98 dengan kemampuan masing-masing masyarakat, yang tentunya berbeda satu
sama lain.
c. Pelayanan Sosial bagi Lansia Dusun Bulak
Seiring dengan bertambahnya usia, lansia memiliki banyak kebutuhan dan masalah yang disebabkan oleh penurunan kondisi fisik dan psikis. Kebutuhan
sebagai lansia harus dapat dipenuhi agar tidak menimbulkan masalah sehari-hari. Pelayanan sosial yang ada di masyarakat harus sesuai dengan kebutuhan dan
mampu membantu lansia mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh lansia. Kebutuhan dan permasalahan lansia umumnya berkaitan dengan empat aspek,
yakni sosial, kesehatan, ekonomi, dan spiritual. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa setiap pelayanan yang dilaksanakan
masyarakat Dusun Bulak memiliki beberapa kegiatan sebagai berikut:
1 Pelayanan Bidang Sosial
Pelayanan sosial merupakan wadah bagi lansia untuk dapat ber- silaturrahmi dengan lingkungannya, baik dengan sesama lansia maupun dengan
masyarakat yang bukan lansia. Pelayanan sosial berfungsi untuk meningkatkan interaksi sosial lansia di masyarakat, sehingga lansia tetap bisa berhubungan
baik dengan masyarakat dan tidak mengurung diri di rumah karena sudah dianggap tidak produktif lagi.
Pelayanan sosial di Dusun Bulak meliputi kegiatan pertemuan RT, pertemuan Kelompok Tani, pertemuan Bina Keluarga Lansia BKL Tunas
Mekar, dan kerja bakti. Seperti yang diungkapka n Bapak “Sy”:
99 “ada pertemuan RT, ada pertemuan kelompok tani, pertemuan BKL juga.
Ada sebagian lansia yang ikut kegiatan itu, tidak semua lansia, tapi banyak yang ikut.”
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak “Pg”: “Pertemuan RT an niku lansia tumut. Sak padukuhan wonten 4 RT. Yang
dibahas dalam pertemuan, terutama soal menjaga lingkungan, bersih- bersih, kegiatan kerja bakti. Lansia nggih nderek berpendapat. Kerja bakti
lansia
tasih wonten ingkang tumut, yang penting datang kok, semampunya.”
Pernyataan se rupa juga disampaikan oleh Bapak “Md”:
“Disini kerja bakti kalau mau ada event, lansia teko sikik teko sikik, sing enom nduduk watu sing tuo nggolek sing nggo madahi. Itu kerjasamanya
antara yang tua dan yang muda. Sakjane kegiatan wong tuo-tuo itu untuk
ajang silaturrahim saja. Dalam musyawarah, sing biasa usul kalau orang
tua itu satu dua, yang lain kadang-kadang di luar pertemuan memberikan masukan ke saya. Dalam struktur kepengurusan perangkat dusun, selain
ada Kepala Dukuh, RT, RW, yang jadi mbah kaum lansia, yang Linmas
juga lansia.” Kegiatan pertemuan tiap-tiap RT memiliki jadwal pelaksanaan yang
berbeda-beda. Pertemuan RT 21 setiap malam Jumat Legi, pertemuan RT 22 setiap malam Minggu Kliwon, pertemuan RT 23 setiap malam Minggu Pahing,
dan pertemuan RT 24 setiap malam Senin Pahing. Kegiatan pertemuan RT terdiri dari tahlil, arisan, tabungan, rembug warga RT, dan musyawarah. Warga
yang mengikuti kegiatan ini, mendapat kesempatan atau giliran untuk menjadi tuan rumah kegiatan pertemuan RT ini.
Dalam kegiatan kerja bakti lansia tidak dibebani pekerjaan yang berat. Masyarakat berkontribusi dalam kegiatan sesuai dengan kemampuan masing-
masing. Kegiatan kerja bakti tidak dilaksanakan setiap saat, sesuai kebutuhan masyarakat, penyambutan hari besar, dan apabila dirasa perlu ada perbaikan
100 pada sarana dan prasarana yang ada di Dusun Bulak. Baik masyarakat tua
maupun muda, saling gotong royong dalam kegiatan ini. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Bapak “Wd” selaku lansia yang masih
aktif mengikuti kegiatan di Dusun Bulak seperti berikut: “kulo tasih tumut kempalan-kempalan. Pertemuan RT, terus kegiatane
nggih tasih wonten kerja bakti niku nggih werni-werni. Tebih-tebih kulo nggih tasih mangkat, wong kulo nggih anggota P3A Sediya Makmur nggen
irigasi, nggih tumut nggen pengurus. Selapan sepindah niku arisan gentosan. Minggu kliwon sing ngajenge wingi teng mriki. nek jemuah legi
pertemuan RT, malem minggu kliwon pertemuan kelompok P3A kui. Jam 10 mpun rampung, arisan nggih sareng niku. Menawi teng wetan tebih
mriko nggih mangkat, mangkeh lak wonten rencange njuk sareng. Kalih tumut arisan nggen Gapoktan niku sak Bulak dinten malem Minggu Pon.
Yo melu karo gawe kegiatan wong tuo.” Bapak “Wd” seorang lansia berusia 78 tahun yang tergolong masih aktif
mengikuti berbag ai kegiatan di Dusun Bulak. Bapak “Wd” aktif mengikuti
pertemuan RT 21, kerja bakti, pertemuan Gabungan Kelompok Tani Gapoktan, dan P3A. Bahkan dalam kelompok P3A Sediya Makmur Bapak “Wd” menjabat
sebagai pengurus yang bertugas dalam merawat saluran air melalui irigasi yang mengalir dari Kalibawang menuju sawah-sawah yang ada di Dusun Bulak.
Apabila tempat pertemuan berjarak jauh dari rumahnya, Bapak “Wd” berangkat bersama tetangga yang lain dengan membonceng sepeda motor. Bapak “Wd”
mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut untuk mengisi kegiatan di waktu luangnya. Senada dengan ungkapan Bapak “Pg” dan Bapak “Md”, berdasarkan hasil
pengamatan peneliti dapat diketahui bahwa aspirasi lansia didengar dan diterima dengan baik dalam musyawarah. Selain melibatkan lansia dalam kegiatan yang
ada di Dusun Bulak, masyarakat juga memberikan kepercayaan serta kesempatan bagi lansia untuk berperan dalam kepengurusan dusun. Lansia yang
101 menjabat dalam kepengurusan dusun adalah Bapak Maryoto selaku Ketua RT
23, Bapak Amat menjabat sebagai seksi Kerohanian atau biasa disebut mbah
kaum, dan Bapak Wilomularno sebagai Linmas. Hal ini menjadi bukti bahwa lansia tidak dipandang sebagai obyek, melainkan sebagai subyek yang mampu
berperan bagi lingkungan sosialnya. Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat diketahui pelayanan sosial yang
ditujukan bagi lansia di Dusun Bulak antara lain pertemuan RT, pertemuan Kelompok Tani, pertemuan kelompok Bina Keluarga Lansia BKL Tunas
Mekar, kegiatan kerja bakti, dan lansia juga mendapat peran dalam kepengurusan dusun.
2 Pelayanan Bidang Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk lansia seperti yang disampaikan oleh Ibu “Mn”:
“Senamnya, hujan ini mandeg mbak, tapi kalau nggak musim hujan paling senam lagi. Kalau disini kan ada hari selasa kan senam aerobik. Untuk
lansianya hari kamis, saya undangke instruktur sendiri, jadi sename senam
tera, senam jantung, Indonesia sehat. Kalau enggak kita refreshing ke
Glagah, senang disana karo menghirup udara. Kui nek aku selo mbak.
Yandu lansia setiap hari Kamis Pon. Kalau dari kita kemarin, rekreasi murah untuk lansia. Maksudnya itu, solusi menyenangkan lansia dalam
bentuk rekreasi murah. Dalam satu tahun ada 6 kali kunjungan Home Care
selama 6 bulan berturut-turut. Itu program dari Dinsos, kita hanya me
lanjutkan.” Pelayanan kesehatan yang rutin dilaksanakan di Dusun Bulak adalah
pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan selapanan atau satu bulan sekali,
yakni setiap Kamis Pon, seperti yang diungkapkan oleh Bapak “Md”: “untuk lansia ada rutinitas tiap satu bulan satu kali ada pemeriksaan dari
Puskemas di Dusun Bulak.”
102 Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak “Pg”:
“Pelayanan check kesehatan setiap Kamis satu bulan sekali ada, rutin wonten padukuhan
.” Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bapak “Wd” selaku
sasaran program, seperti berikut: “kulo prisan pendak dinten Kamis Pon, dipriksa, tensine, diparingi obat.
Sok diparingi gizi sak wontene. Kepareng didugekke putu kulo, kepareng nggih mlampah.”
Sumber: Dokumentasi Peneliti Gambar 8. Kegiatan Posyandu Lansia
Berdasarkan hasil observasi peneliti dapat diketahui bahwa pemeriksaan
kesehatan ini meliputi penimbangan berat badan, cek tensi darah, dan pemberian makanan tambahan. Setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan, petugas dari
Puskesmas memberikan masukan atau saran kepada lansia agar tetap menjaga kesehatan, serta menyampaikan beberapa anjuran-anjuran. Kemudian, lansia
akan diberi obat sesuai dengan sakit yang dideritanya. Dan jika ada yang sakit keras, petugas segera merujuk lansia tersebut ke Puskesmas Sentolo II atau
rumah sakit terdekat. Lansia merasa senang karena dapat berkomunikasi dengan
103 lansia yang lain dan sesekali bercanda pula. Para petugas Puskesmas, Kader
Posyandu, dan Kepala Dukuh menyambut dan melayani lansia dengan ramah. Namun, pemberian makanan tambahan yang disediakan seadanya, karena
terbatasnya dana sehingga itu merupakan swadaya dari masyarakat. Selain pemeriksaan kesehatan, berdasarkan hasil studi dokumentasi yang
dilakukan peneliti, dalam Profil BKL Tunas Mekar disebutkan bahwa pelayanan kesehatan terdiri dari pemeriksaan kesehatan atau Posyandu Lansia, senam,
rekreasi, dan kunjungan home care service. Senam lansia merupakan kegiatan
rutin yang dilaksanakan setiap hari Kamis sore di halaman rumah Ibu “Mn”. Senam lansia terdiri dari senam tera, senam jantung, dan senam Indonesia Sehat
yang dipandu oleh instruktur dari luar Dusun Bulak. Namun, kegiatan senam saat ini dihentikan karena cuaca yang kurang mendukung. Dari BKL Tunas
Mekar mengadakan pula pelayanan kesehatan berupa rekreasi murah yang berfungsi untuk menyegarkan kembali pikiran dan kondisi psikis lansia.
Kegiatan rekreasi murah ini berupa kegiatan kunjungan ke tempat wisata dan tempat-tempat yang jarang lansia kunjungi, yang tentunya jarak tempat tersebut
tidak jauh dari Dusun Bulak. Pelayanan kesehatan dari Dinsos yaitu
Home Care Service dengan enam kali kunjungan dalam satu tahun dengan mengutamakan peran masyarakat.
Pengurus atau kader BKL Tunas Mekar terlebih dahulu diberi pembinaan oleh Dinsos sebelum nantinya terjun ke masyarakat untuk melakukan kunjungan
Home Care Service. Jenis pelayanan yang diberikan berupa bantuan
104 permakanan, bantuan kebersihan, perawatan kesehatan, konseling, dan rujukan
bagi lansia yang menderita sakit. Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa pelayanan
kesehatan yang ada di Dusun Bulak terdiri dari pemeriksaan kesehatan atau Posyandu lansia rutin setiap hari Kamis Pon satu bulan sekali, senam lansia
setiap hari Kamis sore satu kali dalam seminggu, rekreasi murah, dan kunjungan Home Care Service.
3 Pelayanan Bidang Ekonomi
Sebagian besar lansia di Dusun Bulak masih tergolong sebagai lansia yang produktif, karena di usia yang sudah tidak muda lagi para lansia masih
melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi produktif yang dilakukan lansia di Dusun Bulak berupa pembuatan tas
agel atau tas dari anyaman serat pucuk pohon gebang dan juga tas dari kain perca. Ibu “Ph”
sebagai anggota keluarga lansia menyampaikan: “mriki ki lansia kathah-kathahe tasih produktif, mergane wonten nepung,
wonten mepes niku lho, dadi kegiatan sehari-hari tasih wonten, masih kerja.
Nek simbah ngelem kain, nempleki kain niku upah 500an setor kilen niku. Paling sedino oleh 3-4, tidak untuk mentarget berapa dapat, mung
gawe kegiatan
.”
Ibu “Ph” memiliki seorang Ibu yang sudah berusia 66 tahun bernama Ibu “Ms”, namun ia masih melakukan kegiatan ekonomi menempel kain perca untuk
dibuat tas belanja. Setiap satu lembar kain pola yang sudah selesai ditempel kain perca dihargai lima ratus rupiah dan disetorkan kepada pengepul yang tempatnya
ada di barat rumah Ibu “Ms”. Hal tersebut juga ditegaskan oleh Ibu “Ms” sebagai lansia pelaku kegiatan ekonomi pembuatan tas kain perca:
105 “niki kain tak lem, terus mangkeh tasih dijahit malih. Dibentuk pola gawe
tas-tas belanja, paling sedino yo siji, loro. Upahe le njahit yo 500. Tergantung awake.”
Pada proses pembuatan tas kain perca, lansia mengerjakan tahap yang
paling ringan yaitu penempelan kain perca, karena mengingat kemampuan lansia yang terbatas dalam menggunak
an mesin jahit. Ibu “Ms” tidak pernah menargetkan jumlah kain yang dia tempel setiap harinya, sebab kegiatan ini
hanya untuk mengisi waktu luangnya di rumah. Apabila tubuhnya sudah merasa lelah, Ibu “Ms” akan beristirahat dan menghentikan kegiatannya tersebut.
Selain tas dari kain perca, sebagian besar lansia di Dusun Bulak menjadi pengrajin tas
agel . Seperti yang diungkapkan oleh Bapak “Pg”:
“Ekonomi lansia kebanyakan dibantu anak, tapi yang masih mandiri juga ada. Lansia
mriki taseh nggadahi penghasilan piyambak, niku pengrajin agel
.” Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh Ibu “Sm” sebagai pengusaha tas
agel di Dusun Bulak: “Jumlah karyawan yang saya miliki pengrajin yang masih muda, yang
belum lansia ada 30 orang, kemudian yang sudah lansia ada 25 orang. Lansia biasanya bekerja pada tahap pembuatan bahan dasar kerajinan
tersebut selain itu lansia juga bisa bekerja pada tahap penyambungan serat- serat daun gebang tersebut agar menjadi panjang sehingga memudahkan
untuk pengrajin menganyam.” Ibu “Sm” menjadi pengusaha tas agel sejak tahun 2004. Dalam proses
pembuatan tas agel, lansia bekerja pada tahap pembuatan bahan dasar, yakni mepes mengupas dan nepung menyambung agel atau serat-serat daun gebang
sebelum dianyam menjadi kerajinan tas agel. Karena menurunnya daya ingat
lansia, maka tidak dilibatkan dalam proses menganyam yang cukup rumit.
106 Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bapak “Wd” sebagai
berikut: “kula niku karang mpun mboten keduga teng kebon, sakniki kula nyambut
damel nggih namung nyambungi agel. Yo timbangane nganggur. Sawah yo wes ra nggarap-nggarap, le nandur yo njaluk tulung anak-
anak kula.” Sejalan dengan Bapak “Wd”, Ibu “Py” juga mengungkapkan:
“tasih mepes, kui sing gawe damel tas niku lho mbak. Sekilo pitung ewu upahe. Sedino sewengi oleh sekilo. agele niku didugekke, didum nggowo
montor, sing biasane mepes. Pinten bongkok-pinten bongkok. Niku
mangkeh nggih dipendeti juragane.” Bapak “Wd” dan Ibu “Py” merupakan sepasang suami istri yang berusia
lanjut dan hanya tinggal berdua di rumahnya. Karena menurunnya kondisi fisik, mereka yang dulunya merupakan seorang petani kini menghentikan kegiatan
tersebut, dan menyerahkan sawahnya untuk dikelola anak-anaknya. Kebutuhan sehari-hari sudah tercukupi dengan baik dari hasil pertanian tersebut dan bantuan
dari anak- anaknya. Untuk mengisi kegiatan di rumah, Bapak “Wd” bekerja
nepung atau menyambung dan Ibu “Py” mepes atau mengupas serat daun gebang
sebelum nantinya dibuat kerajinan.
Sumber: Dokumentasi Peneliti Gambar 10. Kegiatan
mepes kerajinan tas agel
107 Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, Ibu “Sm”
mengatarkan daun gebang yang belum dikupas ke rumah Bapak “Wd” dan Ibu “Py” dengan dimasukan kantong tiap kilogramnya. Ibu “Py” bertugas untuk
mepes atau mengupas daun gebang dan diambil serat dalam daunnya. Kemudian, serat daun gebang tersebut dijemur oleh Bapak “Wd”, dan setelah kering barulah
Bapak “Wd” nepung atau menyambung serat tersebut hingga menjadi gulungan panjang untuk disetor kepada Ibu “Sm” sebelum diberikan kepada para
penganyam serat daun gebang dalam proses pembuatan tas. Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pelayanan
ekonomi bagi lansia yang ada di Dusun Bulak antara lain kegiatan menempel kain perca untuk dijadikan tas belanja, serta kegiatan
mepes atau mengupas dan nepung atau menyambung serat daun gebang untuk dibuat kerajinan tas agel.
Kegiatan ekonomi tersebut hanya bersifat sebagai pengisi waktu luang, bukan sebagai matapencaharian utama lansia.
4 Pelayanan Bidang Spiritual
Pelayanan spiritual bagi lansia di Dusun Bulak berupa kegiatan pengajian rutin malam Jumat Kliwon, rabbana atau dhiba‟an, sholawatan, dan simak
Quran. Ibu “Mn” selaku pengurus BKL mengungkapkan: “Ada pengajian malam jumat, rabbana malam sabtu dua minggu sekali,
shalawatan malam rabu, dua minggu sekali. Kan dielokke, „mbah melu
mbah‟.” Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak “Sy”:
“Kegiatan keagamaan ada dhiba‟an, shalawatan, itu masih aktif semua.”
108 Selain sebagai peningkatan keimanan dan ibadah, bagi para lansia
kegiatan-kegiatan spiritual tersebut juga berfungsi sebagai sarana silaturrahim
antar sesama lansia dan masyarakat. Hal ini diungkapkan oleh Bapak “Md”: “kegiatan orang tua ada dhiba‟an 2 minggu satu kali tiap malam sabtu,
sholawatan sebulan sekali, simak‟an Qur‟an tiap sabtu malam seminggu sekali, malam jumat kliwon satu padukuhan pengajian yasinan. Disitu juga
diadakan arisan, jadi untuk menentukan yang mendapat giliran ketempatan ya yang dapat arisan itu.
Sakjane kegiatan wong tuo-tuo itu untuk ajang silaturrahim
juga.” Bapak “Wd” selaku lansia di Dusun Bulak mengungkapkan:
“pendak malem jumat kliwon niku nggih tumut mujahadahan, yasinan, gentos-gentosan nggen pedukuhan niku, nggih pengajian.
”
Sumber: Dokumentasi Peneliti Gambar 10
. Kegiatan Simak Qur‟an Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dalam kegiatan simak Quran yang
rutin dilaksanakan setiap Sabtu Malam setelah jamaah sholat maghrib di Masjid Al Abidin, dapat diketahui bahwa dalam kegiatan tersebut lansia dan masyarakat
yang bukan lansia saling bergantian membaca ayat Quran beserta terjemahannya. Semua peserta simak Quran mendapat kesempatan yang sama
untuk menafsirkan makna dari tiap-tiap ayat yang dibacakan.
109 Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas dapat diketahui bahwa
pelayanan spiritual atau keagamaan yang ditujukan untuk lansia di Dusun Bulak yaitu berupa pengajian rutin malam Jumat Kliwon, rabbana atau dhiba‟an,
sholawatan, dan simak Quran. Semua kegiatan tersebut merupakan kegiatan rutin sebagai sarana ibadah yang berfungsi untuk meningkatkan ketaqwaan dan
keimanan lansia di Dusun Bulak.
d. Manfaat Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Sosial bagi Lanjut