BAB II TINJAUAN PUSTAKA
20
masing yang meminimumkan biaya perjalanan misalnya waktu. Hasilnya, mereka mencoba mencari beberapa rute alternatif yang akhirnya berakhir pada suatu pola rute
yang stabil kondisi keseimbangan setelah beberapa kali mencoba-coba. Proses pengalokasian pergerakan tersebut menghasilkan suatu pola rute yang arus
pergerakannya dapat dikatakan berada dalam keadaan keseimbangan, jika setiap pelaku perjalanan tidak dapat lagi mencari rute yang lebih baik untuk mencapai zona
tujuannya, karena mereka telah bergerak pada rute terbaik yang tersedia. Kondisi ini dikenal dengan kondisi keseimbangan jaringan jalan.
Dalam berbagai studi mengenai perkiraan arus lalu lintas
, termasuk dalam pengembangan jalan Perintis Nusa Penida ini, penggunaan model perencanaan transportasi
empat tahap sudah sangat umum diaplikasikan, karena selain kemudahannya juga kemampuannya dalam menggambarkan berbagai interaksi antara sistem transportasi jalan
dan pembangunan tata ruang di wilayah studi
Oppenheim, 1995.
Struktur umum konsep dan tahapan aplikasi model perencanaan transportasi empat tahap
the classical four stages in transportation planning
dan faktor-faktor yang berpengaruh disajikan pada Gambar 2.10, di bawah ini.
Gambar 2.10 Tahapan Perkiraan Arus Lalu Lintas dan Faktor-faktor yang Berpengaruh
2.6 Konsep Pembebanan Lalu Lintas pada Jalan-Jalan Perintis
Agar aktifitas guna lahan dapat terwujud dengan baik maka kebutuhan transportasinya harus terpenuhi dengan baik. Sistem transportasi yang macet tentunya
akan menghalangi aktivitas tata guna lahannya. Sebaliknya, transportasi yang tidak melayani suatu tata guna lahan akan menjadi sia-sia, tidak termanfaatkan secara efisien.
Pergerakan manusia dan barang yang disebut arus lalu lintas
traffic flow
, merupakan Karakteristik Jaringan
Transportasi Tata Ruang zona
MAT antar zona Model Pemilihan
Moda Model
Distribusi Perjalanan Model
Bangkitan Perjalanan Sistem dan Karakteristik
zona wilayah studi
Karakteristik Keluarga Produksi perjalanan
trip ends per zona
MAT per moda Karakteristik Pelaku
Perjalanan Aksesibilitas
Generalised Cost antar zona
Karakteristik Moda
Karakteristik Rute Pembebanan
lalu lintas jalan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
21
konsekuensi gabungan dari aktifitas lahan permintaan dan kemampuan sistem transportasi dalam mengatasi masalah dan mengakomodasi arus lalu lintas penawaran.
Biasanya terdapat interaksi langsung antara jenis dan intensitas tata guna lahan dengan penawaran fasilitas-fasilitas transportasi yang tersedia. Salah satu tujuan utama
perencanaan setiap tata guna lahan dan sistem transportasi adalah untuk menjamin adanya keseimbangan yang efisien antara aktifitas tata guna lahan dengan kemampuan
transportasi Khisty dan Lall, 2005.
Pada sisi yang berlawanan, elemen-elemen yang terdapat dalam sistem transportasi juga ikut memberikan kontribusi seperti atribut-atribut sistem transportasi
yang menggambarkan bagaimana tingkat pelayanan yang diberikan oleh sistem transportasi berupa kondisi pelayanan, diantaranya adalah: waktu perjalanan, biaya
perjalanan, pelayanan, kenyamanan, keamanan, keberhandalan, dan ketersediaan armada sesuai dengan waktu yang diinginkan. Hubungan yang saling menguntungkan
antara transportasi dan tata guna lahan menghasilkan pergerakan dan pola-pola arus lalu lintas yang terlihat di suatu wilayah. Aksesibilitas tempat memiliki dampak besar
terhadap nilai lahan, dan lokasi suatu tempat di dalam jaringan transportasi menentukan tingkat aksesibilitasnya. Dengan demikian dalam jangka panjang, sistem transportasi
dan arus lalu lintas di dalamnya akan membentuk pola tata guna lahan yang menentukan bangkitan perjalanan dan pembebanan terhadap jaringan jalan disekitarnya.
Dipihak lain, Black menyatakan bahwa pola perubahan dan besaran pergerakan serta pemilihan moda pergerakan merupakan fungsi dari adanya pola perubahan guna
lahan di atasnya. Sedangkan, setiap perubahan guna lahan dipastikan akan membutuhkan peningkatan pelayanan yang diberikan oleh sistem transportasi dari
kawasan yang bersangkutan Black, 1981. Hubungan antara pengembangan lahan dan bangkitan pergerakan yang pada hakekatnya akan membebani jalan yang direncanakan
dapat dijelaskan dalam tiga konteks berikut ini Khisty dan Lall, 2005:
1. Hubungan fisik dalam skala makro, yang memiliki pengaruh jangka panjang dan umumnya dianggap sebagai bagian dari proses perencanaan.
2. Hubungan fisik dalam skala mikro, yang memiliki pengaruh jangka pendek dan jangka panjang dan umumnya dianggap sebagai masalah desain seringkali pada
skala lokasi-lokasi atau fasilitas-fasilitas tertentu. 3. Hubungan proses, yang berhubungan dengan aspek hukum, administrasi, keuangan,
dan aspek-aspek institusional tentang pengaturan lahan dan pengembangan transportasi.
Dengan demikian tujuan dari perencanaan pembebanan lalu lintas adalah: 1. Menentukan angka besaran jumlah arus lalu-lintas kebutuhan akan jasa
transportasi pada masa tahun Umur Rencana UR jalan, yang akan dijadikan sebagai basis pengambilan keputusan
decision making
untuk menetapkan berapa jumlah fasilitas-fasilitas pelayanan sistem transportasi yang akan dibangun
disediakan untuk menuju keseimbangan ideal antara jumlah kebutuhan dengan jumlah fasilitas yang disediakan.
2. Untuk mengamati perilaku saling mempengaruhi antara tata guna lahan, sistem transportasi, dan jumlah kebutuhan yang ditimbulkannya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
22
3. Untuk meneliti sampai dimana kekuatan saling mempengaruhi
strong influencessignificant level
di antara variabel-variabel tata guna lahan, sistem transportasi, dan jumlah kebutuhan akan jasa transportasi.
4. Untuk memberikan pemahamankesadaran kepada kita, khususnya para perencana transportasi dan masyarakat yang terlibat dengan transportasi, baik langsung ataupun
tidak, betapa eratnya hubungan antara ketiga variabel tersebut tata guna lahan, sistem transportasi, dan jumlah kebutuhan akan jasa transportasiarus lalu lintas, dan
itu berarti ketiga variabel ini tidak bisa kita pisahkan dalam studi perencanaan. Suatu perubahan pemanfaatan lahan akan menyebabkan meningkatnya bangkitan
pergerakan sehingga sangat perlu uintuk dipahami.
Untuk suatu segmen jalan, perkiraan pembebanan lalu lintas yang melewati segmen-jalan tersebut menjelaskan berbagai bentuk interaksi bangkitan perjalanan
antara 2 sub-wilayah yang dihubungkannya. Ada beberapa perbedaan penting dalam penerapan interaksi spasial sistem transportasi jalan, jika dibandingkan dengan telepon
atau interaksi udara. Sebagian besar perjalanan kendaraan, bagaimanapun juga akan melibatkan serangkaian kegiatan melewati dan berhenti di jalan Taaffe
et al
, 1996. Perkiraan lalu lintas menggunakan segmen-jalan juga dapat dilakukan baik pada tingkat
agregat zona atau pada tingkat disagregat rumah tangga Oppenheim, 1995. Umumnya, ada 4 metoda pembebanan lalu lintas yang mungkin dapat dilakukan Taylor
et al
, 2000, yaitu:
1. Pembebanan
All or nothing
, 2 Pembebanan dengan Kurva Dispersi,
3 Pembebanan dengan Kapasitas Terbatas, dan 4 Pembebanan Bertahap
Incremental Loading
. Namun, untuk bangkitan perjalanan dan pembebanan pada wilayah-wilayah
terkebelakang yang masing alamiah dengan penduduk sangat jarang memerlukan metode tersendiri. Salah satunya adalah metode analogi. Metode ini mengasumsikan
bahwa kondisi wilayah yang sama didiami oleh penduduk dengan karakteristik yang sama serta dilewati jaringan jalan dengan kondisi relatif sama akan mempunyai
bangkitan perjalanan yang sama pula, sesuai dengan jumlah penduduk wilayah yang bersangkutan. Metode analogi dibutuhkan karena bangkitan perjalanan eksisting yang
sangat kecil bahkan mendekati nol penduduk tidak melakukan perjalanan ke zona-zona lainnya. Dalam aplikasi metode analogi ini memerlukan data kondisi wilayah, jaringan
dan penduduk untuk dibandingkan dengan wilayah yang dianalogikan dimasa depan. Dengan metode ini diperoleh bangkitan dan pembebanan lalu lintas pada tahun rencana.
Untuk perkiraan arus lalu lintas dari tahun ke tahun sesuai umur rencana proyek, khususnya pembebanan lalu lintas pada proyek jalan perintis di bagian Barat-Selatan
Nusa Penida 2020 – 2045 dilakukan melalui proyeksi volume eksisting dengan
skenario Faktor Pertumbuhan FP lalu lintas. Metode untuk menentukan besarnya pertumbuhan lalu lintas diperoleh melalui analisis peramalan yang dinyatakan dalam
persen per tahun tahun. Diketahui ada berbagai jenis faktor-faktor pertumbuhan lalu lintas, antara lain:
a.
Normal Growth
: meningkatnya arus lalu lintas akibat meningkatnya jumlah penduduk dan jumlah perjalanan
trips
berdasarkan fasilitas yang ada. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan perjalanan, yaitu:
1 Peningkatan pendapatan merupakan sifat manusia bahwa apabila penghasilannya meningkat maka standar kebutuhan hidupnya juga akan meningkat. Kebutuhan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
23
yang meningkat dapat menyebabkan peningkatan jumlah perjalanan untuk memenuhi kebutuhan tersebut;
2 Kepemilikan kendaraan. Kepemilikan kendaraan pada suatu rumah tangga dapat menyebabkan kecenderungan peningkatan jumlah perjalanan pada suatu rumah
tangga. Berdasarkan hasil penelitian di Detroit Area disebutkan bahwa peningkatan pemilikan kendaraan menyebabkan meningkatnya jumlah perjalanan
penduduk perorang perhari maupun jumlah perjalanan dengan menggunakan kendaraan pribadi;
3 Struktur rumah tangga. Struktur rumah tangga merupakan faktor yang tidak kalah penting dalam menentukan peningkatan bangkitan yang terjadi di daerah
pemukiman. Keluarga yang memiliki semakin banyak jumlah anggota keluarga yang produktif berusia antara 5 sampai batas akhir usia kerja maka
kecenderungan untuk meningkatnya jumlah perjalanan semakin besar;
4 Semakin dekatnya jarak pemukiman terhadap pusat kegiatan, menurut penelitian dikatakan bahwa daerah pemukiman yang terletak di pusat kota di mana
merupakan pusat berbagai aktivitas sosial, ekonomi, politik dan lainnya mempunyai jumlah perjalanan akan lebih meningkat dibandingkan dengan jumlah
perjalanan dari kawasan pemukiman yang berada di pinggiran kota, Dickey, 1980.
5 Kepadatan daerah permukiman; semakin padat jumlah penduduk di suatu daerah pemukiman maka cenderung semakin meningkat jumlah perjalanan yang terjadi;
b.
Diverted Growth
: meningkatnya jumlah kendaraan akibat beralihnya rute
perjalanan karena alasan tertentu, misalnya adanya keuntungan yang didapat apabila melalui ruas jalan baru tersebut.
c.
Generated
atau
Induced Growth
: meningkatnya jumlah kendaraan akibat semakin
mudahnya mobilitas dan aksesibilitas di ruas jalan tersebut, misalnya ada pembangunan jalan baru atau perbaikan jalan lama.
d.
Converted Growth
: meningkatnya jumlah kendaraan akibat adanya rute angkutan umum baru sebelumnya tidak ada.
Disisi lain, berbagai faktor yang juga mempengaruhi pertumbuhan lalu lintas diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan kepemilikan kendaraan,
pertumbuhan tata guna lahan, pertumbuhan Lalu lintas Harian Rata-rata LHR, pertumbuhan lalu lintas jam puncak, dan sebagainya, yang memerlukan survei data dan
pembahasan lebih lanjut. Sedangkan, dalam perhitungan, untuk perkiraan arus lalu lintas yang membebani jaringan rencana jalan diwaktu mendatang dapat ditentukan
melalui metode skenario. Skenario Faktor Pertumbuhan rendah, sedang maupun tinggi. Skenario-skenario tersebut dapat diasumsikan berdasarkan Faktor Pertumbuhan FP
penduduk, panjang jalan, lalu lintas, pemilikan kendaraan dan lain-lainnya yang umumnya diperoleh melalui data sekunder.
BAB III METODE PENELITIAN
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Umum