Pemilihan Moda Perjalanan Pemilihan Rute

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 17 dari suatu zona dengan tata guna lahan tertentu ke zona dengan tata guna lahan lainnya dipengaruhi oleh adanya pemisah jarak, yang menimbulkan hambatan perjalanan trip impedance yang direpresentasikan dengan nilai jarak, waktu dan biaya serta nilai kualitatif keamanan dan kenyamanan, yang secara keseluruhan sering disebut Biaya Gabungan Generalised Cost . Dengan kondisi pelayanan jalan geometrik dan perkerasan jalan yang masih sangat alamiah dan belum mengikuti peraturan yang ada, serta volume arus lalu lintas antar zona yang relatif sangat rendah, maka bangkitan perjalanan antar zona dominan ditentukan oleh daya tarik zona dan jarak antar-zona yang ada. Peningkatan aksesibilitas antar zona akan merubah distribusi perjalanan, sehingga pendekatan dengan model gravitasi akan dapat merangkum semua perubahan yang ada, baik penduduk maupun kualitas pelayanan transportasi dikemudian hari. i d Gambar 2.7 Distribusi Perjalanan Keterangan: i = zona-i d = zona-d Untuk setiap pasangan zona id, akan dihitung berapa besarnya volume arus lalu lintas dari zona i ke zona d. Khusus untuk penelitian Nusa Penida, dengan dibuatnya jalan Lingkar Nusa Penida, struktur jaringan jalan di Nusa Penida tentunya akan berubah dan secara umum masyarakat akan memilih hambatan generalized cost yang terkecil untuk mencapai tempat tujuan perjalanannya. Dengan demikian pertimbangan jarak sebagai penghambat masih sangat relevan

2.5.3 Pemilihan Moda Perjalanan

Modal SplitChoice Dalam upaya untuk pengembangan sistem transportasi yang berkualitas, perlu diketahui jumlah pelaku dan karakteristik perjalanan yang berbeda-beda dari suatu daerah ke daerah lainnya. Diperlukan pula untuk mengetahui bagaimana pelaku perjalanan itu terbagi-bagi ke dalam atau memilih moda angkutan yang berbeda-beda. Pembagian ini dikenal dengan pilihan moda modal choicesplit . Dengan kata lain, pilihan moda dapat didefinisikan sebagai pembagian atau proporsi jumlah perjalanan ke dalam cara atau moda perjalanan yang berbeda-beda, sehingga suplai fasilitas pelayanannya dapat direncanakan dengan baik pula. Disamping itu, model ini menggambarkan bagaimana persepsi masyarakat mengenai dasar pemilihan jenis moda. Hal ini dipengaruhi oleh pemilikan kendaraan pribadi dan tingkat pelayanan angkutan umum yang ada, seperti: rute, tarif, kenyamanan, keamanan, dan lain-lain. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan moda tersebut dan yang terpenting adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 18 waktu perjalanan Meyer dan Miller, 2001. Namun untuk golongan masyarakat berpenghasilan rendah lebih ditentukan oleh biaya perjalanan Tamin, 2000. Gambar 2.8 Pemilihan Moda Transportasi Keterangan: i = zona-i; d = zona-d Angkutan pribadi Angkutan umum Dengan melihat status dan kedekatan Pulau Nusa Penida sebagai bagian dari Provinsi Bali, serta karakteristik masyarakat yang juga relatif sama, maka kecenderungan pilihan dan pemanfaatan moda-moda transportasi tentu juga akan sama. Untuk itu, karakteristik moda transportasi Nusa Penida akan relatif sama dengan Bali daratan di tahun-tahun mendatang. Data sekunder Bali saat ini akan sangat menunjang prediksi pemilihan moda perjalanan di Nusa Penida dimasa depan, selain data yang diperoleh sebagai hasil survei primer tentunya.

2.5.4 Pemilihan Rute

Traffic Assignment Pemilihan rute atau pembebanan jaringan jalan menyatakan besarnya volume lalu lintas pada lintasan jaringan jalan atau arus perjalanan yang melalui rute-rute tertentu yang menghubungkan zona asal ke zona tujuan yaitu dari perjalanan zona asal i ke zona tujuan j. Model ini menggambarkan bagaimana persepsi masyarakat mengenai dasar pemilihan rute yang digunakan dari daerahzona asal ke daerahzona tujuan. Pada dasarnya masyarakat akan memilihi rute dengan biaya gabungan Generalised Cost termurah dari pilihan hambatan perjalanan, yaitu jarak terpendek, waktu tercepat, tarif termurah dengan kondisi jalan yang teraman dan ternyaman untuk sampai ke tempat tujuan perjalanan. Pada daerah perkotaan, pilihan ini akan sulit ditentukan karena jarak terpendek belum tentu dapat ditempuh dengan waktu tercepat karena adanya masalah- masalah transportasi. Hal ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pelayanan ruas-ruas jalan pada rute yang dilalui dan Biaya Operasi Kendaraan BOK yang dikeluarkan. Sebelum dilakukan analisis pemilihan rutelintasan input data yang harus tersedia adalah sbb.:  Data jarak, kapasitas jalan, waktu tempuh, biaya perjalanan tiap ruas jalan yang menghubungkan zona asal i ke zona tujuan j.  Sebaran perjalanan antar zona matriks asal dan tujuan dalam bentuk perjalanan smp i d BAB II TINJAUAN PUSTAKA 19  Variabel yang mempengaruhi pelaku perjalanan, seperti variabel terukur kuantitatif waktu tempuh, jarak tempuh, biaya perjalanan, ongkosbahan bakar dan variabel tak terukurkualitatif pemandangan alam, keamanan dan kenyamanan, kebiasaan. Namun, data yang digunakan pada umumnya adalah penghitungan volume lalu lintas atau penghitungan penumpang kendaraan umum pada lintasan yang dimaksud. Perlu diingat bahwa alternatif pilihan lintasan bagi kendaraan umum jumlahnya terbatas. Dari kenyataan diketahui bahwa tidak semua pelaku perjalanan antara dua titik atau noda memilih lintasan yang tepat sama. Hal ini disebabkan karena banyaknya alternatif lintasan yang dinilaipersepsi berbeda-beda oleh masing-masing para pelaku perjalanan. Disamping itu, bagian lalu lintas pada sejumlah lintasan terus berkembang karena semua lalu lintas cenderung mencari titik keseimbangan. Bila arus lalu lintas lebih kecil dibandingkan kapasitas jalan maka alternatif lintasan dapat digunakan. Bila lalu lintas semakin padat maka pemilihan rute bagi lalu lintas yang melewati menjadi semakin penting. Dalam prakteknya, tujuan utama perhitungan pembebanan ini adalah untuk mendapatkan dasar penentuan banyaknya lajur lane yang diperlukan pada suatu ruas jalan. Angka ini diperoleh dari jumlah satuan mobil penumpang smp yang membutuhkan ruang gerak pada ruas jalan tersebut pada suatu kurun waktu tertentu. Tujuan-tujuan lainnya dapat pula untuk mendapatkan gambaran karakteristik sistem transportasi akibat adanya pergerakan kendaraan, mengestimasi volume lalu lintas pada ruas didalam jaringanpersimpangan, menentukan rute yang digunakan antara pasangan Asal-Tujuan dan untuk memperoleh biaya estimasi perjalanan. i d d e b c a Gambar 2.9 Arus lalu lintas pada jaringan jalan Keterangan: i = zona-i d = zona-d a, b, c, d, e = rute perjalanan 4 empat bagian analisis yang harus dilakukan dalam pemilihan rute, yaitu:  Alasan pelaku perjalanan memilih suatu rute dibanding rute lainnya.  Pengembangan model pemakai jalan memilih rute tertentu  Kemungkinan pemakai jalan berbeda persepsi mengenai rute terbaik  Kemacetan VC ratio analysis , yang membatasi jumlah arus lalu lintas diruas jalan tertentu. Pada sistem transportasi umumnya dapat dilihat bahwa kondisi keseimbangan dapat terjadi pada beberapa tingkat. Yang paling sederhana adalah keseimbangan pada sistem jaringan jalan, setiap pelaku perjalanan mencoba mencari rute terbaik masing- BAB II TINJAUAN PUSTAKA 20 masing yang meminimumkan biaya perjalanan misalnya waktu. Hasilnya, mereka mencoba mencari beberapa rute alternatif yang akhirnya berakhir pada suatu pola rute yang stabil kondisi keseimbangan setelah beberapa kali mencoba-coba. Proses pengalokasian pergerakan tersebut menghasilkan suatu pola rute yang arus pergerakannya dapat dikatakan berada dalam keadaan keseimbangan, jika setiap pelaku perjalanan tidak dapat lagi mencari rute yang lebih baik untuk mencapai zona tujuannya, karena mereka telah bergerak pada rute terbaik yang tersedia. Kondisi ini dikenal dengan kondisi keseimbangan jaringan jalan. Dalam berbagai studi mengenai perkiraan arus lalu lintas , termasuk dalam pengembangan jalan Perintis Nusa Penida ini, penggunaan model perencanaan transportasi empat tahap sudah sangat umum diaplikasikan, karena selain kemudahannya juga kemampuannya dalam menggambarkan berbagai interaksi antara sistem transportasi jalan dan pembangunan tata ruang di wilayah studi Oppenheim, 1995. Struktur umum konsep dan tahapan aplikasi model perencanaan transportasi empat tahap the classical four stages in transportation planning dan faktor-faktor yang berpengaruh disajikan pada Gambar 2.10, di bawah ini. Gambar 2.10 Tahapan Perkiraan Arus Lalu Lintas dan Faktor-faktor yang Berpengaruh

2.6 Konsep Pembebanan Lalu Lintas pada Jalan-Jalan Perintis

Agar aktifitas guna lahan dapat terwujud dengan baik maka kebutuhan transportasinya harus terpenuhi dengan baik. Sistem transportasi yang macet tentunya akan menghalangi aktivitas tata guna lahannya. Sebaliknya, transportasi yang tidak melayani suatu tata guna lahan akan menjadi sia-sia, tidak termanfaatkan secara efisien. Pergerakan manusia dan barang yang disebut arus lalu lintas traffic flow , merupakan Karakteristik Jaringan Transportasi Tata Ruang zona MAT antar zona Model Pemilihan Moda Model Distribusi Perjalanan Model