Pengembangan Model Bangkitan Perjalanan pada Zona berbasis Desa.

BAB III METODE PENELITIAN 27

3.4 Survei Lalu lintas

3.4.1 Survei Volume Kendaraan

Traffic Counting Survey Data pencacahan volume lalu lintas dimaksudkan sebagai informasi dasar yang diperlukan untuk fase perencanaan, desain, manajemen sampai pengoperasian jalan. Data tersebut dapat mencangkup jaringan jalan pada satu daerah yang diinginkan atau pada jalan-jalan yang melintasi garis batas yang mewakili volume rencana. Survei volume lalu lintas pada penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai tingkat penggunaan jaringan yang telah ada di Nusa Penida, seperti: volume lalu lintas per jam, volume lalu lintas per hari, klasifikasikomposisi kendaraan dan lain-lain. Pada hakekatnya jangka waktu survei tergantung dari maksud pelaksanaan survei dan kondisi lalu lintas yang akan dianalisis. Survei dapat dilakukan mulai dari satu jam hingga satu hari penuh, tergantung informasi awal yang diperoleh mengenai terjadinya jam-jam sibuk lalu lintas. Pada penelitian ini survei dilakukan dengan metode manual melalui pencacahan volume lalu lintas mulai dari jam 6.00 hingga 10.00 untuk mendapatkan jam sibuk tertinggi sebagai Volume Jam Perencanaan VJP, yang berdasarkan informasi awal berada diantara jam-jam tersebut. Prosedur pelaksanaan survei ini yaitu penyurvei menempati suatu titik yang tetap di tepi jalan sedemikian rupa, sehingga dia mendapatkan pandangan yang jelas dan sedapat mungkin agar penyurvei terhindar dari panas dan hujan. Penyurvei mencatat setiap kendaraan yang melintasi titik yang telah ditentukan pada formulir survei lapangan. Pencatatan volume kendaraan dilakukan tiap interval 15 menit. Alat-alat yang diperlukan dalam survei ini adalah formulir survei, alat tulis dan pencatat waktu stop watch . Pencatatan data dilakukan secara terpisah untuk masing-masing arah lalu lintas, dan kemudian dijumlahkan pada tahap analisis guna memperoleh volume total untuk kedua arah.

3.4.2 Survei Kecepatan Perjalanan

Survei ini bertujuan untuk menentukan kecepatan rata-rata perjalanan dari satu zona ke zona lainnya. Metode yang digunakan adalah Metode Manual . Dalam metode ini ditentukan jarak 200m pada segmen jalannya dan kecepatan masing-masing sampel kendaraan dicatat per 15 menit sebagai dasar untuk distribusi sampel kecepatan. Setelah waktu tempuh dan jarak perjalanan diperoleh, maka kecepatan dari masing-masing sampel dapat dicari dengan rumus: t S V  dengan: V = kecepatan tempuh kmjam S = jarak perjalanan km t = waktu perjalanan jam

3.5 Bangkitan Perjalanan Nusa Penida

3.5.1 Pengembangan Model Bangkitan Perjalanan pada Zona berbasis Desa.

Bangkitan perjalanan pada zona berbasis desa menunjukkan hubungan antara tata guna lahan di wilayah desa tersebut dengan jumlah pergerakan yang memasuki dan BAB III METODE PENELITIAN 28 meninggalkan desa yang bersangkutan. Variabel utamanya berupa jumlah perjalanan yang dihasilkan pada selang waktu tertentu per jam, per hari. Produksi perjalanan trip production dianalisis secara terpisah dengan tarikan perjalanan trip attraction, sehingga tujuan perencanaan bangkitan perjalanan untuk mengestimasi seakurat mungkin bangkitan lalu lintas saat sekarang dapat digunakan pula untuk meramalkan perjalanan dimasa yang akan datang untuk masing-masing desa studi. Namun, dengan kondisi wilayah yang belum berkembang dan juga tidak adanya jaringan jalan dan infrastruktur lainnya yang memadai saat ini menyebabkan wilayah Nusa Penida, khususnya bagian Barat dan Selatan, tidak mendapat perhatian yang serius. Hal ini bermuara pada bangkitan perjalanan yang dilakukan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari yang didominasi oleh perjalanan penduduk setempat yang dilakukan didalam zona internalized trips . Dengan adanya perhatian nyata yang ditandai oleh pembangunan jalan lingkar Nusa Penida sebagai sebuah Big Phase dalam perkembangan pembangunan Nusa Penida, maka dapat dipastikan bangkitan perjalanan akan meningkat secara drastis, karena lokasinya yang dekat dengan objek-objek wisata yang sudah berkembang mendunia. Kondisi ini dapat dianalogikan dengan wilayah bukit sebelum tahun 2000, dimana jaringan jalan berkelas mulai dikembangkan untuk melayani wilayah tersebut. Dengan alasan ini pula, bangkitan perjalanan zona berbasis desa di Nusa Penida menerapkan metode analogi. Model Analogi wilayahkawasan sejenis adalah dengan metode studi banding, yaitu asumsi karakteristik bangkitan eksisting wilayah-wilayah Nusa Penida relatif sama dengan wilayah yang dibandingkan dengan data bangkitan perjalanan tertentu. Dalam penelitian ini metode analogi dilakukan dengan membandingkan wilayah “Bukit” Kuta Selatan sekitar tahun 2000. Bangkitan perjalanan Nusa Penida tahun saat ini jalan lingkar belum ada analog dengan wilayah Desa Pecatu pada tahun 2000, dengan karakteristik wilayah kering dan berkapur, rumah penduduk jarang serta belum memiliki jaringan jalan hanya dengan jalan-jalan stapak. Sedangkan, prediksi tahun 2020 dimana jalan diasumsikan sudah dibangun, maka kondisi Nusa Penida relatif sama dengan Desa Jimbaran tahun 2000, dengan bangunan sudah relatif padat dilewati oleh adanya jaringan jalan utama.

3.5.2 Pengembangan Model Bangkitan Perjalanan Zona berbasis Pelabuhan