BAB II TINJAUAN PUSTAKA
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Perencanaan pembangunan jaringan jalan pada suatu wilayah ditujukan untuk mengupayakan keserasian dan keseimbangan pembangunan antar kotawilayah sesuai
dengan potensi alamnya dan memanfaatkan potensi tersebut secara efisien, adil dan aman. Prinsipnya, pada pembangunan dan pengembangan wilayah pendekatan
pembagian ruang dapat dilakukan berdasarkan aspek
fungsi
,
kegiatan
dan
administrasi.
Berdasarkan aspek
fungsi
, ruang dibagi atas kawasan lindung, yaitu kawasan yang dapat menjamin kelestarian lingkungan; dan kawasan budidaya, yaitu kawasan yang
pemanfaatannya dioptimasikan bagi kegiatan budidaya. Berdasarkan aspek
kegiatan
nya, ruang dibagi atas dominasi kegiatan perkotaan, perdesaan dan kawasan tertentu.
Termasuk dalam kawasan tertentu antara lain kawasan cepatberpotensi tumbuh, kawasan kritis lingkungan, kawasan perbatasan, kawasan sangat tertinggal, dan kawasan
strategis. Sedangkan berdasarkan
administrasi
, ruang dibagi atas ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupatenkota. Pada intinya, dalam perencanaan pembangunan
dan pengembangan, ruang harus dilihat sebagai satu kesatuan yang digunakan sebesar- besarnya untuk kemakmuran rakyat yang perlu dipelihara kelestariannya, bukan saja
untuk perioda sekarang, tetapi juga mempertimbangkan generasi yang akan datang.
Namun, terkait dengan kondisi wilayah yang berbeda, respon pembangunan masyarakat disetiap wilayah juga berbeda-beda. Apalagi dominasi pemerintah pusat di
semua daerah dengan standar pembangunan berskala nasional masih sangat besar, menyebabkan semakin terjadinya
disparitas
kemajuan antar daerah yang kian berbeda Keban, 1999. Tidak dapat pula diabaikan adalah perbedaan potensi, kendala, limitasi
alam, termasuk gejolak sosial, ekonomi yang juga menimbulkan dan telah semakin membuka berbagai masalah ketimpangan pembangunan antar daerah Maskur Riyadi,
2000. Disisi lain, kondisi wilayah yang terkebelakang memerlukan percepatan pembangunan dalam mengejar ketertinggalan wilayahnya, khususnya pembangunan
infrastruktur jalan. Dengan tingginya aksesibilitas wilayah, biaya-biaya transportasi relatif murah, sehingga pengembangan dan pemanfaatan potensi wilayah dan
pemenuhan kebutuhan kehidupan masyarakatnya menjadi efisien.
2.2 Penetapan Sistem Zona dalam Perencanaan Pembebanan Jalan
Untuk analisis wilayah regional sebagai Wilayah Pengaruh WP keberadaan sustu segmen jalan, penanganan masalah-masalah disparitas perlu dilakukan secara
regional pula, yaitu melalui analisis pengembangan zona-zona, sesuai permasalahan dan potensi yang dimiliki masing-masing zonanya. Dengan demikian, tahap awal dalam
perencanaan jalan adalah penetapan Sistem Zona SZ. Setiap perjalanan orang atau kendaraan di wilayah pengaruh jalan tersebut harus ditetapkan lokasi atau zona yang
menjadi asal dan tujuannya. Secara umum zona asaltujuan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
6
a Zona internal, yaitu zona-zona asal danatau tujuan perjalanan yang berada di
dalam wilayah penelitian, termasuk zona-zona pengembangan kawasan yang direncanakan. Zona-zona internal ini dibatasi oleh Batas-batas Kordon Eksternal
External Cordon Line
.
b Zona eksternal, yaitu zona-zona asal atau tujuan perjalanan yang berada di luar
wilayah penelitiandiluar
External Cordon Line
. Oleh karena itu, dengan mengasumsikan “Zona Internal Nusa Penida” sebagai
“Wilayah Penelitian” jalan perintis Lingkar Barat-Selatan Nusa Penida, maka dalam setiap bangkitan perjalanan yang terjadi, dapat dibedakan menjadi 3 komponen lalu
lintas lihat Gambar 2.1, yaitu:
1. Lalu lintas menerus
through traffic
: asal-tujuan perjalanan lalu lintas tidak ada kaitan dengan zona-zona di Nusa Penida, tetapi arus lalu lintas melewati wilayah
yang bersangkutan; 2.
Lalu lintas lokal
terminating traffic
: asal atau tujuan perjalanan lalu lintas, salah satunya berada pada Zona Internal Nusa Penida dan yang lain pada Zona Regional
di Luar Nusa Penida; dan 3.
Lalu lintas didalam zona internal Nusa Penida itu sendiri
intrazonal traffic
: asal dan tujuan perjalanan keduanya berada di Nusa Penida di dalam wilayah eksternal
Kordon.
Gambar 2.1 Hubungan Zona di Wilayah Penelitian dan Asal-Tujuan Perjalanan Karakteristik lalu lintas menerus
through traffic
tergantung pada karakteristik variabel-variabel bangkitan perjalanan didalam kedua Wilayah Regional diluar Nusa
Penida yang dihubungkannya. Dipihak lain, lalu lintas lokal
terminating traffic
dan lalu lintas didalam Zona Internal
intrazonal traffic
merupakan fungsi dari karakteristik variabel-variabel aktivitas masyarakat dan pembangunan guna lahan di Nusa Penida
sebagai wilayah penelitian. Praktisnya, secara keseluruhan wilayah akan dibagi menjadi beberapa zona berdasarkan batasan “administrasi daerah” dan “batas alami” sesuai
keseragaman fungsi wilayah zona. Dengan demikian keseluruhan Asal-Tujuan A-T perjalanan yang ada dapat didefinisikan secara geografis dan variabel-variabel yang
1 Lalu-lintas Menerus through trips
External-external
3 Lalu-lintas di dalam Zona Lokal
intrazonal trips Internal-internal
2 Lalu-lintas Lokal Terminating Trips
External-internal 2 Lalu-lintas Lokal
Terminating trips Internal-external
Batas Zona Lokal Jalan Jimbaran
External cordon
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
7
berkaitan dengan bangkitan perjalanan, secara spasial seperti jarak perjalanan dapat ditentukan besarannya. Prosedur dan model perancangannya dapat dijelaskan sebagai
berikut lihat Gambar 2.2 di bawah:
Gambar 2.2 Pemodelan Zona Internal dan Eksternal dalam Wilayah Penelitian Nusa Penida
Langkah-langkah Penetapan Zona Penelitian:
Pertama, mendefinisikan wilayah Bangkitan Perjalanan yang potensial mempengaruhi volume lalu lintas
„Rencana Jalan Lingkar Barat-Selatan Nusa Penida’, baik saat ini maupun dimasa yang akan datang perioda umur rencana 2020 - 2045.
Kedua, membagi wilayah tersebut kedalam zona-zona berdasarkan batas-batas administrasi atau kesamaan fungsi wilayah kawasan, sehingga diperoleh jumlah zona,
baik zona-zona internal maupun eksternal. Penzoningan ini dibutuhkan untuk mendapatkan Asal-Tujuan A-T setiap perjalanan yang ada. Dengan mempergunakan
variabel Jumlah Penduduk, kondisi wilayah dan prediksi perkembangan Tata Guna Wilayahnya dimasa depan, akan didapatkan bangkitan lalu lintas dari masing-masing
zona sebagai fungsi dari kondisi sosial ekonomi, lokasi, jaringan jalan dan Tata Guna Lahan TGL.
Zona-zona Internal
Zona Eksternal
Regional-zones
Wilayah Pengaruh Diluar
Nusa Penida
Batas-batas Administrasi
Wilayah Nusa Penida
Wilayah Pengaruh Diluar
Nusa Penida Lainnya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
8
Ketiga, menempatkan pusat-pusat zona
zone centroids
sebagai awal dan akhir perjalanan antar-zona
interzonal trips
. Oleh karena itu, pusat zona haruslah sebagai titik pusat gravitasi semua perjalanan didalam zona tersebut.
Terakhir, menggabungkan pusat-zona dan jaringan jalan yang ada. Pada beberapa kasus, mungkin jaringan bersifat imaginer
dummy connector
, sehingga jarak perjalanan antar zona dapat ditentukan panjangnya sebagai salah satu unsur
Generalised Cost
yang menentukan pembebanan jalan yang direncanakan.
2.3 Sistem Transportasi Makro