain
permintaan dibentuknya majelis perwakilan rakyat yang sejati serta adanya kebebasan berpendapat di daerah jajahan. Salah seorang tokoh
Komite Bumiputra yaitu Suwardi Suryaningrat, menulis sebuah artikel yang berjudul
“Als ik een Nederlander was” Seandainya Saya Seorang Belanda, yang berisi sindiran tajam terhadap ketidakadilan di daerah
jajahan. Kegiatan Komite ini dianggap oleh Belanda sebagai aktivitas yang
membahayakan sehingga pada tahun 1913 ketiga tokoh IP dijatuhi hukuman pengasingan di negeri Belanda. Saat di Belanda, mereka aktif
dalam perkumpulan Perhimpunan Indonesia. Dengan pengasingan tokoh-tokoh utama IP membawa pengaruh
terhadap aktivitas organisasi tersebut sehingga para pengikutnya bubar. Namun propaganda
IP tentang “Nasionalisme Indonesia” dan kemerdekaan menjadi bagian dari semangat bangsa di kemudian hari,
terutama dalam organisasi-organisasi setelah IP.
3.3 Partai Nasional Indonesia PNI
Setelah PKI dianggap sebagai partai terlarang oleh pemerintah kolonial, dirasa perlu adanya organisasi baru untuk menyalurkan aspirasi
masyarakat yang sulit ditampung oleh organisasi atau partai politik yang telah ada. Pengambil inisiatif gerakan ini adalah Ir. Sukarno yang pada
tahun 1925 mendirikan Algemeene Studie Club di Bandung. Perkumpulan ini yang di dalamnya terdapat mantan aktivis Perhimpunan Indonesia di
negeri Belanda yang telah kembali ke Indonesia, menempuh jalan non- kooperasi atau tidak bersedia untuk bekerja sama dengan pemerintah
kolonial. Pada tanggal 4 Juli 1927 atas inisiatif Algemeene Studie Club
81 diadakan rapat untuk mendirikan Partai Nasional Indonesia yang dihadiri
oleh Ir. Sukarno, Cipto Mangunkusumo, Sujadi, Iskaq Cokrohadisuryo, Budiarto, dan Sunario. Dalam rapat tersebut, Cipto Mangunkusumo tidak
setuju dengan pembentukan partai baru sebab PKI baru saja ditindak oleh pemerintah akibat melakukan pemberontakan.
Dalam anggaran dasarnya, PNI menyatakan bahwa tujuan PNI adalah bekerja untuk kemerdekaan Indonesia. Tujuan ini akan dicapai
dengan asas “ kepercayaan pada diri sendiri”, artinya memperbaiki keadaan politik, ekonomi, dan sosial dengan kekuatan sendiri antara lain
dengan mendirikan
sekolah-sekolah, poliklinik,
bank nasional,
perkumpulan koperasi, dan lain-lain. Hal ini berarti sikap PNI adalah non- kooperasi dengan pemerintah Hindia Belanda Nugroho Notosusanto,
1975: 215. PNI menolak bergabung dengan dewan-dewan yang dibentuk pemerintah seperti Volksraad Dewan Rakyat, Gemeenteraden Dewan-
dewan kotapraja, Provincieraden Dewan-dewan propinsi atau Regentschapsraden Dewan-dewan kabupaten serta lainnya Sagimun
MD, 1989: 93. PNI mengganggap bahwa lahirnya partai politik tersebut sebagai
awal lahirnya nasionalisme Indonesia murni yang memperjuangkan kemerdekaan atas kemauan dan kekuatan sendiri sehingga berbeda
dengan organisasi politik perintis sebelumnya yaitu Indishe Partij yang dipimpin oleh Douwes Dekker. Perbedaan mendasar antara asas
kebangsaan atau nasionalisme dari IP dengan PNI adalah : a.
Nasionalisme yang dianut IP berasas “Indisch Nastionalisme”, yang menyatakan bahwa tanah air Indonesia bukan hanya milik orang
Indonesia asli tapi juga orang-orang Indo atau perananakan Belanda, perananakan Cina, dan lain-lain yang lahir dan merasa memiliki
Indonesia. Nasionalisme IP berasaskan kebudayaan Barat yang disesuaikan dengan kebudayaan pribumi. Dan perjuangan IP lebih
mengutamakan pada nasib atau keadaan kaum Indo-Belanda meskipun juga memperhatikan nasib kaum pribumi.
b. Nasionalisme PNI berasaskan nasionalisme murni serta berdasarkan kebudayaan asli Indonesia meski bersedia menerima unsur-unsur