BAB II TINJAUAN PUSTAKA
9
2.3.4 Sistem Kelembagaan atau Institusi
Institutional Framework
Merupakan suatu lembaga, instansi pemerintah danatau pihak swasta yang terkait dengan pola kebijakan yang dapat mempengaruhi subsistem atau sistem
transportasi secara keseluruhan. Untuk menjamin terwujudnya interaksi yang baik keseimbangan dalam sistem kegiatan, sistem jaringan, dan sistem arus perjalanan yang
aman, nyaman, lancar, murah, dan sesuai lingkungan, maka dalam sistem transportasi makro
ada subsistem kelembagaan yang harus berperan aktif dalam melakukan tindakan kontrol. Di Indonesia sistem kelembagaaninstansi yang terkait dengan masalah
transportasi adalah sebagai berikut: Sistem kegiatan : Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Bappeda
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Bangda Badan Anggaran Daerah, Pemda Pemerintah Daerah.
Sistem Jaringan : Departemen Perhubungan darat, laut, udara, Departemen
Pekerjaan Umum Bina Marga. Sistem Pergerakan : Dinas Perhubungan, Organda Organisasi Angkutan Daerah,
Polantas Polisi Lalu-Lintas, Masyarakat. Kelembagaan Bappenas, Bappeda, Bangda, Pemda memegang peranan yang
sangat penting dalam menentukan kebijakan yang terkait dengan tata guna lahan, wilayah, regional, maupun sektoral. Kebijaksanaan sistem jaringan secara umum
ditentukan oleh Departemen Perhubungan baik darat, laut, maupun udara serta Departemen Pekerjaan Umum melalui Direktorat Jenderal Bina Marga. Sistem
pergerakan ditentukan oleh Dinas Perhubungan, Organda, Polantas, dan masyarakat sebagai pemakai jalan.
Disisi lain, interaksi antara sistem kegiatan dan sistem jaringan akan menghasilkan suatu arus perjalanan, baik manusia ataupun barang. Pada sistem kegiatan
atau sistem kebutuhan
Transport Demand
, perubahan peruntukan tata guna lahan akan merubah bangkitan perjalanan
Trip Generation
yang terdiri dari tarikan perjalanan
Trip Attraction
dan penghasilproduksi perjalanan
Trip Production
. Pada sistem penyediaan transportasi
Transport Supply
, ketersediaan fasilitas transportasi seperti jaringan jalan dan sarana angkutan kendaraan, sangat menentukan kapasitas pelayanan.
Pada sistem arus perjalanan
Traffic
, interaksi antara kebutuhan transportasi dan penyediaan transportasi dapat dilihat dari rasio antara volume lalu lintas dan kapasitas
jalan yang ada. Makin besar nilai rasio tersebut makin rendah tingkat pelayanan jalan tersebut dan pengguna akan melakukan evaluasi untuk mencari alternatif rute dan
pemilihan penggunaan moda angkutan menggunakan angkutan umum atau angkutan pribadi.
Sistem kegiatan, sistem jaringan, dan sistem arus perjalanan akan saling mempengaruhi. Perubahan pada sistem kegiatan akan mempengaruhi sistem jaringan
melalui suatu perubahan tingkat pelayanan jalan pada sistem pergerakan, begitu pula perubahan pada sistem jaringan dapat mempengaruhi sistem kegiatan melalui
peningkatan mobilitas dan aksebilitas dari sistem pergerakan tersebut, dimana semua perubahan sangat tergantung kebijakan-kebijakan yang diambil oleh sistem
Kelembagaan. Keseluruhan subsistem transportasi makro tersebut dapat diilustrasikan melalui Gambar 2.3, berikut.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
10
Gambar 2.3 Sistem transportasi makro Sumber: Tamin, 2000
2.4 Prinsip-prinsip yang Mendasari Interaksi Sistem AktivitasTata Guna Lahan TGL dan Sistem JaringanTransportasi
Transportasi adalah kebutuhan turunan
derived demand
dan merupakan bagian integral kehidupan seseorang dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari Hills, 1996.
Perkembangan transportasi khususnya dinegara-negara berkembang sangat ditentukan oleh potensi dan pembangunan guna lahan diwilayah yang bersangkutan
Ships follow the Trades
. Namun, disisi lain, hampir semua perencanaan Tata Guna Lahan tergantung pada bagaimana bentuk-bentuk transportasinya, walaupun perencanaan
transportasi tidak diijinkan untuk mendikte perencanaan Tata Guna Lahan Lane
et al
, 1974. Dapat dikatakan bahwa kedua sistem berinteraksi erat dan harus saling
menunjang dalam pengembangan wilayah kedepan, sehingga sangat diperlukan adanya data karakteristik dan perencanaan terintegrasi IHT, 1997.
Bangkitan perjalanan dalam sistem transportasi terdiri dari berbagai maksud perjalanan, seperti bekerja, sekolah, olahraga, berbelanja, dan sebagainya yang
kegiatannya berlangsung di atas sebidang lahan baik berupa permukiman, kantor, sekolah, pasar dan lain-lain. Pengaturan kegiatan pada potongan lahan di permukaan
bumi ini biasanya disebut Tata Guna Lahan TGL. Untuk memenuhi kebutuhannya, maka manusia melakukan perjalanan diantara dua atau beberapa tata guna lahan
tersebut dengan menggunakan berbagai moda transportasi, misalnya dengan berjalan kaki atau naik kendaraan. Hal ini menimbulkan adanya pergerakan arus manusia,
kendaraan dan barang Tamin, 2000. Tata guna lahan yang berbeda dan adanya kebutuhan manusia yang bermacam-macam serta tidak berada dalam satu tempat akan
menimbulkan transportasi, yaitu perpindahan orang atau barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Disisi lain, dalam memproduksi barang-barang untuk pemenuhan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
11
kebutuhan manusia, transportasi mempunyai peranan yang sangat penting untuk menghubungkan daerah sumber bahan baku, daerah produksipabrik, daerah pemasaran
dan daerah permukiman sebagai tempat tinggal konsumen. Jadi transportasi berperan menghubungkan kegiatan antar tata guna lahan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Keterkaitan antara Tata Guna Lahan
activity system
dan Transportasi
transport system
umumnya menghasilkan permintaan perjalanan yang membebani fasilitas arus lalu lintas dan menimbulkan berbagai permasalahan transportasi, yang
menjadi pencapaian dalam tujuan-tujuan perencanaan. Dalam hal ini, konsep-konsep relevan yang menggambarkan keterkaitan antar subsistemnya, dapat dijelaskan dengan
6 enam konsep keterkaitaninteraksi, yaitu:
1. Aksesibilitas
Accessibility
, 2. Bangkitan Perjalanan
Trip Generation
TG, 3. Distribusi Perjalanan
Trip Distribution
TD, 4. Pemilihan Moda
Modal Split
MS, 5. Pembebanan Jaringan
Traffic Assignment
TA, dan 6. Teori arus Lalu-lintas Kapasitas, Tingkat Pelayanan dan lain lain.
Keterkaitan tersebut menjelaskan bahwa setiap kebijakan, apakah terkait langsung atau tidak dengan pembangunan guna lahan atau penyediaan fasilitas
transportasi, tidak dapat dihindari akan mempengaruhi dimensisistem yang lain, walaupun tidak harus pada waktu yang bersamaan Webster
et al
, 1988b. Bahkan Khisty dan Lall 2005 menganggap perencanaan transportasi adalah salah satu bentuk
perencanaan Guna Lahan yang akan digunakan untuk transportasi. Banyak yang mengklaim bahwa masalah-masalah transportasi yang belakangan muncul dibanyak
kota didunia ini adalah akibat kesalahan perencanaan penempatan lokasi-lokasi kegiatan. Ini menyebabkan semakin menjauhnya jarak asal-tujuan perjalanan
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari Banister, 1999, pemilikan dan penggunaan kendaraan meningkat dengan sangat pesat Dissnayake, 2006. Selain itu juga
menimbulkan dampak kemacetan lalu lintas, polusi terhadap lingkungan, dll. Srinivasan dan Ferreira 2002 menjelaskan bahwa tidak terkontrolnya kenaikan harga lahan di
pusat kota
Central Business District
CBD mendorong penduduk kota untuk berpindah tempat tinggal ke daerah sub-urbanpinggiran, menyebabkan kota atau perkotaan
melebar dan peranan daerah pinggiran menjadi semakin penting. Berbagai permasalahan transportasi timbul manakala penyediaan prasarana dan sarananya tidak
mencukupi dari daerah pinggiran ke pusat kota, seperti antara lain meningkatnya pemakaian mobil pribadi.
Namun walaupun penyediaan prasarana dan sarana diusahakan semaksimal mungkin, beberapa efek negatif akibat keberadaan prasarana baru harus tetap dihadapi.
Hills 1996 menguraikan dengan detail kemungkinan bangkitan perjalanan akibat adanya prasarana baru tersebut, baik karena munculnya asal-tujuan perjalanan yang
baru, perubahan rute, waktu perjalanan, perpindahan ke moda lain, pengurangan
load factor
ataupun bertambahnya frekuensi perjalanan, seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.4 di bawah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
12
TUJUAN PERJALANAN EKSISTING
Rute, waktu, vehicle-
occupancy, moda dan
frequensi eksisting
Perubahan Rute
Perubahan Waktu
Perjalanan Perpindahan
Moda Satu ke Moda lain
Penurunan vehicle-
occupancy Peningkat
an frequensi
Perjalanan TUJUAN
PERJALANAN BARU
ASAL PERJALAN
AN EKSISTING
Eksisting seperti semula
+
Pembebanan Ulang
Penjadwalan kembali
Transfer ke moda lain
Bangkitan Baru
Distribusi
ASAL PERJA-
LANAN BARU
+ +
Distribusi
+
Gambar 2.4 Definisi Perjalanan Eksisting dan Bangkitan Perjalanan akibat adanya Jalan Baru
Sumber: Hills 1996.
Sehubungan dengan adanya interaksi dan permasalahan yang semakin berkembang ini, maka usaha-usaha logis untuk menyeimbangkan Sistem Transportasi
Suplai dan Sistem Aktivitas Permintaan harus dilakukan yaitu melalui kontrol terhadap permintaan perjalanan IHT, 1996. Kesuksesan terhadap penyelesaian
masalah-masalah bukan saja dilihat dari terkontrolnya interaksi tata guna lahan dan transportasi, tetapi belakangan sudah meliputi berbagai indikator-indikator multisektoral
kehidupan.
Bahkan Gakenheimer
1999 mengatakan
karena kompleksnya
permasalahan tata guna lahan dan transportasi ini, mobilitas dan aksesibilitas di kebanyakan kota-kota dinegara-negara berkembang telah mengalami penurunan.
Padahal, keterkaitan antara Tata Guna Lahan dengan Transportasi di negara-negara berkembang jauh lebih kuat dibandingkan negara-negara yang sudah maju. Hal-hal
ini didasarkan atas penilaian kebutuhan dan keinginan seseorang untuk melakukan perjalanan yang sangat terkait dengan faktor-faktor sosial-ekonomi, adat budaya,
aksesibilitas, kemacetan, keselamatan dalam perjalanan dan faktor lingkungan. Untuk lebih detailnya, beberapa indikator yang dianjurkan bila dikaitkan dengan masing-
masing tujuan dalam pengembangan dan pengontrolan interaksi Sistem AktivitasTata Guna Lahan danatau Transportasi, dapat dideskripsikan sbb.:
Induced traffic tambahan
kend-km
+
Lalu-lintas Eksisting
equivalen kend-km
EXISTING TRIPS
INDUCED TRIPS
Induced Traffic tambahan
kend-km
Lalu lintas Eksisting equivalen kend-km
T R I P S E K S I S T I N G
Induced Traffic
INDUCED TRIPS
akibat pembangunan
INDUCED TRIPS
Induced Traffic Induced Traffic
tambahan kend-km E x i s t i n g T r a f f i c
equivalen kend-km
T R I P S E K S I S T I N G
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
13
- Efisiensi Ekonomi
- Tundaan pejalan kaki pada zebra cross.
-
Delay
tundaan pada berbagai moda kendaraan Kendaraan Pribadi, Angkutan Umum, Pesepeda dan lain lain, baik pada segmen jalan
link
danatau Persimpangan -
Biaya atau waktu perjalanan pada suatu asaltujuan tertentu. -
Biaya-biaya operasi untuk tingkat pelayanan transportasi yang berbeda kualitasnya, dan lain lainnya.
- Pelestarian Lingkungan
- Tingkat kebisingan, Tingkat getaranvibrasi dan
Level pollutant
yang ada pada polusi udara.
-
Visual intrusion
. -
Derajat pemisahan masyarakat yang terjadi dan lain lain.
- Keselamatan Lalu-lintas
-
Personal Injury Accident
PIA berdasarkan moda, lokasi
link, junction
, dan lain lain.
- Peningkatan Aksesibilitas
- Tipe aktivitas pada suatu lahan untuk suatu waktu, biaya, moda dan asal
perjalanan tertentu.
- Pembangunan Berkelanjutan
- Keasrian lingkungan.
- Kecelakaan, polusi, penggunaan Sumber Daya Alam SDA.
- Pemerataan Pendapatan
- Pendapatan untuk sosio-group tertentu di masyarakat.
-
Keselarasan Kelembagaan dan Policykebijakan terhadap Konflik-konflik yang terjadi
- Derajat kontrol
Degree of control
. -
Skala sumber daya keuangan
funding body
.
2.5 Perkiraan Arus Lalu Lintas