Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Sosial bagi Lansia di Partisipasi dalam Bentuk Fisik

76 adanya kepedulian masyarakat terhadap kondisi lansia di tempat tinggalnya sehingga ingin meningkatkan taraf hidup dan kesejateraan lansia, ingin memberikan pelayanan agar lansia sehat di masa tuanya, ingin menambah wawasan dan pengalaman masyarakat mengenai permasalahan seputar lansia, adanya kesadaran masyarakat bahwa lansia tetap memiliki hak yang sama dengan masyarakat yang bukan lansia, membantu lansia dalam memenuhi kebutuhan ekonomi lansia sehari-hari, dan membantu lansia mengisi waktu luang di masa tuanya.

b. Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Sosial bagi Lansia di

Dusun Bulak Secara umum partisipasi merupakan keterlibatan seseorang pada suatu program atau kegiatan dalam hal ini yaitu kegiatan pelayanan sosial bagi lansia di Dusun Bulak. Peran serta keluarga atau masyarakat memang sangat diperlukan dalam pelaksanaan pelayanan sosial tersebut. Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam memberikan pelayanan sosial bagi lansia tentu setiap warga masyarakat akan berbeda. Keterlibatan atau partisipasi masyarakat dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing individu. Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam pelayanan sosial bagi lanjut usia di Dusun Bulak dibagi menjadi 2 bentuk, yakni partisipasi dalam bentuk fisik dan partisipasi dalam bentuk nonfisik. Bentuk partisipasi fisik adalah pendanaan atau finansial, tenaga, dan keterampilan atau keahlian. Sedangkan bentuk partisipasi nonfisik adalah partisipasi pemikiran, partisipasi sosial, dan 77 partisipasi representatif. Berikut bentuk partisipasi masyarakat dalam pelayanan sosial bagi lanjut usia di Dusun Bulak:

a. Partisipasi dalam Bentuk Fisik

1 DanaFinansial Bentuk partisipasi masyarakat dalam pelayanan sosial bagi lanjut usia di Dusun Bulak dalam bentuk uang untuk membantu pendanaan kegiatan pelayanan sosial bagi lansia seperti yang diungkapkan oleh Ibu “Mn”: “jadi, saya tu nek untuk nggon masalah dana, kalau mau mengajukan- mengajukan itu saya tep pakai uang pribadi, karna kita kan nggak ada anggaran dana untuk itu. Pendanaan kegiatan yang selama ini berjalan, ya dari kita untuk kita, dadi yo swadaya mbak. ” Ibu “Mn” ini memberikan sumbangan uang yang digunakan untuk biaya akomodasi dalam proses pengajuan-pengajuan bantuan seperti biaya cetak-cetak berkas hingga biaya transportasi ia menggunakan uang pribadi. Selain itu, bantuan uang juga sukarela diberikan oleh pengurus dan anggota BKL Tunas Mekar untuk membantu pendanaan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Bantuan tersebut berupa kas dengan iuran wajib sebesar Rp2.000,00 yang dibayarkan pada setiap pertemuan rutin BKL Tunas Mekar sebulan sekali. Masyarakat menyadari kemampuan lansia yang terbatas, terutama dalam hal ekonomi. Sehingga masyarakat tidak ingin lansia terbebani biaya untuk memperoleh pelayanan di Dusun Bulak seperti yang diungkapkan oleh Ibu “Ct”: “Saya kan nggak pernah narik uang dari lansia, kader ada yang manggil saya, lansia disuruh urunan seribu, wah saya mending nggak usah suruh urunan ndak wargaku malah bubar. Pokoknya saya nggak mau lansia kon urunan itu saya nggak mau, yaudah itu saya saja, gimana caranya nanti saya cari. Saya itu kalau yang datang banyak wae udah seneng banget. 78 Ibu “Ct” merupakan istri dari Kepala Dukuh Bulak. Sejak suami Ibu “Ct” menjabat sebagai kepala dukuh, kegiatan Posyandu Lansia yang sebelumnya dilaksanakan di tempat tinggal kepala dukuh yang lama, kini kegiatan tersebut dilaksanakan di rumahnya. Pengawasan dan pendampingan kegiatan Posyandu Lansia rutin dilakukan oleh Ib u “Ct”. Antusiasme lansia Dusun Bulak untuk mengikuti kegiatan pemeriksaan kesehatan saat Posyandu Lansia sangatlah baik. Bahkan, jumlah lansia yang mengikuti kegiatan tersebut dapat mencapai 60 lansia, hal ini tentu berpengaruh pada lamanya waktu pelaksanaan kegiatan pemeriksaan. Melihat kondisi tersebut, Ibu “Ct” berinisiatif dengan sukarela untuk menyediakan PMT berupa suguhan minum dan makanan kecil tidak hanya bagi lansia, tetapi juga makan bagi petugas kesehatan dari Puskesmas yang hingga kini rutin I bu “Ct” lakukan. Sumber dananya merupakan swadaya dari Ibu “Ct” dan keluarga, karena ia tidak menghendaki adanya iuran dari lansia. Sumber: Dokumentasi Peneliti Gambar 5. PMT Posyandu Lansia 79 Kemudian setiap anggota keluarga yang sadar akan kebutuhan dan kondisi lansia yang berbeda dengan masyarakat yang bukan lansia, bentuk partisipasi yang diberikan kepada lansia di keluarganya adalah dengan memberikan fasilitas agar lansia tetap dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari dengan nyaman seperti yang diungka pkan oleh Ibu “Ph”: “Mbah putri nek bobok kalih mbah kakung, ambene teng mriko, kamare dewe sampunan. Sing mriki lare-lare, nek awur bocah-bocah sok kemruwek. Sholate mbah putri teng nggriya, mbah kakung sing teng masjid. Le sholat teng masjid mbah putri namung traweh pas ramadhan.” Ibu “Ph” tinggal bersama kedua orang tuanya, seorang suami, dan tiga orang anak. Ibu “Ph” menyadari akan kebutuhan istirahat lansia sangatlah penting, sehingga ia memperhatikan kenyamanan tempat tidur orang tuanya. Ibu “Ph” memiliki anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar SD dan anak bungsunya masih berusia tiga tahun, keduanya masih suka bermain. Oleh karena itu, Ibu “Ph” menyediakan kamar bagi orang tuanya di rumah bagian belakang, sedangkan untuk anak-anaknya di bagian depan, sehingga ketika anak-anak bermain tidak akan menganggu kenyamanan orang tuanya beristirahat. Selain itu, karena kondisi fisik mbah putri yang lebih lemah dari mbah kakung, hal ini membuat mbah putri tidak sanggup untuk berjalan jauh, termasuk untuk pergi ke masjid, sehingga untuk ibadahnya, Ibu “Ph” menyediakan tempat sholat di rumah. Berbeda dengan mbah kakung yang fisiknya masih kuat untuk mengayuh sepeda sampai ke masjid. Pelayanan kebutuhan pokok dari keluarga juga dirasakan oleh Ibu “Py” salah seorang lansia di Dusun Bulak, seperti berikut: 80 “kulo mboten tau tuku sandangan, ning sandangan kulo akeh. Ditukokke anak- anak kui. Nek ba‟da niku lak do ditumbas-tumbaske. Kulo tasih ndue klambi akeh, anak kulo sing ragil seh nukokke jarik, klambi, kudung. Bumbu-bumbu barang yo njaluk gon anake niku. Kebutuhan liyane yo do ditukok-tukokke. Le blonjo diteri anak-anak niku, sakniki kulo mpun mboten tau teng pasar. Bumbu, lombok, kambil yo njaluk nggon anak niku.” Ibu “Py” memiliki enam orang anak yang sudah berkeluarga dan memiliki rumah sendiri, sehingga Ibu “Py” hanya tinggal bersama suaminya. Namun, anak- anak Ibu “Py” masih tetap memberikan pelayanan yang baik untuknya, baik kebutuhan sandang, hingga kebutuhan pangan. Kebutuhan sandang yang diberikan oleh anak-anaknya berupa pakaian atau baju, kerudung, hingga kain jarik. Mengingat kondisi fisik Ibu “Py” yang sudah tidak sekuat dulu, maka kegiatan ke luar rumah dikurangi, termasuk pergi ke pasar. Untuk makan Ibu “Py” dan suaminya setiap hari, Ibu “Py” memasak sendiri dengan tungku yang ada di rumahnya. Karena sudah tidak sanggup pergi belanja, maka anak dan menantu Ibu “Py” yang tinggal di Dusun Bulak lah yang membelikan bahan makanan tersebut. Hal tersebut di atas sesuai dengan hasil pengamatan peneliti dalam kegiatan Posyandu Lansia, selain pemeriksaan kesehatan terdapat pula PMT bagi lansia berupa makanan kecil dan teh hangat atau kacang hijau yang disediakan oleh Ibu “Ct” selaku istri Kepala Dusun Bulak sekaligus sebagai tuan rumah dari kegiatan tersebut. Dari pengamatan yang dilakukan peneliti pada saat melaksanakan wawancara dengan Ibu “Ph” dan Ibu “Py” yang bertempat di rumahnya masing-masing, dapat diketahui bahwa di rumah tersebut disediakan tempat tidur, tempat ibadah, dan kebutuhan makan sehari-hari bagi lansia. 81 Hal itu juga didukung oleh hasil studi dokumentasi yang dilakukan peneliti dari Profil BKL Tunas Mekar, diketahui bahwa sumber dana kegiatan bagi lansia di Dusun Bulak yang utama adalah swadaya dari masyarakat. Karena warga masyarakat Dusun Bulak tergolong masyarakat dengan pendapatan atau penghasilan menengah kebawah, oleh karena itu masih sedikit yang berpartisipasi dalam bentuk finansial atau dana. Sehingga sejauh ini masyarakat Dusun Bulak berpartisipasi sesuai dengan kemampuan masing- masing tanpa ada paksaan dan tuntutan dari pihak manapun. 2 Tenaga Partisipasi masyarakat Dusun Bulak dalam bentuk tenaga ini masyarakat secara sukarela melakukan usaha-usaha untuk memberikan pelayanan sosial bagi lansia. Seperti yang dilakukan Ibu “Mn” selaku pengurus BKL Tunas Mekar, mengungkapkan: “Karna saya masih awam, waktu itu saya telpon BKKBN, ini gimana ya saya mau membentuk organisasi di bawah naungan BKL. Nah saya kan konsultasi dulu sama yang tahu kan, saya menghadap ke BKKBN, saya konsultasi sama PLKB yang di Wates. Yaudah saya besok terjun ke lapangan, dibina sekalian. Ini lho yang namanya kita mengadakan Bina Keluarga Lansia itu acaranya seperti ini.” Ibu “Mn” berinisiatif membentuk organisasi dan pembinaan bagi lansia serta keluarga lansia yang sebelumnya tidak ada di Dusun Bulak. Organisasi tersebut adalah Bina Keluarga Lansia BKL Tunas Mekar sebagai upaya peningkatan kesejahteraan lansia di Dusun Bulak dengan melibatkan keluarga lansia dan seluruh masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap lansia di sekitar tempat tinggalnya. Ibu “Mn” sebelumnya berdiskusi terlebih dahulu dengan kader Posyandu Balita dan meminta pendapat serta persetujuan dari 82 kader yang lain terkait pembentukkan BKL Tunas Mekar. Setelah mendapat persetujuan, Ibu “Mn” berkonsultasi dengan PLKB Kulon Progo terkait dengan pelaksanaan kegiatan BKL, kemudian Ibu “Mn” diberi pembinaan untuk melaksanakan program tersebut. Partisipasi dalam bentuk tenaga sebagai usaha untuk memberikan bantuan sosial bagi lansia dilakukan oleh perangkat Dusun Bulak seperti yang diungkapkan oleh Bapak “Sy”: “untuk BPJS, saya yang mengajukan. Tapi nanti di pusat, datanya masih disaring lagi, di- survey. Saya mendata, siapa-siapa yang masuk dalam album kemiskinan. Nanti kan kalau pas yandu, kartunya dibawa, yang nggak punya ya bawa KTP. Kalau dulu tu adanya jamkesmas, jamkesda.” Bapak “Sy” yang merupakan Kepala Dukuh dalam penyaluran bantuan sosial dari pemerintah bertugas untuk menyerahkan data nama-nama calon penerima bantuan tersebut. Sebelumnya, Bapak “Sy” mendata terlebih dahulu masyarakatnya yang tergolong kondisi ekonominya menengah kebawah dan termasuk dalam kriteria album kemiskinan, kemudian setelah nama-nama tersebut terdaftar, Bapak “Sy” menyerahkan ke kantor balai Desa Tuksono. Namun, data tersebut tidak sepenuhnya disetujui, masih melalui tahapan survey untuk cross check masyarakat yang benar-benar layak memperoleh bantuan tersebut. Bantuan sosial yang saat ini diberikan pemerintah adalah BPJS. Kartu layanan BPJS dapat digunakan lansia untuk melakukan pemeriksaan kesehatan saat Posyandu Lansia setiap satu kali dalam sebulan di Dusun Bulak. Sebelum BPJS, masyarakat menggunakan kartu Jamkesmas dan Jamkesda untuk pemeriksaan. 83 Bentuk partisipasi tenaga dalam penyaluran dan pemberian bantuan juga dilakukan oleh para pengurus BKL Tunas Mekar. Bantuan tersebut berupa Pemberian Makanan Tambahan PMT seperti yang diungkapkan oleh Ibu “Ph”: “wonten PMT niku saking Dinsos, mangkeh kan Bu Ketua majeng mriko, teng proposale didata lansiane pinten, mangkeh njuk per bulan mandape. Wonten gula, teh, biskuit, susu, kacang ijo, telur. Ono danane pinten, njuk dibagi damel lansia sing aktif, sok mangkat yandu. Mangkeh kan wonten pendamping sing koyo kulo sing baku ndampingi lansia pas yandu, kulo piket. Nek sing jatah mbagi gizi mboten wonten, kulo yo dipanggil mriko, mbantu mbagi ngoten. PMT merupakan bantuan permakanan sebagai pemenuhan gizi dari Dinsos bagi lansia melalui program Home Care Service. Di Dusun Bulak, pelaksana program tersebut adalah para pengurus BKL Tunas Mekar, mulai dari kegiatan pendataan lansia calon penerima hingga kegiatan kunjungan Home Care Service . Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu “Mn” : “Home Care berjalan mulai April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September. Dalam satu tahun ada 6 kali kunjungan home care selama 6 bulan berturut- turut.itu program dari Dinsos, kita hanya melanjutkan. Saya kan dikursus mendeteksi kesehatan untuk lansia. Terus kita juga menyediakan obat- obatan ringan.” Sumber: Dokumentasi BKL Tunas Mekar Gambar 6. Kunjungan Home Care Service 84 Program Home Care Service dilaksanakan selama enam bulan berturut- turut meliputi kegiatan bantuan permakanan, bantuan kebersihan dan perawatan kesehatan, pendampingan rekreasi, konseling dan rujukan. Bentuk pelayanan yang diberikan yaitu pendampingan dan perawatan sosial lanjut usia di rumah sebagai wujud perhatian terhadap lanjut usia. Di Dusun Bulak, dari pemberian bantuan permakanan PMT, hingga pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh pengurus BKL Tunas Mekar yang sebelumnya sudah mendapat pelatihan atau kursus dari Dinsos terlebih dahulu. Partisipasi bentuk tenaga dalam memberikan pelayanan sosial bagi lansia juga dilakukan oleh remaja di Dusun Bulak yang memiliki kepedulian terhadap lansia di tempat tinggalnya. Seperti yang dil akukan oleh putra Ibu “Ct”, berikut ungkapannya: “kemarin ada simbah yang operasi kecil karna kakinya kena kayu, pas yandu dirujuk untuk ke Puskesmas. Terus pagi-pagi datang kesini, bareng anakku terus dianter 2-3 kali sama kontrolnya, pulange bareng Bapak. Karena simbah itu nggak punya anak.” Putra dari Ibu “Ct” masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas SMA memiliki kepedulian terhadap Mbah Samil, seorang lansia yang mengalami infeksi di kakinya karena terkena potongan kayu hingga terjadi pembengkakan. Saat kegiatan Posyandu Lansia, Mbah Samil mendapat rujukan untuk melakukan operasi kecil pengambilan potongan kayu di kakinya ke Puskesmas Sentolo I. Mengingat kondisi Mbah Samil yang hanya tinggal bersama istrinya yang juga sudah lanjut usia serta tidak memiliki anak, putra Ibu “Ct” mengantarkan Mbah Samil, kemudian suami Ibu “Ct” yang mengantarkan 85 Mbah Samil pulang ke rumah. Mbah Samil melakukan satu kali operasi dan dua kali kontrol. Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak “Wd” salah seorang lansia di Dusun Bulak berikut ini: “kulo wingi niki lebar operasi mripat katarak teng Wates njuk didugekke putu kulo, sing ndaftarke yo putu kulo .” Bapak “Wd” mengalami sakit katarak pada mata kirinya sehingga harus menjalani operasi di RSUD Wates sekitar satu bulan yang lalu. Operasi dilakukan pada pagi hari pukul 07.30 WIB, sehingga pagi-pagi pukul 06.00 WIB Bapak “Wd” yang diantar cucunya yang berangkat menuju RSUD Wates. Sesampainya di sana, Bapak “Wd” langsung mendapat penanganan, karena pada hari sebelumnya cucunya tersebut sudah mendaftarkan operasi untuk Bapak Wd. Cucu Bapak “Wd” ini baru saja lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan SMK. Ia tidak hanya mengantarkan Bapak “Wd” untuk operasi saja, melainkan juga mengantarkan untuk tiga kali kontrol dokter pasca operasi. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga untuk menyiapkan berbagai perlengkapan seperti meja, tikar, dan Al Qur‟an dalam kegiatan Simak Qur‟an, pengusaha tas agel mengantar dan mengambil serat agel yang sudah dikupas dan disambung di rumah lansia, serta keluarga mengantarkan lansia mengikuti kegiatan pemeriksaan kesehatan. Hasil studi dokumentasi Profil BKL Tunas Mekar yang dilakukan peneliti mendukung bukti adanya partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga, antara lain masyarakat membentuk dan mengembangkan kelompok BKL Tunas Mekar, 86 melakukan pembinaan, fasilitasi, pemantauan, evaluasi pengelolaan program, penggerakan partisipasi masyarakat, gotong royong, serta melaksanakan kunjungan home care service dan pembagian PMT dari Dinsos. Dengan demikian, partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga dilakukan dalam kegiatan pembentukan dan pengembangan kelompok BKL, membantu lansia dalam memperoleh akses pelayanan kesehatan, kegiatan ekonomi dan spiritual, serta kunjungan home care dan pembagian PMT dari Dinsos. 3 Keterampilankeahlian Partisipasi masyarakat dalam bentuk keterampilan kepada lansia di Dusun Bulak yaitu dengan memberikan pelayanan sosial melalui keterampilan atau keahli an yang dimilikinya. Seperti yang dilakukan Ibu “Mn” selaku pengurus BKL Tunas Mekar yang memiliki keahlian sebagai seorang konselor, berikut ungkapannya: “Jadi, kita punya wadah konseling. Konselingnya saya tangani sendiri, karna emang untuk sementara ini yang bisa nangani konseling dari kelompok kita baru saya thok. ” BKL Tunas Mekar memiliki inovasi program yakni kegiatan konseling bagi lansia maupun keluarga lansia. Namun, kegiatan konseling hanya dilayani oleh Ibu “Mn” karena untuk saat ini hanya ia yang memiliki keahlian tersebut. Ibu “Mn” yang pernah menempuh program studi Psikologi di salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta ini menerima layanan konseling lansia dan keluarga lansia saat pertemuan rutin BKL Tunas Mekar, kunjungan Home Care Service, dan di tempat manapun lansia dan keluarga lansia berkenan, Ibu “Mn” senantiasa meluangkan waktunya untuk hal tersebut. 87 Sumber:Arsip BKL Tunas Mekar Gambar 7. Kegiatan Konseling Lansia Selain itu, masyarakat Dusun Bulak juga berpartisipasi dalam bentuk keterampilan meyampaikan informasi dan wawasan seperti yang diungkapkan oleh Bapak “Sy”: “nanti kalau pas kumpul yandu itu, saya nyambut sebentar, ngenei wawasan, ngenei gambaran, „nek wong prisan ki tujuane ngene mbah‟.” Bapak “Sy” selaku Kepala Dusun Bulak selalu meluangkan waktunya untuk menyambut masyarakat yang hadir dalam kegiatan Posyandu Lansia yang dilaksanakan di rumahnya. Bapak “Sy” memberikan wawasan kepada lansia mengenai tujuan dan manfaat dari kegiatan pemeriksaan kesehatan tersebut, dengan maksud agar lansia tersebut aktif dalam melakukan pemeriksaan kesehatan setiap bulannya. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa partisipasi masyarakat melalui keterampilan atau keahlian dilakukan oleh pengusaha tas agel dengan memberikan arahan atau mengajari terlebih dahulu kepada lansia proses mengupas dan pola untuk menyambung serat agel. Selain 88 itu, partisipasi melalui keahlian juga dilakukan dengan penyampaian wawasan dan penyuluhan oleh Kepala Dusun Bulak tentang manfaat kegiatan Posyandu bagi lansia. Dari hasil studi dokumentasi yang dilakukan peneliti juga dapat diketahui adanya partisipasi masyarakat dalam memberikan pelayanan sosial bagi lansia melalui keterampilan atau keahlian yang dimiliki. Hal tersebut antara lain: 1 dalam Laporan Kegiatan Home Care diketahui bahwa terdapat kegiatan pembinaan psikososial berupa kegiatan konseling oleh Ketua BKL Tunas Mekar, 2 dari Notulen Pertemuan BKL Tunas Mekar diketahui bahwa masyarakat memberikan materi atau penyampaian wawasan pada kegiatan pertemuan rutin BKL Tunas Mekar dengan materi diskusi yang berbeda-beda pada setiap pertemuannya. Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam bentuk keterampilan dan keahlian meliputi pemberian layanan konseling oleh masyarakat yang memiliki keahlian sebagai konselor, sosialisasi atau pemberian wawasan bagi lansia, dan melatih membuat kerajinan tas agel bagi lansia.

b. Partisipasi dalam Bentuk Nonfisik