BAB III METODE PENELITIAN
26
Gambar 3.1 Tahapan Penelitian dalam Analisis Pembebanan Lalu lintas
3.3 Survei Geometri Jalan Eksisting
Tujuan survei geometri jalan eksisting adalah untuk mengetahui karakteristik jalan dalam kaitannya dengan pembebanan lalu lintas yang harus diakomodasi saat ini.
Data yang diambil pada geometri jalan meliputi panjang jalan, lebar perkerasan, lebar efektif, lebar bahu jalan, jenis perkerasan, kondisi permukaan, median jalan, kemiringan
dan jumlah lajur.
Peralatan yang digunakan Surveyor dilengkapi dengan alat ukur berupa meteran, blangko survei dan alat tulis.
Metoda survei pada pengumpulan data ini adalah: -
Pencatatan dilakukan secara
manual
melalui pengukuran langsung di lapangan. -
Survei dilakukan oleh tiga orang surveyor, yaitu satu orang mencatat data dan dua orang melakukan pengukuran.
Bangkitan Perjalanan pada Awal Umur Rencana UR
Jalan tahun 2020
Kebutuhan pengembangan Jalan dalam Interval Umur
Rencana UR 25 tahun
Kesimpulan dan Saran Kapasitas Jalan Perintis
sbg Jalan Lingkar Barat- Selatan Nusa Penida
Asumsi: Karakteristik Jalan
Perintis dan Hambatan
Samping Data Pertumbuhan:
- Pesimis Rendah, - Moderat Medium dan
- Optimis Tinggi Prediksi Pembebanan Lalu
Lintas 25 Tahun Kedepan
2020-2045 Bangkitan Perjalanan:
Desa Jimbaran thn 2000 0,81 orang-perjhari
Perkembangan Wilayah dari tahun ke tahun
- Penduduk
- - Penumpang Pelabuhan
- - Wisatawan ke Nusa
Penida Kondisi wilayah:
Berkapur, Sudah mulai terbangun,
Dilewati jalan berkelas
Pembebanan Lalu lintas pada Awal Umur Rencana
UR Jalan tahun 2020 A
BAB III METODE PENELITIAN
27
3.4 Survei Lalu lintas
3.4.1 Survei Volume Kendaraan
Traffic Counting Survey
Data pencacahan volume lalu lintas dimaksudkan sebagai informasi dasar yang diperlukan untuk fase perencanaan, desain, manajemen sampai pengoperasian jalan.
Data tersebut dapat mencangkup jaringan jalan pada satu daerah yang diinginkan atau pada jalan-jalan yang melintasi garis batas yang mewakili volume rencana. Survei
volume lalu lintas pada penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai tingkat penggunaan jaringan yang telah ada di Nusa Penida, seperti: volume lalu lintas
per jam, volume lalu lintas per hari, klasifikasikomposisi kendaraan dan lain-lain.
Pada hakekatnya jangka waktu survei tergantung dari maksud pelaksanaan survei dan kondisi lalu lintas yang akan dianalisis. Survei dapat dilakukan mulai dari
satu jam hingga satu hari penuh, tergantung informasi awal yang diperoleh mengenai terjadinya jam-jam sibuk lalu lintas. Pada penelitian ini survei dilakukan dengan metode
manual
melalui pencacahan volume lalu lintas mulai dari jam 6.00 hingga 10.00 untuk mendapatkan jam sibuk tertinggi sebagai Volume Jam Perencanaan VJP, yang
berdasarkan informasi awal berada diantara jam-jam tersebut. Prosedur pelaksanaan survei ini yaitu penyurvei menempati suatu titik yang
tetap di tepi jalan sedemikian rupa, sehingga dia mendapatkan pandangan yang jelas dan sedapat mungkin agar penyurvei terhindar dari panas dan hujan. Penyurvei mencatat
setiap kendaraan yang melintasi titik yang telah ditentukan pada formulir survei lapangan. Pencatatan volume kendaraan dilakukan tiap interval 15 menit. Alat-alat yang
diperlukan dalam survei ini adalah formulir survei, alat tulis dan pencatat waktu
stop watch
. Pencatatan data dilakukan secara terpisah untuk masing-masing arah lalu lintas, dan kemudian dijumlahkan pada tahap analisis guna memperoleh volume total untuk
kedua arah.
3.4.2 Survei Kecepatan Perjalanan
Survei ini bertujuan untuk menentukan kecepatan rata-rata perjalanan dari satu zona ke zona lainnya. Metode yang digunakan adalah Metode
Manual
. Dalam metode ini ditentukan jarak 200m pada segmen jalannya dan kecepatan masing-masing sampel
kendaraan dicatat per 15 menit sebagai dasar untuk distribusi sampel kecepatan. Setelah waktu tempuh dan jarak perjalanan diperoleh, maka kecepatan dari masing-masing
sampel dapat dicari dengan rumus:
t S
V
dengan:
V
= kecepatan tempuh kmjam
S
= jarak perjalanan km
t
= waktu perjalanan jam
3.5 Bangkitan Perjalanan Nusa Penida
3.5.1 Pengembangan Model Bangkitan Perjalanan pada Zona berbasis Desa.
Bangkitan perjalanan pada zona berbasis desa menunjukkan hubungan antara tata guna lahan di wilayah desa tersebut dengan jumlah pergerakan yang memasuki dan
BAB III METODE PENELITIAN
28
meninggalkan desa yang bersangkutan. Variabel utamanya berupa jumlah perjalanan yang dihasilkan pada selang waktu tertentu per jam, per hari. Produksi perjalanan
trip production
dianalisis secara terpisah dengan tarikan perjalanan
trip attraction,
sehingga tujuan perencanaan bangkitan perjalanan untuk mengestimasi seakurat mungkin bangkitan lalu lintas saat sekarang dapat digunakan pula untuk meramalkan
perjalanan dimasa yang akan datang untuk masing-masing desa studi.
Namun, dengan kondisi wilayah yang belum berkembang dan juga tidak adanya jaringan jalan dan infrastruktur lainnya yang memadai saat ini menyebabkan
wilayah Nusa Penida, khususnya bagian Barat dan Selatan, tidak mendapat perhatian yang serius. Hal ini bermuara pada bangkitan perjalanan yang dilakukan masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari yang didominasi oleh perjalanan penduduk setempat yang dilakukan didalam zona
internalized trips
. Dengan adanya perhatian nyata yang ditandai oleh pembangunan jalan lingkar Nusa Penida sebagai sebuah
Big Phase
dalam perkembangan pembangunan Nusa Penida, maka dapat dipastikan bangkitan perjalanan
akan meningkat secara drastis, karena lokasinya yang dekat dengan objek-objek wisata yang sudah berkembang mendunia. Kondisi ini dapat dianalogikan dengan wilayah
bukit sebelum tahun 2000, dimana jaringan jalan berkelas mulai dikembangkan untuk melayani wilayah tersebut. Dengan alasan ini pula, bangkitan perjalanan zona berbasis
desa di Nusa Penida menerapkan metode analogi.
Model Analogi wilayahkawasan sejenis adalah dengan metode studi banding, yaitu asumsi karakteristik bangkitan eksisting wilayah-wilayah Nusa Penida relatif sama
dengan wilayah yang dibandingkan dengan data bangkitan perjalanan tertentu. Dalam penelitian ini metode analogi dilakukan dengan membandingkan wilayah
“Bukit” Kuta Selatan sekitar tahun 2000. Bangkitan perjalanan Nusa Penida tahun saat ini jalan
lingkar belum ada analog dengan wilayah Desa Pecatu pada tahun 2000, dengan karakteristik wilayah kering dan berkapur, rumah penduduk jarang serta belum
memiliki jaringan jalan hanya dengan jalan-jalan stapak. Sedangkan, prediksi tahun 2020 dimana jalan diasumsikan sudah dibangun, maka kondisi Nusa Penida relatif sama
dengan Desa Jimbaran tahun 2000, dengan bangunan sudah relatif padat dilewati oleh adanya jaringan jalan utama.
3.5.2 Pengembangan Model Bangkitan Perjalanan Zona berbasis Pelabuhan
Pengembangan model bangkitan perjalanan berbasis pelabuhan tentunya hanya dapat dilakukan dengan adanya data penumpang relatif lengkap, walaupun pada
beberapa pelabuhan keberadaannya masih diragukan, misalnya data nol perjalanan. Namun, dengan data
time series
tersebut, model pola perjalanan pelabuhan akan didasarkan pada data pola perjalanan orangtahun dimasing-masing pelabuhan sebagai
bangkitan perjalanannya. Sebagai contoh Pelabuhan Toyapakeh, data perjalanan eksisting tahun 2013 adalah data riil penumpang turun sebesar 20.481 orangtahun,
sehingga rata-rata harian mencapai 20.481365 = 56 oranghari. Demikian pula untuk pelabuhan-pelabuhan lainnya di Nusa Gede dengan data riil akan diperoleh bangkitan
perjalanan per harinya. Selanjutnya, berdasarkan data time series diperoleh pula pertumbuhan rata-rata penumpang yang turun di pelabuhan-pelabuhan Nusa Penida per
tahunnya. Dengan demikian, prediksi tahun 2020 sebagai awal Umur Rencana UR dan tahun 2045 sebagai akhir Umur Rencana jalan Lingkar Nusa Penida tentunya akan dapat
dihitung dengan mengaplikasikan metode Bunga Berganda.
BAB III METODE PENELITIAN
29
3.5.3 Pengembangan Model Bangkitan Perjalanan pada zona Kawasan Efektif Pariwisata KEP.
Kawasan Efektif Pariwisata merupakan kawasan yang berbasis objek-objek wisata dengan kualitas pelayanan untuk wisatawan. Bangkitan perjalanan didominasi
oleh perjalanan untuk tujuan wisatahiburan. Pada tahun 2014 ini, Kawasan Efektif Pariwisata di Nusa Gede masih dalam tahapan rencana dan bangkitan perjalananpun
sebagian besar masih merupakan limpahan dari wisatawan Nusa Ceningan dan Lembongan. Namun, dengan asumsi jumlah wisatawan akan meningkat sebanding data
realita peningkatan jumlah penumpang ke Nusa Penida dalam 5 tahun terakhir, maka pada tahun-tahun rencana 2020-2045, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Nusa
Penida akan dapat dihitung, baik per tahunnya maupun per harinya.
3.6 Proyeksi Bangkitan Perjalanan Nusa Penida
Bangkitan perjalanan pada beberapa pusat kegiatan Nusa Penida saat ini menggambarkan kondisi sistem Tata Guna Lahan TGL dan sistem transportasi
jaringan jalan, yang berbasis pada hasil-hasil pengumpulan data, baik data primer maupun sekunder. Secara keseluruhan model bangkitan perjalanan eksisting mencakup
prakiraan permintaan demand dari 23 kawasan yang didefinisikan sebagai zona bangkitan perjalanan. Analisis bangkitan perjalanan pada studi kelayakan ini terdiri dari
beberapa tahapan analisis, yaitu:
3.6.1 Tingkat Pertumbuhan Bangkitan Perjalanan
Tingkat pertumbuhan bangkitan perjalanan pada zona yang berbasis desa akan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang terkait langsung dengan terjadinya perjalanan
maupun perjalanan untuk tujuan pemenuhan kebutuhan hidup perjalanan sebagai kebutuhan turunan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan tersebut,
antara lain: tingkat pertumbuhan penduduk, peningkatan pendapatan, perluasan tipe, skala, kepadatan dan tata letak kegiatan di zona tersebut, kebijakan-kebijakan
pemerintah, dll. Bangkitan perjalanan yang berbasis Kawasan Wisata dan Kawasan Pelabuhan tentu dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya, seperti prasarana dan sarana
yang ada, kualitas pelayanan dan kenyamanan kawasan dan tentunya juga perhatian pemerintah terhadap pengembangan dikemudian hari. Berdasarkan ketersediaan data
sekunder, ada 3 skenario tingkat pertumbuhan bangkitan perjalanan yang secara langsung berpengaruh terhadap pembebanan lalu lintas, yaitu:
1. Pertumbuhan Pesimis, yaitu pertumbuhan bangkitan perjalanan dengan persentase
terkecil dari variabel-variabel berpengaruh, misalnya data pertumbuhan penduduk yang hanya sebesar 2,14tahun. Data ini diasumsikan relatif sama dengan
pertumbuhan bangkitan perjalanan. Sedangkan, untuk bangkitan perjalanan pada kawasan wisata dan pelabuhan dimana pertumbuhan penduduk dipresentasikan oleh
pertumbuhan wisatawan ataupun penumpang, sehingga pertumbuhan lebih kepada peningkatan prasarana jalan yaitu 4,19.
2. Pertumbuhan Moderat, yaitu pertumbuhan perjalanan penduduk yang diasumsikan
lebih besar dan analog dengan pertumbuhan prasarana panjang jalan aspal bagi penduduk di Nusa Penida, yaitu 4,19tahun. Namun, untuk bangkitan perjalanan
moderat pada kawasan wisata dan pelabuhan lebih kepada peningkatan jumlah data
BAB III METODE PENELITIAN
30
riil penumpang yang turun di pelabuhan menuju Nusa Penida dalam 5 tahun terakhir, yaitu 5,46tahun.
3. Pertumbuhan Optimis, yaitu pertumbuhan tertinggi yang didasarkan atas peningkatan
sosial-ekonomi masyarakat dan ketersediaan data Pemilikan Kendaraan tahun 2008- 2012 di Kabupaten Klungkung. Dengan asumsi pertumbuhan optimis maka
bangkitan perjalanan akan meningkat 7,76tahun.
3.6.2 Analisis Lalu lintas pada Jaringan Jalan di Nusa Penida
a. Analisis dan peramalan lalu lintas bertujuan untuk mendapatkan volume lalu lintas
dan pergerakan di jaringan jalan pada tahun sekarang dan tahun mendatang. b.
Mencakup kegiatan analisis data lalu lintas eksisting, identifikasi potensi faktor- faktor pembangkit lalu lintas serta penentuan metode ramalan lalu lintas yang sesuai.
c. Analisis lalu lintas harus mencakup studi areazona yang memadai, untuk
mendapatkan prediksi lalu lintas yang representatif. d.
Peramalan lalu lintas harus menentukan komposisi dan volume lalu lintas yang ada di masing-masing segmen jalan utama dan jaringan jalan lain yang berpengaruh pada
studi area dengan menganalisis data statistik dan melakukan analisis hasil survei
traffic counting
dan Asal-Tujuan Perjalanan yang dibutuhkan untuk menentukan pergerakan ke dalam danatau melalui area yang ditinjau.
e. Berdasarkan analisis di atas dan dengan mempertimbangkan kecenderungan
tambahan perjalanan yang berpindah dari rute dan moda lain atau
induced traffic
akibat adanya fasilitas baru, maka peramalan harus memperkirakan LHR dan VJP selama periode perencanaan, periode pelaksanaan dan setelah penyelesaian proyek.
Peramalan lalu lintas ini juga harus mempertimbangkan volume lalu lintas pada ruas yang dianggap paling berpengaruh pada studi area atau segmen jalan yang
direncanakan.
3.7 Proyeksi Pembebanan Lalu Lintas pada Ruas Jalan Perintis Nusa Penida
Ketiadaan jaringan jalan yang memadai saat ini menimbulkan bangkitan perjalanan yang sangat rendah untuk wilayah Nusa Penida bagian Barat dan Selatan.
Disisi lain, posisi yang relatif dekat dengan Bali Daratan, khususnya Nusa Dua, Sanur, Denpasar, Gianyar dan kawasan-kawasan yang sudah mendunia lainnya, maka dapat
diperkirakan kalau saja fasilitas pariwisata Nusa Penida memadai dalam sekejap akan berkembang dan menjadi limpahan wisatawan mengikuti kawasan-kawasan tersebut.
Apalagi Nusa Penida memiliki deretan objek-objek wisata yang indah sepanjang garis pantainya, selain harga lahannya yang juga masih murah. Berdasarkan perbandingan
jarak jarak menggunakan jalan untuk mendapatkan objek-objek wisata dan berdasarkan penghematan waktu tempuh waktu tempuh di jalanan untuk menikmati
objek-objek wisata, maka dapat dipastikan Nusa Penida akan jauh lebih efisien. Dengan memperhitungkan kondisi geometrik jalan eksisting tikungan tajam dan
kelandaian curam, sedangkan jalan baru sesuai standar radius tikungan dan kelandaian, maka diperkirakan pengguna jalan lingkar Nusa Penida akan dalam tingkat
pertumbuhan yang tinggi.
BAB III METODE PENELITIAN
31
3.8 Kesimpulan dan Saran-saran dari Studi Kasus Penelitian