88 itu, partisipasi melalui keahlian juga dilakukan dengan penyampaian wawasan
dan penyuluhan oleh Kepala Dusun Bulak tentang manfaat kegiatan Posyandu bagi lansia.
Dari hasil studi dokumentasi yang dilakukan peneliti juga dapat diketahui adanya partisipasi masyarakat dalam memberikan pelayanan sosial bagi lansia
melalui keterampilan atau keahlian yang dimiliki. Hal tersebut antara lain: 1 dalam Laporan Kegiatan
Home Care diketahui bahwa terdapat kegiatan pembinaan psikososial berupa kegiatan konseling oleh Ketua BKL Tunas
Mekar, 2 dari Notulen Pertemuan BKL Tunas Mekar diketahui bahwa masyarakat memberikan materi atau penyampaian wawasan pada kegiatan
pertemuan rutin BKL Tunas Mekar dengan materi diskusi yang berbeda-beda pada setiap pertemuannya.
Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam bentuk keterampilan dan keahlian meliputi pemberian layanan
konseling oleh masyarakat yang memiliki keahlian sebagai konselor, sosialisasi atau pemberian wawasan bagi lansia, dan melatih membuat kerajinan tas
agel bagi lansia.
b. Partisipasi dalam Bentuk Nonfisik
1 Pemikiran
Bentuk partisipasi masyarakat dalam pemikiran merupakan pemberian idegagasan untuk pengambilan suatu keputusan bersama dan penyampaian
usulan seperti yang diungkapkan oleh Ibu “Mn”: “setiap kita mau ada yang namanya lomba lansia, simulasi kita lagek
grubyuk grubyuk grubyuk nglumpukke Ibu-ibu. Setelah itu tak pikir-pikir
89 ngopo yo kok saya nggak sekaligus aja tak terjun ke situ, tak bina sekalian,
saya membentuk organisasi Bina Keluarga Lansia sekalian. Lha suatu saat
pas pertemuan balita, saya ngobrol-ngobrol sama kader posyandu balita yang 5 itu,
„eh piye yo nek awak dewe nganakke suatu perkumpulan yang isinya itu keluarga yang punya lansia?‟. Terus mereka, „oh iya bu, saya
setuju setuju setuju‟.” Dusun Bulak ditunjuk untuk mengikuti lomba Bina Keluarga Lansia se
Kabupaten Kulon Progo. Karena sebelumnya di Dusun Bulak tidak ada kelompok BKL, sehingga Ibu “Mn” selaku ketua kader Posyandu Balita yang
juga ditunjuk sebagai koordinator lomba dan mengumpulkan masyarakat yang akan disertakan dalam lomba tersebut. Menyadari sulitnya koordinasi dan
persiapan lomba, sehingga Ibu “Mn” berinisiatif membentuk BKL di Dusun Bulak agar memudahkan koordinasi apabila akan mengikuti kegiatan serupa
lagi. Pada pertemuan Posyandu Balita, Ibu “Mn” menyampaikan usulannya kepada kader-kader yang lain untuk meminta pendapat dan persetujuan, hingga
akhirnya semua menyetujui dan terbentuklah BKL Tunas Mekar. Salah satu program dari BKL Tunas Mekar adalah Posyandu Lansia,
untuk mendukung pelaksanaannya Bapak “Md” mengungkapkan: “Dulu pernah saya usulkan kepada pemerintah, kalau yang muda-muda
kan balitanya dikasih gizi, orang tuanya dulu pernah saya usulkan untuk dapat bantuan juga pas Muspembangdes, usulannya diterima, tapi kan
mempertimbangkan dari APBD juga.” Bapak “Md” yang juga menjabat sebagai perangkat Desa Tuksono
mengusulkan adanya pendanaan untuk PMT dalam kegiatan Posyandu Lansia saat Musyawarah Pembangunan Desa. Usulan Bapak “Md” diterima dengan
baik dalam musyawarah tersebut. Namun, karena mempertimbangkan APBD yang ada, usulan tersebut belum dapat terealisasi, sehingga pengadaan PMT
90 dalam kegiatan Posyandu Lansia sampai saat ini bersumber dari sumbangan
dan swadaya masyarakat. Dengan demikian, masyarakat Dusun Bulak berkontribusi dalam
memberikan gagasan untuk membentuk paguyuban yang menaungi keluarga lansia yakni organisasi BKL Bina Keluarga Lansia, selanjutnya masyarakat
melakukan diskusi untuk pengambilan keputusan terkait pembentukan organisasi tersebut. Selain itu, masyarakat juga menyampaikan usulan terkait
pemberian bantuan bagi lansia, meskipun keputusan tetap berada di tangan pemerintah desa.
Dari hasil pengamatan peneliti dalam kegiatan Posyandu Lansia diketahui bahwa petugas kesehatan pada kegiatan tersebut mengusulkan
kepada Kepala Dusun dan peneliti agar mengadakan kegiatan sosialisasi atau penyuluhan bagi lansia. Kemudian, dari pihak Puskesmas Sentolo II bersedia
membantu dalam mempersiapkan dan menyampaikan materi penyuluhan tersebut.
Adanya partisipasi masyarakat dalam bentuk pemikiran juga diketahui peneliti dari hasil studi dokumentasi Notulen Pertemuan BKL Tunas Mekar.
Dari notulen tersebut, diketahui bahwa terdapat usulan dari masyarakat terkait dengan waktu pelaksanaan pertemuan rutin BKL Tunas Mear agar pelaksanaan
sore hari diubah menjadi malam hari untuk meningkatkan kehadiran anggota BKL Tunas Mekar.
Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa Partisipasi masyarakat dalam bentuk pemikiran meliputi gagasan untuk membentuk
91 kelompok BKL Tunas Mekar di Dusun Bulak, usulan pengadaan PMT lansia
dalam kegiatan Musbangdes Desa Tuksono, usulan untuk mengadakan sosialisasi bagi lansia, dan usulan dari masyarakat terkait waktu pelaksanaan
pertemuan rutin BKL Tunas Mekar.
2 Partisipasi Sosial
Partisipasi sosial yang diberikan oleh masyarakat Dusun Bulak kepada lansia di sekitar tempat tinggalnya adalah sebagai bentuk paguyuban, perhatian,
dan dalam rangka memberikan motivasi kepada lansia untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan yang ada di Dusun Bulak, seperti yang diungkapkan oleh Ibu
“Mn”: “Ada pengajian malam jumat, rabbana malam sabtu dua minggu sekali,
shalawatan malam rabu, dua minggu sekali. Kan dielokke, „mbah melu
mbah‟. Piknik ora kudu nang tempat rekreasi lansia itu, dijak nang pengajian wae wes seneng kok.
” Partisipasi sosial yang dilakukan Ibu “Mn” merupakan bentuk perhatian
dan tanda kedekatan dalam rangka memotivasi lansia untuk ikut serta dalam kegiatan spiritual yang ada di Dusun Bulak. Tidak hanya dalam kegiatan
spiritual saja, masyarakat juga memotivasi lansia dalam kegiatan pelayanan kesehatan yang ada di Dusun
Bulak, seperti yang disampaikan oleh Bapak “Sy”: “tiap pertemuan RT kan saya sampaikan, ada kegiatan untuk lansia,
pemeriksaan, kami sampaikan nanti kegiatan seperti ini, manfaatnya untuk menjaga kesehatan lansia.”
Bapak “Sy” sebagai kepala dusun mengikuti semua pertemuan RT yang ada di Dusun Bulak, yaitu RT 21, RT 22, RT 23, dan RT 24. Setiap pertemuan
RT dihadiri oleh para kepala keluarga yang ada di RT tersebut, termasuk lansia di dalamnya. Sehingga, Bapak “Sy” tidak hanya menyampaikan pesannya untuk
92 lansia saja, namun seluruh masyarakat agar dapat saling memberikan dukungan
bagi lansia, serta bersama-sama memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap kondisi lansia yang ada di sekitar tempat tinggalnya.
Masyarakat juga melibatkan lansia dalam kegiatan paguyuban lainnya, termasuk dalam kegiatan menjenguk warga yang sakit seperti yang diungkapkan
oleh Bapak “Md”: “Disini kalau tilik wong lara pakai truk, tinggal yang sakit dirawat dimana,
yang ikut itu lansia-lansia yo
diajak, ikut.” Apabila ada salah seorang warga yang sakit dan dirawat di rumah sakit,
masyarakat Dusun Bulak secara bersama-sama menjenguk dengan menyewa truk atau mobil. Secara sukarela masyarakat membayar iuran untuk membayar
biaya transportasi tersebut, sedangkan untuk santunan bagi warga yang sakit disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
Didukung dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, partisipasi dalam bentuk kedekatan sosial oleh masyarakat ditunjukkan dengan
mengajak, melibatkan, dan memberi kesempatan kepada lansia untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan Simak Qur‟an. Selain itu, partisipasi dalam bentuk
sosial juga ditunjukkan oleh Kepala Dusun Bulak dalam kegiatan pertemuan RT berupa penyampaian pesan ke masyarakat untuk memotivasi lansia supaya aktif
mengikuti kegiatan Posyandu Lansia. Hal serupa juga sesuai dengan hasil studi dokumentasi yang dilakukan
peneliti. Dari Laporan Kegiatan Home Care diketahui bahwa dalam kegiatan
kunjungan, kader BKL juga mengajak lansia yang masih mampu beraktivitas untuk mengikuti kegiatan senam satu bulan sekali. Kemudian, dalam Notulen
93 Pertemuan BKL Tunas Mekar juga diketahui bahwa Ketua BKL Tunas Mekar
dalam setiap pertemuan memberikan motivasi kepada anggota untuk aktif menghadiri kegiatan pertemuan, karena sangat diperlukan dan berguna untuk
meningkatkan perhatian terhadap lansia. Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat diketahui bahwa partisipasi sosial
yang dilakukan masyarakat kepada lansia yang ada di Dusun Bulak meliputi ajakan untuk mengikuti kegiatan paguyuban atau pertemuan rutin, ajakan untuk
menghadiri kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk lansia, dan mengikutsertakan lansia dalam kegiatan rukun warga seperti halnya menjenguk
warga yang sakit.
3 Partisipasi Representatif
Partisipasi representatif masyarakat Dusun Bulak dalam memberikan pelayanan sosial bagi lansia dilakukan dengan cara memberikan mandat dan
tugas kepada anggota BKL Tunas Mekar. Seperti yang diungkapkan Ibu “Mn” selaku pengurus BKL Tunas Mekar berikut ini:
“Saya kan tidak pernah datang ke yandu, tapi kan upaya-upaya kegiatan yandu saya memfasilitasi.
Tak gawekke jadwal, hari kamis sing njaga yandu, kalau nggak datang saya kasih sangsi, wajib itu. Kalau enggak,
nanti saya ngasih tugas mereka untuk mencari problem dan penanganan solusinya. Dari setiap ibu,
tak kei gawean mbak, untuk bulan depan silahkan kamu tak kasih, mau cari di
youtube silahkan, mau cari di internet silahkan, pokoknya setiap ibu punya kewajiban membedah suatu kasus
dan solusinya.” Ibu “Mn” yang bertanggung jawab sebagai koordinator kelompok BKL
Tunas Mekar berprofesi sebagai guru, sehingga pada hari aktif sekolah tidak dapat menghadiri Posyandu Lansia yang rutin diadakan pada hari Kamis Pon.
Namun, upaya pendampingan bagi lansia tetap Ibu “Mn” lakukan, yakni dengan
94 membuat jadwal piket bagi anggota BKL Tunas Mekar yang tidak bekerja pada
hari tersebut. Kemudian, sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan wawasan anggota BKL Tunas Mekar, Ibu “Mn” memberikan tugas kepada
anggotanya untuk mencari suatu kasus mengenai permasalahan lansia yang sedang banyak terjadi saat ini untuk kemudian dibahas dalam pertemuan rutin
BKL setiap Selasa Kliwon. Selain pemberian mandat piket pada kegiatan Posyandu Lansia, mandat
lain yang diberikan oleh koordinator BKL Tunas Mekar kepada anggotanya adalah dengan mewajibkan adanya perwakilan kader pada tiap-tiap RT di Dusun
Bulak. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu “Ph”: “mangkeh nek ndata-ndata niku lak dibagi, per RT diusahakan wonten
kader sing iso meng-handle sak RT sak RT. ”
Ibu “Ph” merupakan salah satu kader yang bertanggung jawab di RT 21. Tugas kader selain piket pada kegiatan Posyandu Lansia, yaitu melakukan
pendataan dan pemantauan lansia di tiap- tiap RT. Ibu “Ph” sebagai kader RT 21
berkewajiban memiliki database lansia di RT 21. Pengawasan yang dilakukan
kader terkait kehadiran lansia dalam mengikuti kegiatan-kegiatan di Dusun Bulak yang ditujukan bagi lansia tersebut. Sehingga, Ibu “Ph” selaku kader RT
21 memantau tingkat partisipasi lansia RT 21 dalam mengikuti kegiatan- kegiatan tersebut.
Hal tersebut sesuai dengan hasil pengamatan dan studi dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti. Dari hasil pengamatan peneliti dalam kegiatan
pemeriksaan kesehatan diketahui adanya pembagian jadwal piket kader BKL Tunas Mekar untuk pendampingan dalam kegiatan pemeriksaan kesehatan.
95 Kemudian, dari Profil BKL Tunas Mekar tertulis bahwa BKL Tunas Mekar
memiliki lima kader yang bertanggung jawab untuk melakukan pendampingan masing-masing RT yang ada di Dusun Bulak, dan satu orang kader yang
menjabat sebagai ketua. Bentuk partisipasi ini bermacam-macam karena sesuai kemampuan
masing-masing warga masyarakat. Masyarakat berpartisipasi dalam memberikan pelayanan sosial bagi lansia baik partisipasi dalam bentuk fisik, maupun
partisipasi dalam bentuk nonfisik. Dalam bentuk fisik, masyarakat berpartisipasi melalui sumbangan dana atau finansial, tenaga, dan keterampilan atau keahlian
yang dimilikinya. Sedangkan partisipasi dalam bentuk nonfisik, masyarakat berpartisipasi melalui pemikiran, partisipasi sosial, dan partisipasi representatif.
Partisipasi masyarakat dalam bentuk sumbangan dana ini berkaitan dengan bantuan biaya akomodasi, transportasi, dan lain-lain yang diperlukan
dalam proses pengajuan bantuan, sumbangan dana untuk pengadaan PMT dalam kegiatan Posyandu Lansia, sehingga lansia tidak akan terbebani dengan tuntutan
iuran. Selain itu anggota keluarga juga berpartisipasi dalam bentuk finansial kepada lansia dalam menyediakan fasilitas tempat tidur dan ibadah untuk
memenuhi kebutuhan lansia di tempat tinggalnya. Bentuk partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga dapat diketahui dari
masyarakat yang secara sukarela membentuk kelompok Bina Keluarga Lansia BKL dengan melakukan konsultasi hingga memperoleh pembinaan, pengajuan
bantuan sosial BPJS, dan pemberian bantuan PMT. Tidak hanya masyarakat dewasa yang berpartisipasi dalam bentuk tenaga dalam memberikan pelayanan
96 bagi lansia, tapi remaja juga dengan sukarela mengantarkan seorang lansia yang
sakit untuk melakukan pengobatan di rumah sakit. Selain itu, partisipasi dalam bentuk fisik bagi lansia juga dilakukan
masyarakat Dusun Bulak melalui keterampilan atau keahlian yang dimiliki masyarakat. Partisipasi tersebut berupa pemberian layanan konseling bagi lansia
dan keluarga lansia, keterampilan menyampaikan informasi dan wawasan terkait manfaat pelayanan kesehatan, dan memberi pelatihan kepada lansia dalam
membuat kerajinan tas dari agel atau serat pucuk pohon gebang.
Partisipasi dalam bentuk nonfisik masyarakat melalui pemikiran dapat diketahui melalui pemberian ide atau gagasan, usulan, hingga proses
pengambilan keputusan. Masyarakat memberikan gagasan untuk membentuk kelompok yang menaungi lansia dan keluarga lansia, setelah melalui proses
diskusi dan keputusan bersama akhirnya dibentuklah kelompok Bina Keluarga Lansia BKL Tunas Mekar. Selain itu, usulan juga disampaikan masyarakat
kepada perangkat desa terkait pemberian bantuan bagi lansia. Partisipasi sosial masyarakat bagi lansia di Dusun Bulak dilakukan sebagai
tanda paguyuban serta memotivasi lansia untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan yang dilaksanakan di dusun, antara lain kegiatan pengajian, pelayanan
kesehatan, dan menjenguk orang sakit. Selain itu Partisipasi representatif yang dilakukan oleh masyarakat dengan cara memberikan mandatkepercayaan
kepada kader Posyandu Lansia dan anggota BKL untuk melaksanakan piket dan tugas lain sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, serta pembagian kader
untuk tiap-tiap RT.
97 Dengan demikian, bentuk partisipasi masyarakat dalam memberikan
pelayanan sosial bagi lansia, dapat digambarkan secara ringkas melalui bagan di bawah ini:
Bagan 1. Bentuk Partisipasi Masyarakat Dusun Bulak Dari hasil kesimpulan di atas, menjadi bukti adanya dorongan dari lingkup
masyarakat terkecil yaitu keluarga, hingga lingkup yang lebih luas yakni masyarakat. Semua lapisan masyarakat turut berpartisipasi dalam memberikan
pelayanan sosial bagi lansia di Dusun Bulak dalam berbagai bentuk sesuai Partisipasi
Fisik Danafinansial
Keterampilan keahlian
Tenaga Biaya akomodasi pengajuan
bantuan, PMT Posyandu Lansia, fasilitas tempat tidur, ibadah, dan
kebutuhan makan sehari-hari. Membentuk kelompok BKL,
mengajukan bantuan, pembagian PMT, mengantar lansia berobat
Layanan konseling, sosialisasipemberian wawasan,
melatih membuat tas agel
Pemikiran Partisipasi
Sosial Partisipasi
Representatif Gagasan membentuk BKL, usulan
pengadaan bantuan PMT dan sosialisasi bagi lansia.
Mengajak lansia dalam kegiatan keagamaan, pelayanan kesehatan,
menjenguk orang sakit Pembagian jadwal piket Posyandu
Lansia, pembagian kader BKL di tiap-tiap RT
Partisipasi Nonfisik
Bentuk partisipasi masyarakat dalam
pelayanan sosial bagi lansia di Dusun Bulak
98 dengan kemampuan masing-masing masyarakat, yang tentunya berbeda satu
sama lain.
c. Pelayanan Sosial bagi Lansia Dusun Bulak