BAB I PENDAHULUAN
3
c Menganalisis pembebanan lalu lintas yang akan mempengaruhi kebutuhan jumlah
lajur jalan. d
Menentukan kebutuhan lajur jalan pada jalan perintis yang direncanakan berdasarkan pertumbuhan pembebanan yang ada.
Sedangkan, sasaran yang ingin dicapai dalam pembebanan lalu lintas pada perencanaan jalan perintis Barat-Selatan Nusa Penida yang nantinya diharapkan
sebagai Jalan Lingkar Barat-Selatan Nusa Penida ini adalah sebagai berikut: o
Terwujudnya jalan melingkar di Nusa Penida o
Peningkatan kondisi dan kapasitas jalan-jalan eksisting o
Mengatasi disparitas wilayah dalam rangka pemerataan pembangunan di Kabupaten Klungkung.
1.4 Skope Penelitian
Skope penelitian analisis pembebanan lalu lintas jalan perintis dibagian Barat-
Selatan Nusa Penida yang juga sebagai ruas jalan kolektor, adalah:
a. Kajian wilayah dan rencana zona-zona pengembangan wilayah.
b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang diprediksi mempengaruhi bangkitan perjalanan
sehubungan dengan prinsip trase jalan yang ditetapkan. c.
Menganalisis perkembangan kawasan sekitar yang menentukan faktor pertumbuhan lalu lintas yang berpengaruh langsung terhadap besarnya beban lalu lintas jalan.
d. Menganalisis pembebanan lalu lintas dari tahun ke tahun sepanjang Umur Rencana
UR jalan perintis Barat-Selatan Nusa Penida yang direncanakan.
e.
Menghitung jumlah lajur yang dibutuhkan sesuai perkembangan beban lalu lintas yang harus diakomodasi oleh jalan perintis tersebut.
1.5 Lokasi Penelitian
Lokasi kegiatan penelitian untuk analisis pembebanan lalu lintas yang diharapkan sebagai jalan perintis melingkari pulau Nusa Penida ini adalah di Kecamatan
Nusa Penida bagian Barat dan Selatan dengan cakupan wilayah perencanaan relatif berada didaerah yang mendekati kawasan pantai, seperti ditunjukkan Gambar 1.1,
berikut.
BAB I PENDAHULUAN
4
Gambar 1.1 Lokasi Penelitian
U
Jalan Perintis Lingkar
Barat-Selatan Nusa Penida
Jalan Eksisting
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Perencanaan pembangunan jaringan jalan pada suatu wilayah ditujukan untuk mengupayakan keserasian dan keseimbangan pembangunan antar kotawilayah sesuai
dengan potensi alamnya dan memanfaatkan potensi tersebut secara efisien, adil dan aman. Prinsipnya, pada pembangunan dan pengembangan wilayah pendekatan
pembagian ruang dapat dilakukan berdasarkan aspek
fungsi
,
kegiatan
dan
administrasi.
Berdasarkan aspek
fungsi
, ruang dibagi atas kawasan lindung, yaitu kawasan yang dapat menjamin kelestarian lingkungan; dan kawasan budidaya, yaitu kawasan yang
pemanfaatannya dioptimasikan bagi kegiatan budidaya. Berdasarkan aspek
kegiatan
nya, ruang dibagi atas dominasi kegiatan perkotaan, perdesaan dan kawasan tertentu.
Termasuk dalam kawasan tertentu antara lain kawasan cepatberpotensi tumbuh, kawasan kritis lingkungan, kawasan perbatasan, kawasan sangat tertinggal, dan kawasan
strategis. Sedangkan berdasarkan
administrasi
, ruang dibagi atas ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupatenkota. Pada intinya, dalam perencanaan pembangunan
dan pengembangan, ruang harus dilihat sebagai satu kesatuan yang digunakan sebesar- besarnya untuk kemakmuran rakyat yang perlu dipelihara kelestariannya, bukan saja
untuk perioda sekarang, tetapi juga mempertimbangkan generasi yang akan datang.
Namun, terkait dengan kondisi wilayah yang berbeda, respon pembangunan masyarakat disetiap wilayah juga berbeda-beda. Apalagi dominasi pemerintah pusat di
semua daerah dengan standar pembangunan berskala nasional masih sangat besar, menyebabkan semakin terjadinya
disparitas
kemajuan antar daerah yang kian berbeda Keban, 1999. Tidak dapat pula diabaikan adalah perbedaan potensi, kendala, limitasi
alam, termasuk gejolak sosial, ekonomi yang juga menimbulkan dan telah semakin membuka berbagai masalah ketimpangan pembangunan antar daerah Maskur Riyadi,
2000. Disisi lain, kondisi wilayah yang terkebelakang memerlukan percepatan pembangunan dalam mengejar ketertinggalan wilayahnya, khususnya pembangunan
infrastruktur jalan. Dengan tingginya aksesibilitas wilayah, biaya-biaya transportasi relatif murah, sehingga pengembangan dan pemanfaatan potensi wilayah dan
pemenuhan kebutuhan kehidupan masyarakatnya menjadi efisien.
2.2 Penetapan Sistem Zona dalam Perencanaan Pembebanan Jalan